Share

Bab 002

Author: Queen Moon
last update Last Updated: 2024-12-17 17:49:40

"Lucian...." Suara Laura bergetar saat dia memegang pipinya yang perih dan menatap pria di depannya.

Lucian memelototinya dan memandang Viola yang terduduk di lantai dengan wajah pura-pura sakit. Ekspresi pria itu sangat khawatir saat dia memeluk Viola dan membantunya berdiri.

"Viola, apa kamu baik-baik saja? Di mana yang sakit?"

"Lucian, Kakak sangat membenciku karena aku tinggal di rumah ini dan dia ingin aku pergi dari rumah ini. Tidak apa-apa, aku akan pergi," jawab Viola dengan nada menyedihkan.

Lucian membujuknya dengan lembut, "Tidak, rumah ini sudah menjadi milikmu. Kamu akan tinggal di sini, sementara Laura ...." Dia berbalik menunjuk wajah Laura dengan marah, "Laura, beraninya kamu melakukan ini pada Viola. Dia sedang hamil!"

"Bukan aku yang mendorongnya, dia jatuh sendiri!" Laura berseru dengan air mata yang mengalir di pipinya.

"Kamu pikir aku buta tidak melihatmu mendorong Viola! Enyah dari sini! Kamu tidak diterima di rumah ini! Rumah ini sudah jadi milikku dan Viola!”

Laura memejamkan mata, menahan rasa sakit di hatinya. Namun, dia membiarkan tuduhan Lucian padanya dan meraih kain celana pria itu. "Lucian, aku mohon padamu untuk menemui Amelia sekali ini. Dia mencarimu dan ingin bertemu denganmu, papanya…."

"Papanya? Aku bukan papa kandungnya!" Lucian berseru menatapnya marah dan menepis tangan Laura dari celananya.

Laura membelalak tak percaya dan bingung. "Bukan papa kandung? Lucian, kamu adalah papa kandung Amelia dan dia putrimu!"

"Jangan berbohong padaku! Kamu sudah menipu Kakek, keluargaku, dan aku dengan anak haram itu agar tidak bercerai! Katakan siapa ayah kandung anak haram itu?!"

Laura berdiri gemetar di depan mereka. "Amelia bukan anak haram! Jangan beraninya menyebutnya seperti itu!"

Lucian menamparnya dengan berkas dan mencibir, "Ini adalah bukti bahwa Amelia bukan anak kandungku! Kamu berselingkuh saat aku lumpuh dan buta. Kakek selalu memujimu karena menikah denganku saat aku buta dan lumpuh, tapi kamu berselingkuh di belakangku dan mengandung anak haram. Jika bukan karena Viola selalu ada di sisiku dan merawatku saat aku lumpuh, aku mungkin tidak akan pernah sadar dan sembuh dari lumpuh dan kebutaan! Mulai sekarang, aku menceraikanmu!"

Laura menatap linglung, tidak bisa mencerna semua kata-kata panjang dan cepat dari bibir Lucian. Berkas-berkas putih dilempar ke wajahnya dan jatuh di bawah kakinya.

Tetapi satu hal yang ditangkapnya adalah tuduhan Lucian bahwa dia berselingkuh dan Viola yang merawatnya serta membantunya pulih selama dia lumpuh dan buta. Saat Lucian buta dan lumpuh, Laura yang merawatnya. Viola hanya muncul setelah Lucian selesai operasi mata dan membantunya pulih dari luka-luka pasca kecelakaan, karena saat itu Laura sedang hamil besar dan tidak bisa merawat suaminya.

Dia tak mengira bahwa Lucian akan salah paham dan mengira Viola yang selalu merawatnya selama ini.

"Lucian, apa kamu salah paham? Selama ini aku yang ...."

"Akh, Lucian... perutku sakit sekali," Viola menyela dengan teriakan kesakitan.

Ekspresi Lucian sekejap berubah khawatir. "Viola ...."

"Sayang, sepertinya aku akan melahirkan. Aku takut pada kakakku, dia mendorongku dan membuat perutku sangat sakit. Dia menyakiti bayi kita!"

"Tahan sebentar, aku akan membawamu ke rumah sakit." Lucian sangat cemas lalu menatap Laura dengan marah. "Jika Viola dan anakku kenapa-napa, aku akan membunuhmu!" Dia mendorong Laura dengan kasar lalu menggendong Viola keluar dari rumah itu.

Laura ditinggal dengan menyedihkan melihat berkas-berkas hasil tes DNA dan surat perceraian di bawah kakinya.

Pernikahannya berakhir seperti ini?

Mengapa semuanya menjadi seperti ini? Dia hanya ingin memohon kepada Lucian agar mau menemui Amelia untuk terakhir kalinya.

Amelia!

Laura teringat pada putrinya yang terbaring di rumah sakit dan menunggu ayahnya datang menemuinya untuk terakhir kalinya.

Dia menghapus air matanya dan berlari mengejar Lucian. Di luar, hujan deras dan langit tampak gelap. Laura tidak peduli dan menerobos hujan deras, mengejar mobil Lucian.

"Lucian!" Dia berteriak putus asa pada mobil yang sudah menjauh di tengah hujan. Dia menangis mengejar mobil itu, tetapi tiba-tiba seseorang membekapnya dari belakang dan pisau tajam menusuk punggungnya sampai ke jantungnya.

Mata Laura membelalak, memuntahkan darah dari mulutnya. Tatapannya kosong saat rasa sakit menusuk jantungnya ketika pisau dicabut dari punggungnya dan tubuhnya didorong jatuh di jalan.

Berdiri di atasnya adalah sosok berpakaian gelap dan tertutup dengan jaket hoodie.

Suara pria itu terdengar dingin di tengah deru hujan deras. "Ini hadiah dari Tuan Lucian. Pergilah ke neraka, Jalang."

Dia ditinggal di jalan dengan luka tusukan di jantungnya dan darah bercampur dengan genangan air hujan di aspal. Air mata Laura mengalir menatap rintik-rintik hujan di atasnya, dan pandangannya menjadi gelap.

Apa ini akhir hidupnya? Putrinya sedang menunggu di rumah sakit dan tidak memiliki siapapun di sisinya.

"Sayang, mama minta maaf ...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sartini Cilacap
Lucian tunggu penyesalan kamu mengabaikan darah daging sendiri
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Chapter 54 : Akhir

    Pernikahan Tristan Adams akan diadakan seminggu setelah lamaran itu diterima. Tidak ada yang menyangka bahwa pernikahan antara Tristan Adams, putra sulung dari keluarga paling disegani di Capital dan Mia, seorang wanita biasa dengan dua anak kecil akan terjadi begitu cepat dan begitu megah.Gedung pernikahan yang disewa adalah aula tertua dan termewah di pusat kota, dihiasi ribuan bunga putih dan lilin-lilin kristal yang berkilauan. Tamu-tamu berdatangan dari berbagai penjuru negeri. Politikus, artis, konglomerat, dan bahkan duta besar asing turut hadir.Media massa berlomba memberitakan pernikahan itu sebagai “Cinderella Abad Ini".Namun di tengah keramaian dan sorotan lampu kamera, Mia merasa seolah sedang berjalan dalam mimpi yang tak dia pahami. Semua terasa asing. Gaun putih yang membalut tubuhnya terasa berat.Senyum yang dia paksa tunjukkan pada tamu-tamu seperti topeng yang menutupi kegelisahan dalam hatinya. Ketika pesta usai dan Mia mulai menyadari semua ini bukan khayalan, d

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Chapter 53

    “Aku ingin kamu menjadi istriku, Mia.”Mia terkejut bukan main. “Apa?”“Menikahlah denganku.”"Permainan apa lagi ini?" tanya Mia seraya menarik tangannya dari genggaman Tristan.Tristan menggeleng pelan. "Maaf, Mia ... aku belum sempat membeli cincin untuk melamarmu. Tapi setidaknya, aku harus mengungkapkan keinginanku sekarang."Si kembar yang baru keluar dari kamar mereka tampak kegirangan melihat Tristan berlutut di hadapan ibunya.“Paman melamar Mama?” tanya Alana dengan suara polos.Tristan menoleh dan tersenyum tipis, lalu berkata pelan, “Mulai sekarang, jangan panggil aku ‘Paman’ lagi. Panggil aku Papa.”Alana dan Alister saling berpandangan sebentar sebelum dengan riang meneriakkan, “Papa!”Mia terpaku. Jantungnya berdegup keras di dada. Ada haru yang merayap di hatinya saat mendengar suara si kembar memanggil Tristan seperti itu. Namun rasa tidak percaya jauh lebih kuat. Dia merasa seperti sedang dipermainkan.“Tuan Tristan,” katanya pelan, menatap pria itu dengan pandangan

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Chapter 52

    Mia keluar dari kamar si kembar dan mendapati Tristan duduk di sofa ruang tamu. Dia menghela napas pelan."Kenapa masih di sini?" tanyanya dingin."Aku mau mengantar anak-anak ke sekolah," jawab Tristan tenang."Tidak perlu. Aku bisa mengantar mereka sendiri."Tristan bangkit dari duduknya lalu berjalan mendekat ke arah Mia. Sorot matanya terlihat sendu. “Mia ... biarkan aku melakukan sesuatu untuk mereka."Mia hampir saja meloloskan tawa mendengar ucapan Tristan. "Jadi sekarang kamu ingin menjadi sosok ayah yang baik untuk mereka? Ke mana saja kamu selama ini?" sindirnya."Okay, kita bicarakan ini sekarang, ya?"Mia mengangkat tangannya pertanda dia tidak ingin mendengar apapun yang diucapkan oleh Tristan. Kekesalannya semakin menjadi-jadi. Kenapa baru sekarang saat dirinya sudah ingin melupakan semua yang terjadi antara dirinya dengan pria itu."Kamu pergi saja, Tuan Tristan ... kami tidak membutuhkanmu di sini," ucap Mia.Saat itu bel apartemen berbunyi. Mia segera menuju ke pintu

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Chapter 51

    Mia membuka mata pagi itu saat sinar mentari muncul dari sela-sela gorden kamar dan menyentuh wajahnya. Dia menguap sebentar, lalu beranjak dari atas tempat tidur.Ingatan tentang Tristan yang tertidur di depan pintu apartemennya seketika menyelinap di kepalanya. Ah, mungkin saja Tristan sudah pergi, pikirnya.Saat memeriksa ke kamar si kembar, bibir Mia mengulas senyum tipis. Kedua buah hatinya itu masih tertidur pulas. Tentu saja, karena hari masih terlalu pagi. Mia memang selalu bangun lebih cepat karena harus mengurus keperluan si kembar untuk sekolah.Mia menyambar satu kantong sampah yang hendak dikeluarkan dari apartemen. Saat membuka pintu, pandangannya tertuju pada sosok pria tampan yang tertidur pulas di dekat pintu."Astaga," gumamnyaJadi Tristan semalaman tidur di sini?!Mia menggeleng pelan. Tentu saja dia tidak bisa ke mana-mana karena mabuk berat. Ada rasa iba menggelitik dalam hatinya saat melihat Tristan yang tertidur pulas.Bayangkan, seorang CEO perusahaan ternama

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Chapter 50

    Mia baru saja menidurkan Alana dan Alister setelah membacakan buku cerita bergambar. Malam itu terasa lebih melelahkan dari biasanya. Bukan karena anak-anak rewel, tapi karena pikirannya dipenuhi oleh satu nama yang tak bisa ia hindari—Tristan. Ia duduk sejenak di sofa, menatap pintu apartemen yang tertutup. Matanya menerawang, mengingat kembali keputusan besar yang dia ambil pagi tadi: menyerahkan surat pengunduran diri. Keputusan itu bukan hal mudah. Dia sudah tahu Tristan akan marah. Tapi dia lelah terus berada dalam hubungan yang tak pasti. Dia lelah menjadi wanita yang hanya dianggap "penghangat ranjang" oleh pria yang sebenarnya dia cintai diam-diam. Tiba-tiba, ketukan pelan terdengar dari luar pintu. Mia menoleh. Dadanya berdebar. Sepertinya dia sudah bisa menebak siapa yang datang malam-malam begini. Ketukan pintu kembali terdengar. Pelan Mia menyeret kaki menuju ke arah pintu. Dia terdiam sejenak di sana, hingga suara yang begitu dia kenal terdengar. “Mia, ini aku.” Ben

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Chapter 49

    "Tsk!"Tangan Tristan mengepal erat saat memeriksa surat pengunduran diri Mia. Beraninya dia seenaknya saja berbuat demikian, pikirnya. Rasanya ingin dia robek-robek kertas di hadapannya itu dan dia buang ke tempat sampah. Atau mungkin dia datangi saja Mia dan meminta penjelasan darinya. Terlebih meminta penjelasan kenapa Mia bisa dekat dengan Danis.Namun, Tristan sadar kalau hal itu akan menyentil egonya. Entahlah, saat ini pikirannya benar-benar kacau.Langit malam kota masih kelabu ketika Tristan melangkah masuk ke dalam bar kecil di sudut jalan. Dentingan gelas dan musik lembut menemani pikirannya yang berantakan. Dia melepas jasnya, duduk di kursi bar, dan menatap kosong ke arah rak minuman.Dia butuh jeda. Butuh hening dari segala hal yang menyesakkan.“Malam panjang, ya?” suara Lucian menyapa dari belakang. Adik iparnya itu duduk di sebelahnya, menyambar satu gelas yang langsung diisi bartender. Dia sengaja menelepon Lucian dan memintanya bertemu di bar.“Kenapa baru datang?”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status