“Ok, Yuna. Kita ketemu di kantin kantor saat jam makan siang nanti.” Ken mengangguk ke arah Yuna dan langsung meninggalkan Yuna.“Oke. Aku pasti datang.” Yuna tersenyum hingga Ken yang membawa ember pel, sudah pergi jauh meninggalkan dia.Setelah Ken pergi, Yuna tak henti-hentinya tersenyum. Kemudian dia mengeluarkan handphonenya dan menelpon seseorang.“Halo, Yuna.” Terdengar suara seorang wanita di ujung telpon.“Tante Maggie. Aku berhasil berkenalan dengan anak tante barusan. Dan ternyata anak tante memang sangat tampan, tante. Aku langsung fallin in love, tante. Oh.” dengan polosnya Yuna mengungkapkan apa yang dia rasa.“Sudah tante duga kalau kamu akan suka sama anak tante itu dan tante rasa, kamu memang bakal cocok dengan Ken walaupun kamu masih anak SMA, tapi kamu cantik karena itulah tante memintamu untuk mendekati Ken.”“Iya, tante. Aku juga sudah merasa sangat cocok dengan Ken walaupun baru bertemu.”“Ingat, kamu harus pura-pura tidak mengenal Ken. Biarkan dia menyamar sebag
“Mungkinkan Kenneth Wong itu adalah Ken? Di rumah tempat tinggal Ken itu ada paket yang ditujukan untuk Kenneth Wong, mungkinkah itu memang Ken?” gumam Lidya.Setelah itu, Lidya bertanya kepada Lukman, “apa kamu betul-betul tidak pernah mengenal orang bernama Kenneth Wong itu?”“Iya, Kak Lidya. Aku sama sekali tidak pernah kenal dengan orang yang bernama Kenneth Wong itu,” jawab Lukman sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.“Apa ada orang yang kemungkinan menjanjikan uang 10 miliar untuk kamu?” tanya Lidya lagi.“Gak ada, Kak Lidya. Hanya Ken yang pernah janji mau transfer uang kepadaku. Lagipula, keluargaku kere semua. Sahabatku juga. Makanya aku bingung sekarang ini,” pungkas Lukman.“Satu lagi yang mau kau tanyakan, Lukman.”“Iya, Kak Lidya?” Sebenarnya Lukman merasa dia lebih tua dari Lidya, tapi, untuk menghormati Lidya yang sudah punya jabatan tinggi di Mulia Investment, maka, Lukman mengikuti Clara dan Yuni yang memanggil ‘kak’ kepada Lidya.“Kamu bilang tadi kalau kamu pernah
"Iya. Soalnya, semuanya kan sudah jelas disitu kalau Lidya sudah selingkuh dariku," jawab Ken lesu."Sudah jelas gimana? Itu belum jelas tahu!" tandas Yuna sambil nyeruput jus alpukatnya dan makan burgernya dengan mata melotot ke arah Ken."Belum jelasnya dimana, Yuna?" tanya Ken bingung."Itu belum jelas, tau! Yang pertama, kamu bilang kamu melihat cewek kamu itu memeluk bos barunya saat bos barunya menjatuhkan diri ke arah cewek kamu, iya kan?""Memang iya. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri dan bukan berdasarkan cerita orang," ngotot Ken."Iya aku tahu, kamu melihatnya sendiri tapi apa kamu benar-benar berada di dekat mereka berdua? Apa kamu benar-benar mendengar bisikan-bisikan mesra di antara mereka atau pembicaraan mereka?"Ken berpikir sebentar kemudian dia berkata, "tidak. Soalnya pada saat itu, aku berada didekat blower AC dan jarakku dengan mereka berdua agak jauh jadi aku tidak bisa mendengar pembicaraan mereka.""Tuh kan. Berarti kamu itu mengambil kesimpulan terl
"Kamu benar. Aku bisa menghubungi dia lewat email,” kata Ken sambil mengeluarkan handphonenya.“Ya. Itulah yang harus kamu lakukan.” Yoona kembali nyeruput juice advocadnya. Dia berharap Ken akan menemukan yang akan menghancurkan semangat Ken sehingga Ken tidak berharap lagi pada pacaranya.Yoona siap untuk membalut hati Ken. Apalagi saat ini, semakin Yoona melihat wajah Ken yang sengaja Ken tutup di balik kaca mata tebal dan rambut agak panjang ini, Yoona semakin jatuh cinta pada Ken.Apalagi saat Yoona teringat akan wejangan ibunya pada pagi ini sebelum dia keluar rumah yang wanti-wanti kepadanya untuk berusaha mendekati Ken supaya Yuna bisa menjadi nona muda Diamond Group, perusahaan terbesar Asia, bahkan disebut-sebut oleh sebuah majalah keuangan dunia, Keluarga Wong, pemilik Diamond Group adalah keluarga terkaya nomor 3 di dunia, sehingga Ibunya Yoona meminta Yoona untuk tidak melewatkan kesempatan emas ini.Walaupun Ibunya Yoona dan Maggie, terlibat dalam organisasi amal yang sa
"Aku benar-benar memiliki uang yang banyak, Lidya. Jadi, aku tidak akan mungkin tertarik dengan uang 60 milliar itu," ungkap Ken. Hatinya mulai sedih mendengar suara tangisan Lidya di ujung sana."Huhuhu. Selama ini, aku tidak pernah menghina profesimu yang cuma seorang cleaning service itu. Aku selalu menerima kamu apa adanya tapi aku sangat kecewa saat tahu kamu meninggalkan aku cuma karena uang.""Tidak, Lidya.""Kamu disogok Ayahku dan Graham, kan?" kata Lidya sambil terus menangis di ujung sana."Aku tidak pernah menerima uang itu, Lidya. Ayahmu memang datang kepadaku, menawarkan sejumlah uang tapi aku tidak pernah menerimanya.""Ayahku bilang kamu menerimanya, iya kan? Bahkan Heri bilang kamu menerima uang juga dari Graham, supaya kamu meninggalkan aku. Iya kan? Ngaku aja deh! Aku gak nyangka kamu begini, Ken.""Aku tidak pernah berurusan dengan orang bernama Graham itu, Lidya. Tapi aku tahu sekarang, kalau dia adalah dalang di balik semua fitnah-fitnah yang dia sodorkan dihadap
Pada awalnya, dalam email Lidya ini, Lidya meminta ijin kepada Master Wing untuk dia bisa curhat kepada Master Wing karena dia tidak tahu harus curhat kemana.Mendengar kata-kata Lidya dalam email itu, Ken tersenyum, hatinya terenyuh membayangkan kegalauan hati Lidya saat dia memulai curhat-curhatnya pada orang asing seperti Master Wing yang walaupun sebenarnya, Ken adalah orang di balik Master Wing, tapi, itu tidak diketahui Lidya.Dalam email-email itu, Lidya mengungkapkan perasaan sedihnya karena Ken menghilang dan Lidya tidak tahu apa yang menyebabkan Ken pergi.Ken tersenyum pedih, membayangkan kesedihan Lidya pada saat menulis email ini. “Maafkan aku, Lidya. Maafkan aku yang gampang dibodohi sehingga aku dengan begitu mudahnya percaya akan siasat busuk mereka untuk memisahkan kita. Maafkan aku yang bodoh ini,” gumam Ken.Ken meneruskan membaca email-email berikutnya dari Lidya yang berisi dugaannya kalau Ken sudah dilenyapkan oleh Heri dan itu terbukti karena HP milik Ken, telah
Karena sebelumnya, Lidya sempat menolak untuk bertemu Graham dan keluarganya, maka pada hari ini, saat Lidya akhirnya mau bertemu dengan Graham dan keluarganya, maka, hal itu dimanfaatkan oleh Graham untuk melakukan sesi foto prewedding, berlanjut dengan lamaran antar keluarga.Seusai sesi foto prewedding, dengan memakai sebuah ruangan pertemuan kecil di hotel ini, maka, acara lamaran pun dimulai.Graham sudah menyiapkan mahar dalam berbagai bentuk untuk Romel dan Esy. Ada yang berbentuk uang tunai, satu unit aparteman, satu unit rumah di sebuah perumahan di Bogor dan yang paling utama adalah saham Mulia Investment yang berjumlah 12 persen.Saat ini, perkenalan antara keluarganya Graham dan keluarganya Lidya mulai terjadi. Romel dan Esy yang sangat bangga karena bisa besanan dengan keluarga sal Amerika itu, sengaja mengundang saudara-saudaranya dan beberapa teman baik mereka untuk ikut hadir dalam menyaksikan acara lamaran dan sekaligus acara pemberian mahar ini.Tak putus-putusnya wa
Lidya yang dari tadi bermuram durja, karena merasa seakan-akan hidupnya akan berakhir dengan kepastian pernikahannya dengn Graham, dan kenyataan kalau Ken dibayar untuk meninggalkannya, kini berdiri dan berteriak kepada pemuda yang baru datang. “MAU APA KAMU KESINI, HAH?!”“Aku ingin bicara denganmu. Lidya,” kata pemuda yang baru datang yang ternyata adalah Ken yang datang dengan diikuti oleh Andreas, Silvia dan Mathias.“Bicara apa lagi? Kamu telah menerima uang itu, kamu sudah tega menjual cintamu, jadi, untuk apa lagi kita bicara, hah?!” Lidya yang biasanya tegar dan agak bar-bar itu, kini mewek di atas panggung sambil menatap Ken.Dalam air matanya ini, terkandung rasa syukur karena dia bisa melihat Ken sehat walafia tanpa kurang suatu apapun. Bahkan wajah Ken terlihat lebih tampan dalam balutan baju bagus yang Ken kenakan.Lidya yang selama beberapa hari, sempat berpikiran buruk, menyangka Ken sudah dilenyapkan Graham, karena itulah Ken tidak pernah muncul lagi, kini sangat bersy