Share

Bab 004

Author: Queen Moon
last update Last Updated: 2024-12-17 17:51:40

"Apa?! Putriku? Kamu menemukan putriku?! Aku sudah menjadi kakek?!"

Allen langsung merutuk karena Andrew mematikan panggilan telepon setelah menyampaikan berita yang menghebohkan itu.

"Tuan Adams, apa yang terjadi?" Presiden Negara tersenyum sopan dan hormat padanya.

Allen melambaikan tangannya acuh tak acuh dan berdiri dari kursinya. "Maaf, Tuan-Tuan, aku harus pulang. Ada masalah keluarga."

Tanpa peduli dengan orang-orang penting di ruangan, dia bergegas pergi.

Keluarga Adams lebih dihormati dan bergengsi dibandingkan posisi Presiden Negara.

Allen sangat tidak sabar bertemu dengan putri satu-satunya yang hilang dua puluh tahun silam. Hatinya penuh kerinduan dan kegembiraan, dia segera menghubungi istrinya.

Willy, yang sedang perawatan di spa kecantikan, hampir mengalami serangan jantung mendengar berita dari suaminya.

Putri mereka sudah ditemukan? Gadis manisnya, putri berharga mereka yang hilang saat berusia tiga tahun, akhirnya ditemukan?

Willy meneteskan air mata dan bergegas keluar tanpa peduli dengan martabatnya, hanya mengenakan jubah mandi. "Pergi, pergi, pergi ke ibukota! Siapkan jet pribadi untuk terbang ke Capital!"

Supir keluarga Adams terkejut melihat Nyonya Adams, yang selalu dingin dan anggun, menjadi heboh dan kehilangan keanggunannya.

"B-baik, Nyonya," meski bingung dan heran, sopir itu tetap menuruti keinginan Willy.

Willy ingat dia memiliki tiga putra yang ada di Capital dan segera menelepon mereka. Dia memarahi ketiga putranya karena tidak mengetahui bahwa adik perempuan satu-satunya mereka ternyata berada di Capital.

Dua puluh tahun yang lalu, keluarga Adams yang paling bergengsi di Capital berlibur di kota Fors dan kehilangan putri mereka yang berharga. Karena rasa bersalah, Willy tidak ingin meninggalkan kota Fors sampai mereka menemukan putri mereka. Siapa yang menduga bahwa putri mereka ditemukan di Capital?

Ketiga putranya merupakan pengusaha elit paling muda dan tampan. Mereka sangat gembira mendengar akhirnya menemukan adik perempuan mereka. Mereka harus menahan omelan keji ibu mereka karena adik perempuan ditemukan tepat di wilayah kekuasaan mereka.

"Ibu, Capital City dihuni jutaan manusia. Bagaimana kami bisa menemukan Laura di tengah jutaan orang?”

"Cukup alasan kalian, cepat jemput ibu di Capital. Ibu sedang menuju ke bandara. Jangan dulu menemui adik kalian. Ibu harus yang pertama bertemu dengannya."

"Ya, ya, ya, Bu. Aku akan mengirim sekretarisku menjemputmu. Akhirnya kamu kembali ke Capital."

Willy mendengus dan menghapus air mata di sudut matanya setelah mengakhiri panggilan telepon. Dia mengambil tisu untuk membersihkan air matanya. Dia akhirnya sadar masih mengenakan jubah putih dari spa kecantikan dan wajahnya belum dibersihkan dari masker hijau. Dia bisa menakuti bayinya dengan penampilannya yang seperti ini.

"Astaga, bagaimana penampilanku bisa mengerikan. Pak John, tolong berhenti di butik. Aku harus mandi dan mengganti pakaianku. Jangan sampai aku menakuti putriku dengan penampilanku."

"Baik, Nyonya."

.

.

Laura bangun setelah beberapa jam tertidur. Ketika dia membuka mata, dia merasa pusing dan sekelilingnya dipenuhi dengan warna putih yang menyilaukan. Namun, tangannya tidak menangkap suara dan sangat sunyi.

Jantungnya berdegup kencang meraba-raba telinganya dan hatinya mencelos. Dia masih menderita kehilangan pendengarannya.

Dipenuhi kekecewaan, Laura tidak lupa dengan putrinya. Dia bangun dan mencari putrinya. "Amel ...."

"Jangan khawatir, anakmu ada di sini." Sebuah suara di sebelahnya berkata.

Jantung Laura berdegup kencang mendengar suara itu. Ternyata, dia belum tuli.

Laura menoleh ke samping dan melihat seorang dokter tampak berusia empat puluhan tahun duduk di kursi di sebelah ranjangnya dengan Amel yang berusia dua tahun duduk di paha kanannya. Dokter itu tengah memberi makan bubur bayi pada putrinya.

"Mama ...." Amelia menatapnya sambil tersenyum. Suaranya sangat manis dan menggemaskan. Sudah lama sekali Laura tidak mendengar suara putrinya hingga dia ingin menangis. Dia belum tuli! Laura terus mengulang kata-kata itu dalam benaknya.

"Amel ...." Laura memandangnya dengan suara serak lalu menatap waspada pada dokter botak yang memangku putrinya.

Dokter itu botak dan tinggi. Dia tampak aneh menggendong putrinya.

"Jangan menatapku seperti itu. Aku bukan orang aneh. Hanya saja kamu sudah tertidur seharian dan tidak ada yang merawat putrimu. Jadi, aku memberinya makan. Aku takut anak ini akan jatuh sakit karena dia terus menangis saat kamu sakit dan tidak makan," kata Andrew menenangkan, melihat tatapan waspada di mata Laura.

Apa dia terlihat seperti pria aneh? Andrew mengakui rambutnya botak karena mengalami kerontokan, tetapi wajahnya cukup ramah dan tampan di usia empat puluh tahun. Dia tidak terlihat mencurigakan atau seperti penculik anak!

Dia harus mengenakan wig agar tidak menakuti keponakannya dan cucunya.

Memandang antara Laura dan anak di pangkuannya, Andrew mendesah kagum. Amelia sangat mirip dengan Laura yang berusia tiga tahun saat hilang karena diculik.

"Ah, terima kasih, Dokter." Laura tersenyum lega.

"Apa kamu merasa haus? Lapar?" Andrew bertanya dengan penuh perhatian, mengambil segelas air untuk Laura.

"Uhm, terima kasih, Dokter ...." Laura menerima gelas dari dokter itu dengan ekspresi bingung melihat perhatiannya.

Dia menatap ke sekeliling, melihat dirinya dirawat di kamar VIP yang mewah.

Apa Lucian atau keluarganya telah memindahkannya ke kamar VIP? pikirnya penuh harap.

"Uhm, Dokter ... apakah keluargaku dan suamiku datang berkunjung?"

"Suamimu? Tidak ada yang datang menjengukmu." Wajah Andrew cemberut.

Dia tidak pernah melihat anggota keluarga atau suami Laura menjenguknya sejak dia dirawat di rumah sakit. Menurut perawat dan petugas ambulans, Laura lah yang menelepon mereka saat dia sakit, bukan suaminya atau anggota keluarganya. Hanya putri kecilnya yang berusia dua tahun yang menemaninya ke rumah sakit.

Kondisi Laura saat itu sangat kritis. Jika tidak segera ditangani, dia mungkin menjadi tunarungu, bahkan yang lebih mengerikan adalah kematian.

Ini menunjukkan ketidakpedulian suami Laura padanya!

Tunggu sampai dia menyelidiki latar belakang Laura dan suaminya, dia akan memberi pelajaran kepada orang-orang itu atas pengabaian mereka terhadap Laura!

"Ah, begitu ya," ekspresi Laura tampak kecewa.

Andrew merasa iba karena keponakannya yang berharga sangat tidak dihargai oleh suami dan keluarganya. Jadi, dia tidak menahan diri dan membocorkan identitasnya.

"Uhm, Laura .... aku Andrew Adams, pamanmu. Aku adik dari ayah kandungmu."

"Hah?!" Laura membelalak tak percaya mendengar pengakuan pria itu. Dia yakin salah dengar atau pendengarannya tidak berfungsi lagi.

Gugup dan khawatir membuat Laura syok, Andrew buru-buru menenangkannya. "Jangan panik. Ayah, ibu, dan kakak-kakakmu akan segera datang. Mereka akan senang bertemu denganmu. Mereka sangat mencintaimu."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Bunda Hafizh
km harus balas dendam Laura
goodnovel comment avatar
Sartini Cilacap
Akhirnya Laura bertemu dengan keluarga kandung nya
goodnovel comment avatar
Shafieq
wkwkwk, ngakak ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Chapter 54 : Akhir

    Pernikahan Tristan Adams akan diadakan seminggu setelah lamaran itu diterima. Tidak ada yang menyangka bahwa pernikahan antara Tristan Adams, putra sulung dari keluarga paling disegani di Capital dan Mia, seorang wanita biasa dengan dua anak kecil akan terjadi begitu cepat dan begitu megah.Gedung pernikahan yang disewa adalah aula tertua dan termewah di pusat kota, dihiasi ribuan bunga putih dan lilin-lilin kristal yang berkilauan. Tamu-tamu berdatangan dari berbagai penjuru negeri. Politikus, artis, konglomerat, dan bahkan duta besar asing turut hadir.Media massa berlomba memberitakan pernikahan itu sebagai “Cinderella Abad Ini".Namun di tengah keramaian dan sorotan lampu kamera, Mia merasa seolah sedang berjalan dalam mimpi yang tak dia pahami. Semua terasa asing. Gaun putih yang membalut tubuhnya terasa berat.Senyum yang dia paksa tunjukkan pada tamu-tamu seperti topeng yang menutupi kegelisahan dalam hatinya. Ketika pesta usai dan Mia mulai menyadari semua ini bukan khayalan, d

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Chapter 53

    “Aku ingin kamu menjadi istriku, Mia.”Mia terkejut bukan main. “Apa?”“Menikahlah denganku.”"Permainan apa lagi ini?" tanya Mia seraya menarik tangannya dari genggaman Tristan.Tristan menggeleng pelan. "Maaf, Mia ... aku belum sempat membeli cincin untuk melamarmu. Tapi setidaknya, aku harus mengungkapkan keinginanku sekarang."Si kembar yang baru keluar dari kamar mereka tampak kegirangan melihat Tristan berlutut di hadapan ibunya.“Paman melamar Mama?” tanya Alana dengan suara polos.Tristan menoleh dan tersenyum tipis, lalu berkata pelan, “Mulai sekarang, jangan panggil aku ‘Paman’ lagi. Panggil aku Papa.”Alana dan Alister saling berpandangan sebentar sebelum dengan riang meneriakkan, “Papa!”Mia terpaku. Jantungnya berdegup keras di dada. Ada haru yang merayap di hatinya saat mendengar suara si kembar memanggil Tristan seperti itu. Namun rasa tidak percaya jauh lebih kuat. Dia merasa seperti sedang dipermainkan.“Tuan Tristan,” katanya pelan, menatap pria itu dengan pandangan

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Chapter 52

    Mia keluar dari kamar si kembar dan mendapati Tristan duduk di sofa ruang tamu. Dia menghela napas pelan."Kenapa masih di sini?" tanyanya dingin."Aku mau mengantar anak-anak ke sekolah," jawab Tristan tenang."Tidak perlu. Aku bisa mengantar mereka sendiri."Tristan bangkit dari duduknya lalu berjalan mendekat ke arah Mia. Sorot matanya terlihat sendu. “Mia ... biarkan aku melakukan sesuatu untuk mereka."Mia hampir saja meloloskan tawa mendengar ucapan Tristan. "Jadi sekarang kamu ingin menjadi sosok ayah yang baik untuk mereka? Ke mana saja kamu selama ini?" sindirnya."Okay, kita bicarakan ini sekarang, ya?"Mia mengangkat tangannya pertanda dia tidak ingin mendengar apapun yang diucapkan oleh Tristan. Kekesalannya semakin menjadi-jadi. Kenapa baru sekarang saat dirinya sudah ingin melupakan semua yang terjadi antara dirinya dengan pria itu."Kamu pergi saja, Tuan Tristan ... kami tidak membutuhkanmu di sini," ucap Mia.Saat itu bel apartemen berbunyi. Mia segera menuju ke pintu

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Chapter 51

    Mia membuka mata pagi itu saat sinar mentari muncul dari sela-sela gorden kamar dan menyentuh wajahnya. Dia menguap sebentar, lalu beranjak dari atas tempat tidur.Ingatan tentang Tristan yang tertidur di depan pintu apartemennya seketika menyelinap di kepalanya. Ah, mungkin saja Tristan sudah pergi, pikirnya.Saat memeriksa ke kamar si kembar, bibir Mia mengulas senyum tipis. Kedua buah hatinya itu masih tertidur pulas. Tentu saja, karena hari masih terlalu pagi. Mia memang selalu bangun lebih cepat karena harus mengurus keperluan si kembar untuk sekolah.Mia menyambar satu kantong sampah yang hendak dikeluarkan dari apartemen. Saat membuka pintu, pandangannya tertuju pada sosok pria tampan yang tertidur pulas di dekat pintu."Astaga," gumamnyaJadi Tristan semalaman tidur di sini?!Mia menggeleng pelan. Tentu saja dia tidak bisa ke mana-mana karena mabuk berat. Ada rasa iba menggelitik dalam hatinya saat melihat Tristan yang tertidur pulas.Bayangkan, seorang CEO perusahaan ternama

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Chapter 50

    Mia baru saja menidurkan Alana dan Alister setelah membacakan buku cerita bergambar. Malam itu terasa lebih melelahkan dari biasanya. Bukan karena anak-anak rewel, tapi karena pikirannya dipenuhi oleh satu nama yang tak bisa ia hindari—Tristan. Ia duduk sejenak di sofa, menatap pintu apartemen yang tertutup. Matanya menerawang, mengingat kembali keputusan besar yang dia ambil pagi tadi: menyerahkan surat pengunduran diri. Keputusan itu bukan hal mudah. Dia sudah tahu Tristan akan marah. Tapi dia lelah terus berada dalam hubungan yang tak pasti. Dia lelah menjadi wanita yang hanya dianggap "penghangat ranjang" oleh pria yang sebenarnya dia cintai diam-diam. Tiba-tiba, ketukan pelan terdengar dari luar pintu. Mia menoleh. Dadanya berdebar. Sepertinya dia sudah bisa menebak siapa yang datang malam-malam begini. Ketukan pintu kembali terdengar. Pelan Mia menyeret kaki menuju ke arah pintu. Dia terdiam sejenak di sana, hingga suara yang begitu dia kenal terdengar. “Mia, ini aku.” Ben

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Chapter 49

    "Tsk!"Tangan Tristan mengepal erat saat memeriksa surat pengunduran diri Mia. Beraninya dia seenaknya saja berbuat demikian, pikirnya. Rasanya ingin dia robek-robek kertas di hadapannya itu dan dia buang ke tempat sampah. Atau mungkin dia datangi saja Mia dan meminta penjelasan darinya. Terlebih meminta penjelasan kenapa Mia bisa dekat dengan Danis.Namun, Tristan sadar kalau hal itu akan menyentil egonya. Entahlah, saat ini pikirannya benar-benar kacau.Langit malam kota masih kelabu ketika Tristan melangkah masuk ke dalam bar kecil di sudut jalan. Dentingan gelas dan musik lembut menemani pikirannya yang berantakan. Dia melepas jasnya, duduk di kursi bar, dan menatap kosong ke arah rak minuman.Dia butuh jeda. Butuh hening dari segala hal yang menyesakkan.“Malam panjang, ya?” suara Lucian menyapa dari belakang. Adik iparnya itu duduk di sebelahnya, menyambar satu gelas yang langsung diisi bartender. Dia sengaja menelepon Lucian dan memintanya bertemu di bar.“Kenapa baru datang?”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status