Share

Bab 003

Aвтор: Queen Moon
last update Последнее обновление: 2024-12-17 17:50:22

"Nyonya demam tinggi. Kita harus membawanya ke rumah sakit dan memberitahu Tuan Muda."

"Apa kamu tidak dengar kata-kata Tuan Muda? Baik dia sakit atau meninggal, tidak boleh mengganggu Tuan Muda. Tuan Muda tidak pernah peduli dengan perempuan itu. Dia tidak pernah diakui sebagai menantu keluarga Wilson, bahkan Tuan Muda tidak suka padanya."

"Tapi demam Nyonya semakin tinggi. Nyonya bisa meninggal."

"Biarkan saja, lagipula keluarga Wilson tidak peduli padanya. Ayo pergi, pekerjaan kita masih banyak. Dia tidak akan mati hanya karena demam. Salahnya sendiri karena mendorong Nona Viola ke kolam."

Suara-suara itu terdengar samar lalu menjauh dan menjadi hening.

Laura merasa sekujur tubuhnya sangat kedinginan, tetapi kepalanya sangat sakit dan panas. Matanya terlalu berat untuk dibuka. Namun, dia memaksakan dirinya untuk membuka matanya. Dia mengerjap, menatap langit-langit kamar yang tampak familiar.

Apa aku di akhirat? tanya Laura dalam hati karena tidak merasakan tusukan rasa sakit di dadanya. Sebaliknya, dia merasakan tubuhnya sangat demam.

"Mama ...."

Suara kecil di sebelahnya menarik perhatiannya, dan dia menoleh. Wajah mungil dan menggemaskan Amelia muncul. Suara gadis kecil itu sudah lama tidak didengarnya.

Tunggu, bagaimana dia bisa mendengar?

"Mama, minum air ...." Gadis kecil itu menyodorkan gelas berisi air dengan tangan mungilnya.

"Amel ...." bisiknya penuh kebingungan menerima air minum dari putrinya dan menyesap sedikit.

Dia merasakan tenggorokannya lega setelah minum, dan tidak dehidrasi lagi. Dia melirik putrinya yang menatapnya dengan wajah polos. Mengapa Amel ada di sini? Apa akhirnya Amel tidak bisa menahan kankernya dan meninggal bersamanya?

Amel tampak sedikit lebih kecil, dengan rambut lebat di kepalanya dan tubuhnya berisi. Amel dalam ingatannya adalah gadis kecil yang sangat kurus dengan rambut dicukur botak.

"Mama ...." Amel meraih tangan Laura dan berkata dengan suara kekanak-kanakan yang tampak dewasa. "Amel akan selalu ada untuk Mama. Tidak apa-apa Papa tidak mau datang, ada Amel di sini sama Mama.”

Ucapan anak kecil itu menghangatkan hati Laura, dan dia merasa familiar. Menatap putrinya yang sehat dan gemuk, tanpa tanda-tanda dia menderita sakit kanker, sebuah kesadaran menghantam Laura: dia kembali ke satu tahun yang lalu!

Satu tahun yang lalu, sebelum Amelia menderita leukemia, Laura bertengkar hebat dengan Viola di perayaan ulang tahun ibu mertuanya yang menyebabkan keduanya jatuh ke kolam.

Mereka bertengkar karena Viola memprovokasinya dengan foto-foto dia berhubungan intim dengan Lucian.

Keduanya jatuh ke kolam, dan Lucian lebih memilih menyelamatkan Viola, sementara Laura tenggelam karena tidak bisa berenang.

Untungnya, ada pelayan laki-laki yang menariknya keluar dari kolam.

Laura menderita demam yang sangat tinggi, tetapi tidak ada satu pun anggota keluarga Wilson atau Lucian yang peduli padanya. Kakek Billy sedang melakukan pengobatan di Singapura, sehingga tidak ada yang membelanya saat seluruh keluarga Wilson menuduhnya menyakiti Viola.

Karena sakit hati dan tak bisa membela diri, Laura menderita demam yang sangat parah. Putri satu-satunya yang peduli memberinya segelas air minum dan mengucapkan kata-kata yang membuatnya berjuang untuk tetap hidup.

Namun, tidak ada satupun orang yang peduli atau mengirimnya ke rumah sakit. Akhirnya, Laura menderita infeksi yang menyebabkan pendengarannya hilang dan menjadi tunarungu.

Karena dia tuli, Laura dihina oleh mertuanya, dan Lucian semakin jauh darinya.

Genangan air mata memenuhi mata Laura. Dia masih mendengar suara samar-samar langkah kaki pelayan di luar kamarnya dan suara putrinya yang sehat.

Dia kembali ke masa lalu!

Tuhan telah memberinya kesempatan untuk mengubah hidupnya.

Mengingat rasa sakit ditusuk oleh pisau ke jantungnya, Laura menggigil.

"Mama, jangan menangis. Amel sedih melihat Mama menangis." Amel menatapnya sedih dan menghapus air mata di wajah Laura dengan tangan mungilnya.

Laura terbatuk hebat, air matanya mengalir menatap putrinya.

"Amel ...." Dia memaksa diri bangun dan sangat ingin menarik putrinya ke pelukannya, tetapi karena dia sakit, dia takut menularkan penyakitnya kepada Amel.

Dia takut Amel akan menderita kanker leukemia, dan dia tidak ingin menambah penyakit lain padanya.

"Sayang, tolong ambilkan ponsel mama di meja." Laura meminta sambil terbatuk.

Karena Tuhan memberinya kesempatan kembali ke masa lalu, sebelum dia menjadi tuli dan putrinya masih sehat, Laura harus menyelamatkan dirinya dari demam tinggi ini agar tidak kehilangan pendengaran dan mencari donor sumsum tulang untuk putrinya lebih awal.

Di masa itu, tidak ada pendonor yang cocok untuk menyembuhkan kanker leukemia yang diderita Amel. Lucian tidak pernah peduli pada Amel, apalagi mencarikan donor sumsum tulang untuk putri mereka karena saat itu Viola sedang hamil anaknya.

Dalam kehidupan ini, dia akan menyelamatkan dirinya dan putrinya.

"Ini ponsel Mama." Amel menyerahkan ponselnya pada Laura.

Laura tersenyum penuh terima kasih dan sangat ingin mencium putrinya, tetapi dia menahan diri sampai dia sembuh.

Laura dengan cepat menghubungi pihak rumah sakit dan ambulans.

Dia berada di rumahnya sendiri dan tidak ada pelayan yang peduli ketika melihat Laura keluar dari kamarnya dengan susah payah di tengah demam tinggi.

Laura tidak peduli dengan mereka. Di masa itu, setelah Kakek Billy kembali dan mengetahui kondisinya, para pelayan itu akan dipecat tanpa mendapat gaji karena tidak membawa Laura ke rumah sakit.

Laura akhirnya dibawa ke rumah sakit, dan dokter menyembuhkan demamnya sebelum dia mengalami infeksi penyebab dia menjadi tuli.

....

Di ruang direktur, seorang dokter botak berusia empat puluh tahun, Andrew Adams, terkejut melihat hasil laporan DNA di tangannya.

"Cocok? Pasien ini benar-benar keponakanku!"

Awalnya, dia melihat seorang pasien wanita yang mengalami demam tinggi. Kemiripan wanita itu dengan kakak iparnya sangat luar biasa, hingga Andrew diam-diam melakukan tes DNA. Dia tak membayangkan hasilnya akan sangat cocok.

Andrew sangat tidak sabar dan menelepon kakaknya, Allen Adams, yang sedang makan malam dengan pejabat dan presiden negara.

Allen tak menjawab telepon dari adiknya, tetapi karena Andrew terus menelepon, akhirnya dia menjawab telepon adiknya dengan kasar.

"Aku sedang makan malam dengan tamu penting. Jika kamu mempermainkanku, aku akan menghancurkan rumah sakitmu."

Andrew menyeringai sambil tertawa terbahak-bahak, "Kakak, jika kamu mendengar berita ini dariku, aku yakin kamu akan membangun sepuluh rumah sakit baru untukku."

Allen mengerutkan kening, sangat tidak sabar menghadapi watak Andrew yang selalu main-main.

"Jangan bertele-tele. Kamu tahu aku sedang makan malam dengan Presiden Negara. Jangan membuang waktuku."

"Hahaha, Allen, datanglah ke rumah sakitku di Capital City dengan istrimu. Aku yakin kamu akan terkejut. Aku menemukan Laura, putrimu yang hilang selama dua puluh tahun. Dia sakit dan dirawat di rumah sakitku. Oh ya, jangan terkejut karena kamu sudah menjadi kakek."

Andrew kemudian menutup panggilan dengan puas, sementara Allen langsung berteriak heboh di tengah pertemuannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Комментарии (3)
goodnovel comment avatar
Sintia S
mantap nih sesuai dengan judul nya, suaminya akn menyesal......
goodnovel comment avatar
Gin Tama
wkwkwk, bener banget ...
goodnovel comment avatar
Rina Dwi
ternyata anak kandung horang keyong dan pasti lebih keyong dr si samson² itu kannn. awas aja sampai menye² lemah sama si luci......
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Latest chapter

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Bab 242

    "Lucian, apa kamu inginkan? Bisakah kamu berhenti menggangguku?""Laura!" Suara Lucian terdengar menggeram di teleponnya. "Katakan pada bajingan Glen Hastings itu untuk menghentikan mobilnya! Apa dia mau membawamu mati bersamamu!"Suaranya terdengar keras di dalam mobil.Laura terkejut dan meringis ingin menonaktifkan loudspeaker, tapi Glen sudah menyela dengan santai ke ponselnya."Aku seorang mantan pembalap, Tuan Wilson. Lebih baik perhatikan dirimu sendiri kamu sangat payah mengemudi dengan kecepatan itu dan berhenti mengikuti kami. Kamu seperti seorang pencundang." Glen berkata dengan santai melewati rambu lalu lintas yang menyala hijauh sebelum berubah merah."Apa kamu bilang, bedebah!""Berhenti Lucian! Jangan mengikuti kami lagi.""Laura--"Laura ingin mematikan panggilan telepon tapi tiba-tiba terdengar suara klakson mobil yang sangat kencang dan suara berisik di ponsel Lucian."Apa yang terjadi? "Dia buru-buru berbalik dan berteriak melihat mobil Lucian dan mobil lain berta

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Bab 241

    "Sudahlah, kalian seperti penggosip saja." Tristan berdiri dari sofa. "Aku akan keluar.""Ke mana kamu pergi? Ini hari Minggu.""Karena ini hari Minggu, aku harus menghabiskan waktuku bersantai di luar."Tristan berjalan pergi sambil melambai, satu tangannya dimasukkan ke saku celana."Ayah…," Dean berbisik di samping Allen. "Aku merasa Kak Tristan agak aneh akhir-akhir ini.""Apa yang aneh tentang dia?" Allen meraih koran, melanjutkan bacaannya."Seperti Kak Tristan sedang berkencan dengan seseorang.""Itu bagus.""Masalahnya, wanita ini seperti seorang janda atau seorang wanita yang sudah punya suami."Allen terbatuk-batuk, matanya melebar menatap Dean. "Apa yang kamu katakan?""Kak Tristan sedang berkencan dengan wanita yang sudah punya anak. Aku melihatnya bersama dengan seorang wanita yang punya anak. Sepertinya hubungan mereka tidak baik karena wanita itu menampar Kak Tristan.""Wanita itu sudah punya anak? Dan menampar Tristan? Apa kamu tahu siapa wanita itu?"Dean mengusap bel

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Bab 240

    Amel mengerjap. "Kenapa, Mama?"Laura tetap tanpa ekspresi. "Mulai sekarang Amel tidak boleh menemui Papa lagi. Berikan ponselmu pada Mama.""Tidak mau! Amel mau bertemu Papa!""Amel!" Laura menatapnya tegas.Ruangan keluarga itu menjadi hening. Semua mata tertuju pada Laura yang untuk pertama kalinya bersikap sangat tegas kepada putrinya.Mata Amel berkaca-kaca, sebelum kemudian pecah dalam tangis keras. "Huwaaaa…."Meski Amel menangis, Laura tidak membujuknya. Semua orang menyaksikan bagaimana ia bersikap keras. Tangis Amel semakin menjadi."Amel sayang…," Willy mendekat, wajahnya menunjukkan sedikit rasa bersalah. "Laura, kamu tidak perlu bersikap sekeras ini padanya." Ia menghampiri cucunya dan membujuknya."Ibu, jika aku menuruti keinginannya, dia akan terus merengek minta bertemu Lucian. Seharusnya aku bersikap lebih keras dari awal agar dia tidak bertemu dengan Lucian. Sekarang dia sangat bergantung pada Lucian."Willy terdiam, merasa rumit dan jengkel. Ia yang meminta Laura me

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Bab 239

    "Hm, ini hanya uang kecil. Tidak perlu merasa terbebani.""Tetap saja aku ....""Tidak mau berutang budi?"Laura terdiam, menatap Glen serius.Glen mengusap kepala Laura. "Bagaimana jika besok Minggu kita bersama-sama membawa Amel ke taman hiburan?"Sebelum Laura menjawab, Glen sudah berkata, "Baiklah, besok jam 10 aku akan menjemputmu dan Amel."Dia melambai lalu menaikkan kaca jendela mobil dan mengemudi meninggalkan tempat itu.Laura menghela napas, memandang mobil Glen yang menjauh.Ponselnya kembali berdering. Laura menggigit kuku jarinya melihat Lucian sekali lagi meneleponnya.Dia memutuskan untuk tidak mengangkat dan berjalan masuk ke dalam rumahnya...."Glen, ini masih pagi dan kamu sudah di sini."Ketika Laura turun ke lantai bawah, dia melihat Glen di ruang keluarga, mengobrol dengan keluarganya."Bibi sudah dengar dari Laura, kalian akan bersama Amel ke taman bermain. Kalian harus sering-sering melakukannya….""Ya, Bibi." Glen mengusap belakang kepalanya dan mengobrol a

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Bab 238

    "Uh, apa kamu yakin, Tuan Glen? Mereka berdua ini sangat liar, seperti anjing. Mereka bisa saja menyerangmu. Aku akan tetap di sini dan menemanimu.""Tidak apa-apa, aku bisa mengurus mereka. Pergilah."Pak Sam tak berani membantah setelah mendengar suara tegas Glen."Baik, Tuan Glen." Dia melepaskan cengkeramannya pada George dan Emma, lalu memperingatkan mereka. "Awas jika kalian berani macam-macam dengan Tuan Glen. Aku akan menangkap kalian dan membawa kalian ke penjara."Setelah mengatakan itu, dia berjalan pergi kembali ke pos. George dan Emma tidak lagi ribut dan memandang Glen.“Kamu Tuan Muda dari keluarga Hastings? Tuan Hastings, maukah kamu membantuku? Aku akan melakukan apapun yang kamu inginkan!" George memohon, mencoba meraih tangan Glen.Glen menjauh dengan ekspresi jijik di wajahnya, bergerak mundur tanpa ekspresi."Ceritakan padaku tentang anak Lucian itu." "Apa kamu akan memberiku 10 miliar?""George!" Emma membentak geram dan panik, tetapi tenaganya sudah lelah dan

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Bab 237

    "Anak kurang ajar itu mengambil semua uangku! Lalu meninggalkan orang tuanya dan bersembunyi!" George berseru marah. Laura mengangkat sebelah alis. "Viola melarikan diri?” "Ya!" George menatap Laura memohon. "Laura, Laura, Laura... kau menganggapku sebagai ayahmu, kan? Tolong bantu ayahmu ini! Ayah akan mati jika tidak segera membayar utang pada rentenir. Mereka akan membunuh ayah dan ibumu!"Dia mencengkram pundak Laura erat tanpa menyadari ekspresi Laura yang meringis dan mencoba melepaskan cengkraman George dari pundaknya.“Tuan Samson, kamu menyakitiku ….” "Lepaskan dia!" Glen bergegas mendorong George menjauh dari Laura. Laura merasa lega setelah George didorong menjauh darinya.“Ah maaf Laura, ayah nggak bermaksud menyakitimu ….” George berkata cemas.Glen memelototinya dan mendorongnya menjauh. "Laura, jangan pedulikan mereka. Mereka menjadi seperti ini karena perbuatan mereka sendiri," ujar Glen berdiri di depan Laura sebagai temeng dan menghalangi George. "Ingat apa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status