Share

Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai
Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai
Author: Queen Moon

Bab 001

Author: Queen Moon
last update Last Updated: 2024-12-17 17:47:56

"Nyonya, kondisi Amelia sangat kritis. Kami khawatir putrimu tidak selamat malam ini. Kami tidak bisa berbuat apa-apa," kata Dokter Richard dengan pasrah.

Dunia Laura runtuh. Dia berlutut dan menangis sambil meraih jas putih dokter itu. Meski dia tuli, dia bisa membaca gerakan bibir dokter.

"Dokter, kumohon tolong selamatkan putriku."

"Nyonya, kami sudah berusaha menyelamatkan Amelia, tetapi kanker telah menggerogoti tubuhnya dengan ganas. Kami membutuhkan donor sumsum tulang untuk menyelamatkannya. Namun, kami tidak memiliki donor yang cocok untuk Nona Amelia."

Air mata Laura terus mengalir, menangis putus asa. Dokter melepaskan tangan Laura dan keluar dari kamar rawat itu.

"Mama ...." Sebuah tangan mungil menyentuh kepala Laura.

Laura bangkit dengan tergesa-gesa, menghapus air matanya, dan mencoba tersenyum di depan putrinya. "Sayangku, kamu pasti akan sembuh. Mama akan pastikan kamu sembuh," ujarnya sambil menggenggam tangan mungilnya yang sangat kurus.

Amelia telah menderita leukemia selama enam bulan. Laura melakukan segala cara agar putrinya sembuh, tetapi tidak ada seorang pun yang memiliki donor yang cocok untuk putrinya, termasuk orang tuanya.

"Mama, Papa mana? Amel mau lihat Papa." Bibirnya yang pucat dan kering berbisik lirih.

Air mata Laura kembali mengalir mendengar permohonan putrinya untuk bertemu ayah yang tidak pernah peduli padanya, bahkan sejak dia dirawat di rumah sakit. Suaminya, Lucian Wilson, tidak sekalipun menjenguk Amelia.

"Papamu masih kerja, Sayang."

"Amel mau bertemu Papa. Mama, Amel mau peluk Papa. Papa tak pernah peluk Amel."

Laura tak bisa menahan tangisnya dan mencium punggung tangan mungil Amelia. Karena permintaan putrinya, yang mungkin untuk terakhir kalinya, Laura akan mewujudkannya apa pun yang diinginkan putrinya.

"Sabar, Sayang. Mama akan bawa Papa kemari."

Laura tergesa-gesa keluar dari kamar rawat itu agar putrinya tidak melihatnya menangis dan patah hati.

Dia mengirim SMS dan menelepon suaminya sambil menjauh dari kamar rawat Amelia, tetapi tidak ada yang membalas SMS atau mengangkat teleponnya.

Dia menelepon beberapa kali dengan putus asa. Lucian tetap tidak mengangkat teleponnya.

Seorang wanita di depannya berbicara sambil menunjuk ke layar TV di atas dinding ruang administrasi.

"Eh, lihat itu, Viola, aktris terkenal itu. Dia ketahuan oleh paparazzi berbelanja dengan perut besar. Rumor itu benar, Viola sedang hamil delapan bulan."

"Ya, perut besarnya kelihatan sekali. Sepertinya dia akan segera melahirkan."

"Viola mengakui bahwa dia sudah lama menikah dengan Lucian Wilson, CEO Wilson Group, dan merahasiakan pernikahannya. Lucian juga mengakui bahwa dia sedang menunggu kelahiran anak pertama dengan Viola. Astaga, siapa yang menduga Viola menikah dengan Lucian Wilson? Pria paling tampan dan kaya di negara ini. Mereka sangat serasi dan cocok. Viola adalah wanita paling cantik di negara kita."

Wajah Laura pucat menatap ke arah layar TV dengan air mata mengalir dan tersenyum getir melihat suaminya tengah memeluk Viola, adik perempuannya yang hamil delapan bulan, keluar dari sebuah butik mewah. Pria itu perhatian membukakan pintu mobil untuk Viola dan tersenyum mencium keningnya.

Istrinya? Anak pertamanya?

Padahal Laura adalah istrinya yang sesungguhnya, dan Amelia adalah putri pertama Lucian. Viola adalah adik Laura dan berselingkuh dengan suaminya. Viola sangat dicintai oleh orang tuanya dan keluarga Samson.

Tiga tahun yang lalu, Keluarga Samson dan Wilson melakukan perjodohan antara Lucian dan Viola, tetapi tiba-tiba, Lucian mengalami kecelakaan, koma, dan buta.

Viola tidak mau menikah dengan orang buta, tetapi keluarga Samson tidak mau membatalkan perjodohan kerjasama dengan Wilson Group. Mereka memaksa putri angkat mereka, Laura, untuk menggantikan Viola.

Laura yang menemani dan merawat Lucian saat dia lumpuh dan buta selama satu tahun. Namun, begitu Lucian mendapatkan kembali kesehatannya dan matanya bisa melihat, Lucian justru jatuh cinta pada Viola.

Entah apa yang dilakukan Viola hingga membuat Lucian mencintainya, saat Laura yang merawatnya selama satu tahun ketika dia lumpuh dan buta.

Lucian bahkan ingin menceraikan Laura agar bisa menikah dengan Viola. Keluarga Samson pun mendukung agar Laura bercerai dari Lucian dan memaksanya mengembalikan posisi istri dan Nyonya Wilson kepada Viola.

Laura hanya anak angkat keluarga Samson yang diperlakukan dengan buruk dalam keluarganya dan harus mengalah serta melakukan apa pun untuk Viola.

Jika bukan karena Kakek Billy yang memukul dan mengancam Lucian bahwa dia tidak akan mendapatkan Wilson Group jika dia menceraikan Laura, mungkin dia sudah lama bercerai.

Namun, pria itu semakin membenci Laura dan bahkan berselingkuh terang-terangan dengan Viola, serta tidak menyukai putri mereka, Amelia. Orang tua Lucian juga tidak menyukai Laura karena dia hanyalah anak angkat di keluarga Samson dan tidak mendapatkan warisan Samson Corporation.

Mereka hanya menyukai Viola karena dia akan mewarisi Samson Corporation dan merupakan putri kandung satu-satunya di keluarga Samson.

Laura mendesah putus asa saat meninggalkan rumah sakit. Dia harus bertemu Lucian dan memohon agar pria itu mau bertemu dengan Amelia.

Ketika dia tiba di rumahnya, dia hanya melihat Viola yang hamil besar dan mengenakan gaun tidurnya.

"Apa yang kamu lakukan di rumahku?!"

Tak peduli bagaimana Lucian berselingkuh dengan Viola, mereka tak pernah menunjukkan perselingkuhan mereka di rumah ini, rumah yang diberikan Kakek Billy untuk Laura.

"Oh, mulai sekarang aku akan tinggal di sini dan menjadi istri Lucian. Rumah ini sudah diberikan padaku oleh Lucian," balas Viola dengan senyum jahat.

Laura membaca gerakan bibirnya dan tercengang. "Lucian memberikan rumah ini padamu? Tidak mungkin! Rumah ini atas namaku dan diberikan oleh Kakek Billy. Dan aku dan Lucian bahkan belum bercerai! Keluar dari rumahku!"

"Kalau aku tidak mau, apa yang akan kamu lakukan padaku? Lagipula, jika bukan karena aku dan orang tuaku, bagaimana mungkin yatim piatu sepertimu bisa masuk dalam keluarga kaya dan menikah dengan Lucian! Kamu hanya anak angkat dan orang tuli!" Viola mencibir, lalu mencengkram rahangnya dengan kasar.

"Lucian tidak pernah menyukaimu, apalagi mencintaimu. Kamu yatim piatu dan tuli. Kamu hanya penggantiku merawat Lucian saat dia lumpuh dan buta. Namun, orang yang disukai Lucian tetap aku. Sebaiknya kamu sadar diri dan enyah dari kehidupan kami. Lucian dan aku akan segera menikah."

Laura menatapnya dengan mata berkaca-kaca, membaca semua penghinaan Viola padanya.

"Pada awalnya, kamu yang menolak menikah dengan Lucian. Mengapa kamu mengganggu kami dan merebut Lucian dariku?"

"Ah, kamu sangat menjengkelkan. Lagipula, Lucian akan segera menceraikanmu karena Kakek Billy sudah meninggal dan aku mengandung anak laki-laki pertamanya."

Laura melirik saat Viola mengelus perut besarnya dengan bangga dan menatapnya dengan tatapan provokatif. Matanya memerah menahan air mata, tak bisa menemukan kata-kata untuk membalas ucapan Viola.

"Oh, ya, Lucian juga mengakui bayi kami adalah satu-satunya anaknya, bukan anak perempuan penyakitan seperti Amelia! Anakmu juga akan segera mati. Kasihan ..." Viola tertawa senang melihat wajah terpuruk Laura.

Ekspresi Laura berubah ganas. Tidak ada seorang ibu pun yang mau anaknya dihina di depannya. Didorong oleh amarah, dia meraih kerah gaun tidurnya yang dikenakan Viola.

"Jangan berani menghina putriku! Lepaskan gaunku dan keluar dari rumahku!"

Mata Viola melebar dan tersenyum licik ketika dia meraih tangan Laura, lalu tiba-tiba membuat tampak seolah Laura yang mendorongnya. Viola jatuh terduduk di lantai.

"Akh! Kakak, mengapa kamu mendorongku? Aku sedang mengandung anak Lucian!" Suara Viola berseru kesakitan sambil memegang perutnya.

"Laura!"

Tiba-tiba lengannya ditarik dengan kasar dari belakang, dan sebuah tamparan keras mendarat di pipinya, menyebabkan Laura jatuh ke lantai.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sartini Cilacap
Mampir baca cerita nya
goodnovel comment avatar
Shafieq
menurutku ini sang suami udah ngga bisa di maafin dimana letak kesalahannya fatal banget ...‍...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Chapter 54 : Akhir

    Pernikahan Tristan Adams akan diadakan seminggu setelah lamaran itu diterima. Tidak ada yang menyangka bahwa pernikahan antara Tristan Adams, putra sulung dari keluarga paling disegani di Capital dan Mia, seorang wanita biasa dengan dua anak kecil akan terjadi begitu cepat dan begitu megah.Gedung pernikahan yang disewa adalah aula tertua dan termewah di pusat kota, dihiasi ribuan bunga putih dan lilin-lilin kristal yang berkilauan. Tamu-tamu berdatangan dari berbagai penjuru negeri. Politikus, artis, konglomerat, dan bahkan duta besar asing turut hadir.Media massa berlomba memberitakan pernikahan itu sebagai “Cinderella Abad Ini".Namun di tengah keramaian dan sorotan lampu kamera, Mia merasa seolah sedang berjalan dalam mimpi yang tak dia pahami. Semua terasa asing. Gaun putih yang membalut tubuhnya terasa berat.Senyum yang dia paksa tunjukkan pada tamu-tamu seperti topeng yang menutupi kegelisahan dalam hatinya. Ketika pesta usai dan Mia mulai menyadari semua ini bukan khayalan, d

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Chapter 53

    “Aku ingin kamu menjadi istriku, Mia.”Mia terkejut bukan main. “Apa?”“Menikahlah denganku.”"Permainan apa lagi ini?" tanya Mia seraya menarik tangannya dari genggaman Tristan.Tristan menggeleng pelan. "Maaf, Mia ... aku belum sempat membeli cincin untuk melamarmu. Tapi setidaknya, aku harus mengungkapkan keinginanku sekarang."Si kembar yang baru keluar dari kamar mereka tampak kegirangan melihat Tristan berlutut di hadapan ibunya.“Paman melamar Mama?” tanya Alana dengan suara polos.Tristan menoleh dan tersenyum tipis, lalu berkata pelan, “Mulai sekarang, jangan panggil aku ‘Paman’ lagi. Panggil aku Papa.”Alana dan Alister saling berpandangan sebentar sebelum dengan riang meneriakkan, “Papa!”Mia terpaku. Jantungnya berdegup keras di dada. Ada haru yang merayap di hatinya saat mendengar suara si kembar memanggil Tristan seperti itu. Namun rasa tidak percaya jauh lebih kuat. Dia merasa seperti sedang dipermainkan.“Tuan Tristan,” katanya pelan, menatap pria itu dengan pandangan

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Chapter 52

    Mia keluar dari kamar si kembar dan mendapati Tristan duduk di sofa ruang tamu. Dia menghela napas pelan."Kenapa masih di sini?" tanyanya dingin."Aku mau mengantar anak-anak ke sekolah," jawab Tristan tenang."Tidak perlu. Aku bisa mengantar mereka sendiri."Tristan bangkit dari duduknya lalu berjalan mendekat ke arah Mia. Sorot matanya terlihat sendu. “Mia ... biarkan aku melakukan sesuatu untuk mereka."Mia hampir saja meloloskan tawa mendengar ucapan Tristan. "Jadi sekarang kamu ingin menjadi sosok ayah yang baik untuk mereka? Ke mana saja kamu selama ini?" sindirnya."Okay, kita bicarakan ini sekarang, ya?"Mia mengangkat tangannya pertanda dia tidak ingin mendengar apapun yang diucapkan oleh Tristan. Kekesalannya semakin menjadi-jadi. Kenapa baru sekarang saat dirinya sudah ingin melupakan semua yang terjadi antara dirinya dengan pria itu."Kamu pergi saja, Tuan Tristan ... kami tidak membutuhkanmu di sini," ucap Mia.Saat itu bel apartemen berbunyi. Mia segera menuju ke pintu

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Chapter 51

    Mia membuka mata pagi itu saat sinar mentari muncul dari sela-sela gorden kamar dan menyentuh wajahnya. Dia menguap sebentar, lalu beranjak dari atas tempat tidur.Ingatan tentang Tristan yang tertidur di depan pintu apartemennya seketika menyelinap di kepalanya. Ah, mungkin saja Tristan sudah pergi, pikirnya.Saat memeriksa ke kamar si kembar, bibir Mia mengulas senyum tipis. Kedua buah hatinya itu masih tertidur pulas. Tentu saja, karena hari masih terlalu pagi. Mia memang selalu bangun lebih cepat karena harus mengurus keperluan si kembar untuk sekolah.Mia menyambar satu kantong sampah yang hendak dikeluarkan dari apartemen. Saat membuka pintu, pandangannya tertuju pada sosok pria tampan yang tertidur pulas di dekat pintu."Astaga," gumamnyaJadi Tristan semalaman tidur di sini?!Mia menggeleng pelan. Tentu saja dia tidak bisa ke mana-mana karena mabuk berat. Ada rasa iba menggelitik dalam hatinya saat melihat Tristan yang tertidur pulas.Bayangkan, seorang CEO perusahaan ternama

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Chapter 50

    Mia baru saja menidurkan Alana dan Alister setelah membacakan buku cerita bergambar. Malam itu terasa lebih melelahkan dari biasanya. Bukan karena anak-anak rewel, tapi karena pikirannya dipenuhi oleh satu nama yang tak bisa ia hindari—Tristan. Ia duduk sejenak di sofa, menatap pintu apartemen yang tertutup. Matanya menerawang, mengingat kembali keputusan besar yang dia ambil pagi tadi: menyerahkan surat pengunduran diri. Keputusan itu bukan hal mudah. Dia sudah tahu Tristan akan marah. Tapi dia lelah terus berada dalam hubungan yang tak pasti. Dia lelah menjadi wanita yang hanya dianggap "penghangat ranjang" oleh pria yang sebenarnya dia cintai diam-diam. Tiba-tiba, ketukan pelan terdengar dari luar pintu. Mia menoleh. Dadanya berdebar. Sepertinya dia sudah bisa menebak siapa yang datang malam-malam begini. Ketukan pintu kembali terdengar. Pelan Mia menyeret kaki menuju ke arah pintu. Dia terdiam sejenak di sana, hingga suara yang begitu dia kenal terdengar. “Mia, ini aku.” Ben

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Chapter 49

    "Tsk!"Tangan Tristan mengepal erat saat memeriksa surat pengunduran diri Mia. Beraninya dia seenaknya saja berbuat demikian, pikirnya. Rasanya ingin dia robek-robek kertas di hadapannya itu dan dia buang ke tempat sampah. Atau mungkin dia datangi saja Mia dan meminta penjelasan darinya. Terlebih meminta penjelasan kenapa Mia bisa dekat dengan Danis.Namun, Tristan sadar kalau hal itu akan menyentil egonya. Entahlah, saat ini pikirannya benar-benar kacau.Langit malam kota masih kelabu ketika Tristan melangkah masuk ke dalam bar kecil di sudut jalan. Dentingan gelas dan musik lembut menemani pikirannya yang berantakan. Dia melepas jasnya, duduk di kursi bar, dan menatap kosong ke arah rak minuman.Dia butuh jeda. Butuh hening dari segala hal yang menyesakkan.“Malam panjang, ya?” suara Lucian menyapa dari belakang. Adik iparnya itu duduk di sebelahnya, menyambar satu gelas yang langsung diisi bartender. Dia sengaja menelepon Lucian dan memintanya bertemu di bar.“Kenapa baru datang?”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status