Dokter aneh itu pergi dengan tergesa-gesa setelah memberitahunya berita yang mengejutkan karena panggilan operasi darurat.
Putri dari keluarga Adams? Tidak mungkin dan konyol. Bagaimana dia bisa menjadi putri dari keluarga Adams yang hilang? Tentu Laura tahu tentang keluarga Adams yang bergengsi dan nomor satu di negara ini. Dia hanya mengetahui nama dan reputasi mereka, tetapi tidak mengenal orang-orang atau wajah-wajah dari keluarga Adams. Mereka adalah keluarga pengusaha dan politikus yang telah ada dari generasi pendirian negara dan sangat menjaga privasi mereka. Keluarga Samson berulang kali ingin memanjat kepada keluarga Adams, tetapi mereka berada di level yang lebih rendah dan tidak menarik perhatian keluarga itu. Samar-samar dia mengingat Lucian telah menarik perhatian salah satu dari tiga putra elite keluarga Adams dan menjalin kerjasama bisnis. Kerjasama itu membuat bisnis keluarga Wilson meroket dan semakin dihormati oleh lingkaran elite. Kakek Billy yang selalu keras dan tegas pada Lucian sampai berulang kali memujinya karena bisa menjalin kerjasama dengan pengusaha keluarga Adams. Status keluarga Adams sangat bergengsi di negara ini, bagaimana dia bisa menjadi putri mereka yang hilang? Laura tidak ingin bermimpi konyol. Dia sudah disindir menjadi Cinderella ketika menikah dengan Lucian. Namun, hasil dari pernikahan itu adalah pengkhianatan dan perselingkuhan Lucian dengan adik Laura. Dia hanya anak angkat di keluarga Samson dan tidak pernah bergabung di masyarakat kelas atas, apalagi berinteraksi dengan para elite itu. Bahkan statusnya sebagai istri Lucian tidak ingin diungkapkan oleh keluarganya. Ibu mertuanya menyebutkan bahwa dirinya terlalu rendah dan memalukan untuk menjadi istri Lucian. Fokusnya saat ini adalah sembuh dari demam kritisnya dan mencari donor sumsum tulang belakang untuk penyakit leukemia Amel. "Mama ...." Amel merangkak ke pangkuannya dan menempelkan punggung tangan mungilnya di kening Laura. "Mama sudah tidak sakit lagi?" Laura menunduk menatap wajah menggemaskan putrinya dan mengusap pipinya dengan penuh sayang. Dia merasa lebih baik dengan putrinya yang sehat masih bersamanya. "Ya, sayang, mama sudah sembuh." Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan sosok Lucian muncul dengan ekspresi gelap di wajahnya. Laura menegang menatap suaminya. Dia mengingat semua penderitaannya dan perselingkuhan Lucian dengan adiknya, rasa sakit terasa menusuk dadanya. Lalu, kata-kata pria yang membunuhnya sebelum dia kembali ke masa lalu terngiang-ngiang di benaknya. "Ini hadiah dari Tuan Lucian. Pergilah ke neraka, Jalang." Laura memegang dadanya, ingatan akan rasa sakit pisau yang menembus punggung ke jantungnya membuatnya ngeri. Seolah-olah dia kembali ke hari hujan itu dan ditusuk ke jantungnya. Laura terbatuk-batuk hebat, wajahnya memutih. "Mama ...." Wajah polos dan kekanakkan Amel terlihat cemas. Meski dia berusia dua tahun, anak itu tumbuh lebih dewasa dari usianya karena apa yang dia rasakan atas masalah orang tuanya yang tidak harmonis. Laura merasa sangat getir dan menghentikan batuknya agar tidak menakuti putrinya. Lucian mendekatinya dengan wajah gelap dan berkata dingin, "Berhenti berpura-pura sakit dan menyedihkan untuk menarik perhatianku." Laura menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya lalu menatap pria di depannya. Tidak ada lagi rasa cinta di dadanya terhadap pria itu. Hatinya tampak sudah mati rasa saat pria itu mengabaikan putri mereka yang sekarat dan mengirim pembunuh untuk membunuhnya. "Jangan khawatir, Tuan Wilson, aku tidak berusaha menarik perhatianmu. Aku benar-benar sakit, dan melihat wajahmu di sini justru membuat penyakitku tambah parah." Suara Laura sangat dingin dan tajam seperti bilah pisau. Lucian tercengang mendengar kata-kata itu. Dia mengerjap menatap Laura lekat-lekat. Entah mengapa merasa wanita di depannya tampak asing. Wajah cantiknya tetap sama, tetapi ekspresi wajahnya sangat dingin dan acuh tak acuh. Laura yang dia kenal adalah wanita yang lembut dan bahkan tidak berani berbicara kasar padanya. Dia berkata seolah dirinya virus yang memperburuk penyakitnya. Dia bahkan memanggilnya “Tuan Wilson” dengan dingin, bukan "Lucian" atau "suami." "Apa demam membuat otakmu tergoreng?" Laura mengerucutkan bibirnya dan mencibir. "Otakku baik-baik saja, terima kasih. Apa yang membawamu ke sini?" "Kakek akan segera pulang. Sebaiknya kamu tidak mengungkit apa yang terjadi di pesta ulang tahun Ibu. Bagaimanapun kamu yang salah karena mendorong Viola ke kolam." Laura menatapnya tajam sambil menutup telinga Amel. "Jangan berani mengungkit nama selingkuhanmu di depan Amel," desisnya. Lucian mengerutkan keningnya, menatap istrinya dengan tatapan aneh. Ada yang salah dengan Laura. Dia tidak bersikap seperti biasanya. Dia marah karena Laura menyebut Viola sebagai selingkuhannya. "Jaga mulutmu, Viola bukan selingkuhanku. Dia kekasihku." Lucian menatapnya untuk melihat reaksinya. Laura hanya menatapnya dingin. Lucian merasa gelisah melihat sikap dingin istrinya, tidak ada lagi tatapan lembut dan cinta di matanya. Dia merindukan tatapan lembutnya. Dia tidak akan berselingkuh jika Laura tidak berselingkuh lebih dulu darinya. Lucian menenangkan kegelisahan nya dan berkata ketus, "Karena kamu sudah sembuh, kamu harus minta maaf pada Viola karena sudah mendorongnya ke kolam. Dia jatuh sakit dan demam tinggi. Aku akan melupakan perlakuanmu padanya selama kamu tidak mengungkit masalah ini di depan kakek." Tak peduli bagaimana Lucian berselingkuh dengan Viola, Kakek Billy mentolerirnya selama mereka tidak menyakiti Laura secara fisik. Laura masuk rumah sakit tentu akan menarik perhatian Kakek Billy, Lucian tidak ingin menanggung amarah Kakek Billy. Kakek Billy terkenal sangat tegas dan bukan orang yang lembut terhadap keluarganya sendiri. Dia hanya bersikap lembut pada Laura dan Amelia. "Aku tidak akan pernah meminta maaf pada pelacur itu! Dia memamerkan foto-foto telanjang kalian padaku. Bersyukurlah aku tidak menyebar foto-foto kalian ke internet. Akan sangat memalukan jika pewaris Wilson Group berselingkuh dan memamerkan foto telanjang mereka! Omong-omong, ternyata kamu menyukai produk implan silikon Viola," kata Laura dengan nada sangat merendahkan. Sekali lagi, perubahan sikap Laura sangat mengejutkan Lucian. Tidak ada lagi sikap pengecut dan tak berdaya dari wanita itu. Lucian tidak menduga akan mendengar kata-kata kurang ajar tersebut dari bibir Laura. Bahkan menyebut ‘produk implan silikon’ pada Viola. "Laura Samson, tutup mulutmu atau aku akan menceraikanmu! Viola bukan orang yang seperti itu.” Laura hanya tersenyum acuh tak acuh. "Baiklah, mari kita bercerai. Aku akan menelepon Tuan White untuk mengurus surat perceraian kita hari ini. Sebaiknya kamu hadir di sidang perceraian, Tuan Wilson.” Lucian benar-benar sangat tercengang dan tidak bisa berkata-kata. Dia menatap Laura seolah dia telah menumbuhkan satu kepala di tubuhnya. "Ada apa denganmu? Otakmu benar-benar tergoreng? Jika tidak, bagaimana kamu bisa berubah seperti ini?" "Jadi, kamu akan bercerai atau tidak?" Lucian terdiam setelah beberapa saat. "Jangan main-main. Jika kita bercerai, aku yang akan yang menceraikanmu.” Lucian mendesis merasa tidak nyaman dengan kata-kata Laura yang ingin menceraikannya. Dia yakin Laura pasti berpura-pura untuk mengancamnya. Wanita itu tidak berani berani bercerai darinya. Jika dia bercerai, Amel akan kehilangan statusnya sebagai putri Lucian Wilson dan cucu pertama keluarga Wilson. “Jangan repot-repot Tuan Wilson. Kita akan tetap bercerai pada akhirnya. Apa bedanya aku yang mengajukan lebih dulu,” balas Laura ketus. Lucian terdiam lalu menggelengkan kepalanya dengan kening berkerut. "Ada yang salah dengan kepalamu. Aku akan memanggil dokter untuk memeriksamu." Dia kemudian melirik Amelia yang berada di pangkuan Laura dan mengulurkan tangan untuk mengambil anak itu. "Sini ikut Papa. Mamamu sedang sakit dan butuh istirahat." Laura menegang ketika Lucian mengambil putrinya dari pangkuannya. Dia bergegas meraih putrinya dan menampar wajah Lucian. "Jangan berani menyentuh putriku!" Laura memeluk tubuh Amelia protektif dan menatap Lucian seperti harimau betina yang melindungi anaknya. Dia menatap Lucian seolah dia adalah monster yang akan memakan anaknya. Dia ingat rasa sakit di hatinya ketika Amelia yang berusia dua tahun tak sengaja mendorong Viola yang minum teh, menyebabkan putrinya terciprat teh panas. Viola bahkan tidak terluka, tetapi tangan putrinya melepuh oleh teh panas. Namun, Lucian menyalahkan Amelia dan bahkan memukul betis kecilnya dengan rotan. Itulah patah hati terbesar Laura melihat putrinya terluka dan menangis dipukul oleh ayahnya. Lucian adalah monster yang bisa memakan anak-anaknya. Dia tidak peduli ketika Amelia sekarat dan akhirnya meninggal. Laura membencinya! Lucian tertegun, merasakan perih di pipinya. Dia menoleh kepada Laura dengan ekspresi gelap dan ingin memarahinya, tetapi terdiam melihat sikap yang ditunjukkan oleh wanita itu, memandangnya seolah dia monster yang akan memakan putrinya. “Apa-apaan tatapanmu itu?!” “Enyah dari sini! Kami tidak membutuhkanmu!” Laura melemparinya dengan bantal dan barang-barang yang bisa dijangkau di atas meja. Lucian terpaksa mundur dan keluar ketika Laura hendak melemparkan pisau buah. Dia menutup pintu di belakang dengan ekspresi penuh keheranan. “Ada apa dengan wanita itu? Dia sudah gila? Apa otaknya bermasalah?” desisnya dengan suara rendah, ada kekhawatiran dalam suaranya.Khawatir? "Konyol sekali," kata Lucian mendengus muram. Ekspresi dingin kembali di wajahnya. Ada kemarahan di hatinya. Ponselnya berdering, Lucian melirik melihat nama Viola di layar ponselnya. Dia menghela nafas, tidak merasa antusias. Tanpa menjawab panggilan telepon Viola, dia kembali ke kantornya. Setelah Lucian pergi, Laura memandang wajah putrinya dengan ekspresi khawatir. "Sayang, Mama bikin kamu takut, ya?" Amelia berkedip dengan mata polosnya. Tidak ada senyum di wajah kekanakannya. "Mama, Amel mau sama Papa." Laura terdiam dengan ekspresi sedih. "Amel mau sama Papa?" Amelia mengangguk dan berkata dengan suara cadelnya yang putus-putus. "Papa gendong Amel. Amel mau digendong Papa lagi." Laura terdiam, lalu menyadari ini pertama kalinya Amel digendong oleh Lucian sejak dia lahir. Dia ingat Amel selalu menatap Lucian dengan tatapan penuh harap setiap kali mereka bertemu, jelas sangat merindukan kasih sayang ayahnya. Laura mengatur kata-kata saat menatap putri
Laura menatapnya tanpa ekspresi. Tentu saja, ia tidak akan menuruti mereka. Dia sudah cukup bodoh di kehidupan sebelumnya karena membiarkan mereka memanfaatkannya dan mengurasnya sampai kering. "Apa kamu mengerti?! Kamu tidak boleh bercerai dengan Lucian!" George gelisah menatap mata biru Laura yang dingin dan tak terbaca. Laura tampak berbeda dari biasanya. Dulu dia selalu penurut dan takut pada mereka. Dengan kesal, ia meraih dagunya dan mengancam, "Jika kamu sampai bercerai dan mengungkap hubungan Lucian dan Viola, aku akan membunuhmu!" "Hei, apa yang kamu lakukan!" Seorang pria tiba-tiba masuk dan mendorong George menjauh dari Laura. "Siapa kalian? Beraninya kalian menyakiti Laura!" seru Andrew marah. "Ini bukan urusanmu. Kami adalah orang tuanya. Sebaliknya, kamu siapa?! Jangan ikut campur!" George kesal karena seorang dokter berkepala botak telah mendorongnya dan berteriak di depannya. "Orang tua? Kalian menyebut diri kalian orang tua dan mengancam seorang anak?!" tanya
Wanita itu menangis dan memeluknya erat hingga Laura hampir kehabisan napas. "Anakku, ini sungguh kamu? Ibu sangat merindukanmu dan mencarimu selama dua puluh tahun."Laura tertegun. Air matanya pun ikut luruh mendengar kata-kata wanita yang mengaku sebagai ibunya. Kerinduan yang aneh membuncah di dadanya, seolah-olah sebagian dari dirinya mengenali wanita itu. Tangannya membalas pelukan itu, dan ia berbisik lirih, "Ibu...."Tangisan wanita itu semakin keras. "Gadis manisku, kamu sudah tumbuh sebesar ini ...." Para pria dewasa di sekitarnya berusaha menahan air mata, tetapi mata mereka berkaca-kaca."Laura, ini ayah...." Allen membungkuk, ikut memeluk Laura dan istrinya erat. Air matanya tak terbendung.Wajah Laura tersipu. Ia tak pernah diperlakukan seperti anak kecil, usianya kini 23 tahun dan ia seorang ibu muda. Namun, orang-orang ini memperlakukannya seperti gadis kecil mereka.Apakah dia benar-benar putri mereka yang hilang? Ia bertanya-tanya dalam hati. Tapi mengapa di
Laura tercengang. "Ini sangat berharga. Aku takut akan menghilangkannya," bisiknya. "Jangan khawatir, sayang, kamu pantas mendapatkannya. Kamu adalah putri kami yang berharga," kata Willy dengan nada memanjakan. Laura tersenyum hangat dan mau tak mau menerima hadiah itu. "Omong-omong, di mana cucu kami? Andrew bilang kami sudah menjadi kakek," kata Allen antusias. "Cucu? Kita punya cucu?!" Willy terkejut dan berbinar. "Kamu sudah menikah dan punya anak?" Dean terkejut. "Wow, Laura, kakak pertamamu bahkan belum menikah, begitu pula dengan kakak kembarmu, tapi kamu sudah mendahului kami," kata Sean menggoda. Semua anggota keluarga Adams menatapnya. Laura meringis. Ia menikah muda karena paksaan keluarga Samson dan tak punya pilihan untuk menolak. "Apa itu masalah?" Ia khawatir keluarga kandungnya akan menolak Amelia. "Tentu tidak, sayang. Kakakmu bicara omong kosong. Mereka hanya iri karena mereka jomblo akut," kata Willy menenangkan, lalu memukul kepala Sean. “Jangan ucapkan k
Keluarga Adams mengajak Laura untuk tinggal bersama mereka dan membantu mengurus perceraiannya. Sebelum Laura memutuskan, Kakek Billy menelepon dan memberitahunya tentang kepulangannya. Laura terkejut karena Kakek Billy kembali dari Singapura lebih awal daripada di kehidupan sebelumnya. Ia khawatir Kakek Billy menunda perawatannya untuk kembali. Di kehidupan sebelumnya, karena masalah yang dihadapi Laura, Kakek Billy menunda operasi jantung dan pulang. Ia sangat marah pada Lucian karena Laura hampir meninggal dan menjadi tunarungu. Keluarga Samson dan Wilson tak lepas dari kemarahannya; Viola dimasukkan dalam daftar hitam industri hiburan, dan Lucian mendapat hukuman cambuk dari kakeknya. Karena masalah itu, mereka semua membenci Laura. Namun, tiga bulan kemudian, Kakek Billy meninggal karena tekanan darah tinggi dan gagal jantung. Laura sangat sedih dan merasa bersalah atas kematian Kakek Billy. Jadi, ia menerima tawaran Kakek Billy dan menjemputnya sendiri di bandara.
Wajah Lucian tampak semakin dingin, tidak suka diperlakukan kasar di depan umum, apalagi di depan Laura dan putrinya. Tetapi ia tidak mengatakan apapun agar tidak membuat kakeknya semakin marah. Laura menatap wajah Kakek Billy cemas melihatnya marah. Ia tidak akan melupakan kematian Kakek Billy di kehidupan sebelumnya karena tekanan darah tinggi dan serangan jantung. Hal yang ingin ia lakukan setelah terlahir kembali adalah mencegah kematian Kakek Billy dan membujuknya untuk menjalani operasi. Kakek Billy baru berusia 70 tahun dan masih memiliki beberapa tahun lagi untuk hidup. Di kehidupan sebelumnya, penyakit Kakek Billy bertambah parah karena ia mencemaskan Laura dan menunda operasinya."Kakek, jangan marah... Kamu bisa menderita tekanan darah tinggi."Wajah marah Kakek Billy menjadi rileks karena perhatian Laura."semua karena bocah ini selalu membuatku marah," gerutunya menatap Lucian tajam."Kakek, mengapa kamu buru-buru pulang? Kamu harus menjalani operasi jantung, jangan
"Kakek!" desis Lucian.Kakek Billy tampak akan memukulnya lagi, tetapi Viola berteriak dan menahan tongkatnya."Kakek, tolong jangan pukul Lucian lagi. Pukul saja aku!" Dia berpura-pura terisak dan berdiri di depan Lucian."Apa yang kamu lakukan? Jangan ikut campur di sini!" Lucian menarik Viola, melindunginya dari amukan Kakek Billy.Kakek Billy berdecak kesal dan berkata, "Lucian, kamu harus mengakhiri hubunganmu dengan wanita ini. Dia tidak layak untukmu! Kamu harus minta maaf pada Laura selagi dia masih mau memaafkanmu.""Kakek, aku mencintai Lucian, mengapa aku tak layak bersamanya? Dibandingkan Laura, latar belakangku lebih baik dan paman dan Bibi menyukaiku, mengapa kamu harus memisahkan kami? Lucian adalah cucumu, kamu seharusnya memikirkan kebahagiaannya." Viola berkata menuntut dan tidak puas.Kakek Billy mencibir, "Laura seratus kali lebih baik daripada kamu. Laura bersedia menikah dengan Lucian saat ia lumpuh dan buta. Kamu yang menolak perjodohan itu karena kondisi Lucian
Meski panik, Viola berpura-pura polos dan tidak mengerti. "Foto apa?""Foto kita tidur bersama. Kamu menyebarkan foto itu pada Laura di pesta ulang tahun Ibu, karena itu kalian bertengkar?""Aku tidak mungkin melakukan itu. Aku seorang aktris, bagaimana mungkin aku menyebarkan hubungan intim kita," ujarnya pura-pura tersinggung, lalu melanjutkan kalimatnya menatap Lucian dengan cemberut sedih. "Apa itu yang dikatakan Kakak tentangku? Lucian, apa kamu percaya pada Kak Laura dibandingkan aku?""Sebaiknya kamu tidak melakukan itu." Lucian tidak mengakui ia percaya Laura, tetapi menegur Viola. "Jika ini sampai tersebar, reputasi Wilson Group akan hancur dan Kakek tidak akan membiarkan aku memimpin Wilson Group."Ia berbalik pergi meninggalkan Viola yang menggertakkan gigi di belakangnya."Laura, apa yang sudah kamu lakukan pada Lucian-ku, dasar jalang!" Andai Laura ada di depannya, ia akan memukul wanita sialan itu!.."Ayah, Ibu...." Laura menyapa Seline dan Philip sopan di ruang tam
“Nenek, Amel ikut ….” Amel sama gembiranya dengan neneknya dan masuk ke kamar rawat.“Maaf, ibuku sudah bersikap tidak sopan. Dia senang dengan anak-anak dan bersemangat setelah mendengar dari Dean bahwa si kembar sangat mirip dengan Kak Tristan. Maaf ya ….” Laura meminta maaf menyadari raut wajah Mia terlihat tidak nyaman sejak mereka datang.“Tidak apa-apa. Apa Dean Adams … dokter di sini? Dia menyelidiki tentang anak-anakku?” Mia bertanya pasrah sambil mengusap wajahnya.Dia tidak menyadari salah satu anggota keluarga Adams bekerja di rumah sakit ini. Dan dia tak mengantisipasi kakak kedua Laura begitu tertarik pada anak-anaknya dan mengungkit tentang si kembar pada keluarga Adams.Pasti kemiripan di kembar dengan Tristan di ceritakan pada seluruh anggota keluarga Adams dan menarik perhatian mereka. Karena itu seorang Matriarch keluarga Adams datang jauh-jauh kemari tanpa peduli waktu sudah hampir larut malam.“Ya, ini salah satu rumah sakit yang dikelola olehnya. Kak Dean melihat s
Ekspresi Tristan juga berubah serius. Dia berdiri dalam sekejap dari sofa.“Aku akan melihatnya sendiri!”“Tunggu! Tunggu dulu!” Dean buru-buru menahan kain celana Tristan. Untung kain celananya tidak melorot. Tapi Dean menatap tatapan sinis dari kakak tertua.Dia segera melepaskan celana Tristan dan cengengesan. “Aku nggak bilang anak-anak itu adalah anak-anak Tristan. Cuma bilang mirip!”Willy memukul pundak putranya gemas. “Kamu seharusnya bilang! Kamu hampir membuat ibu serangan jantung!”Tristan menatap adiknya tajam yang membuat Dean merinding takut.Dean mengusap belakang kepalanya. “Kalian akan lebih syok jika berkunjung dan melihat sendiri wajah anak-anak kembar itu. Mereka persis sekali dengan foto Kak Tristan di masa kecil. Lebih tepatnya kembar identik seperti aku dan Dean.”“mereka anak-anakmu berarti?”“Ibu, tolong jangan asal ambil kesimpulan, dong,” keluh Dean. “Pokoknya anak-anak itu persis seperti Kak Tristan. Ibu akan terkejut jika melihatnya nanti. Jadi aku ngomon
Laura mengalihkan pandangannya ke samping. Posisi ini sangat intens dan membuatnya tidak nyaman.“Mengapa kamu peduli padaku? Saat itu kamu sudah bersama Viola. Apalagi yang kamu inginkan? Aku sudah melepaskanmu agar kalian hidup bahagia. Jadi, tolong menjauhlah dari hidup—”Laura tak sempat menyelesaikan kalimatnya karena bibirnya tiba-tiba terkunci dalam ciuman panas Lucian.Matanya melebar. Dia berusaha meronta dan mendorong pria itu, namun tubuh dan bibirnya tertawan oleh pria itu, dan dia tak bisa menggerakkan tubuhnya.“Lucian...” Laura tak sempat menyelesaikan kalimatnya karena lidah pria itu menyelinap masuk ke dalam mulutnya.Ciumannya sangat intens dan panas, mencuri nafas Laura. Lidahnya menggodanya dalam mulutnya membuat sensasi geli di bawah perut Laura.Laura menggelengkan kepala menyangkal ciuman ini sangat menggairahkan. Dia menggigit bibir bawah Lucian dengan kuat, menyebabkan pria itu mendesis dan melepaskan bibirnya.Dia dengan cepat mendorong lengan Lucian.“Dasar
“Papa, kapan lagi Amel bisa ketemu Papa?” Amel menatap Lucian dengan penuh harap setelah Lucian selesai membayar makan siang mereka di kasir dan keluar dari restoran.Lucian berlutut di depan Amel dan mengusap kepalanya.“Amel bisa menghubungi Papa kapan saja. Apa Amel punya ponsel?”Amel menggelengkan kepala. “Mama nggak mengizinkan Amel pegang ponsel, nanti Amel jadi malas belajar.”“Benarkah, bagaimana ini? Kalau Amel punya ponsel, Amel bisa telepon Papa kapan saja. Bagaimana kalau telepon Papa dengan ponsel Mama?” Lucian berkata sambil melirik Laura yang berada beberapa langkah dari mereka, sedang menelepon seseorang di halaman parkir.Mata gadis kecil itu berbinar, lalu dia berlari menghampiri Laura dan menarik tangannya.“Mama, mama, mama!”Laura menunduk menatap Amel yang menarik-narik lengannya. “Ada apa, sayang?”Amel tersenyum lebar. “Boleh Amel pinjam ponsel Mama?”“Oh, tunggu sebentar, sayang.” Laura mengusap kepala Amel tanpa bertanya, lalu berbicara kembali di teleponnya
Lucian mengalihkan pandangannya dari Amel dan menatap Laura tenang.“Mama ….” Senyum lebar di wajah Amel perlahan-lahan memudar, dia memandang Laura dengan cara yang sama seperti Elina.Laura sesaat tertegun melihat ekspresi putrinya dan mengernyit. Amel terlalu peka. Dia mencoba tersenyum padanya.“Hai, sayang. Apa kamu sedang makan? Apa yang kamu makan?” Dia membungkuk dan mencium pipi putrinya.Amel menatap takut-takut. “Mama jangan marah ya. Amel cuma sekali ini makan spaghetti. Habis ini Amel nggak makan lagi ….”Hati Laura tercubit melihat tatapan cemas putrinya. Dia tersenyum lembut mengusap rambut Amel.“Nggak apa-apa, sayang. Amel bisa memakannya sekali-kali. Kalau Amel mau lagi, Mama akan bawa Amel makan spaghetti kapan-kapan.” Dia kemudian melirik Lucian tajam. “Bukankah Mama sudah bilang Amel nggak boleh menerima ajakan orang asing? Amel sudah bikin Mama khawatir.”“Tapi Papa kan bukan orang asing.” Amel mengerjap dengan polos.Laura mencoba mempertahankan senyum di wajahn
Laura baru selesai dengan laporan keuangan departemen Store dan menyerahkannya pada Anna.“Apa ini yang terakhir?” tanyanya sambil meregangkan lehernya yang pegal karena seharian menunduk mengerjakan laporan departemen Store yang menumpuk karena peralihan jabatan Direktur sebelumnya.“Ya, Direktur. Ini yang terakhirnya. Sisa laporan dari departemen lain akan diserahkan setelah jam makan siang. Ini sudah jam makan siang. Apa Anda ingin makan siang?”“Ya, aku ingin menjemput putriku dan makan siang bersamanya. Kamu boleh pergi istirahat makan siang.”“Baik Nona,” Anna menanggapi sopan dan berbalik pergi meninggalkan kantor Laura.Setelah Anna pergi, Laura meraih ponselnya dan menghubungi Elina, pengasuh Amel.“Halo Bibi, apa Amel sudah pulang sekolah?” Laura merapikan barang-barang pribadinya ke dalam tasnya dan berdiri dari kursinya.“....”"Sudah pulang? Siapa yang menjemputnya? Apa kakakku?" Langkah kakinya tiba-tiba berhenti saat hendak keluar dari kantornya."Siapa kamu bilang? Luc
Halaman sekolah itu sangat ramai dengan anak-anak yang keluar dari kelas saat bel pulang sekolah berbunyi. Anak-anak keluar dengan seorang pengasuh atau guru berlari menghampiri orang tua mereka yang sudah menunggu, menjemput mereka.Lucian mengamati dari luar mobil sambil bersandar di mobil Bentley dengan kacamata hitam di wajahnya.Beberapa ibu muda dan guru melirik-liriknya dengan wajah tersipu. Lucian mengabaikan semua perhatian itu karena fokusnya mencari wajah putrinya di antara anak-anak TK yang pulang sekolah.Kemudian dia melihat sosok anak yang menyerupai Laura versi mini keluar dari kelas sambil menggandeng lengan pengasuhnya. Lucian merasakan kehangatan dan kerinduan di dalam hatinya saat memandang putrinya. Amel sangat menggemaskan dengan seragam biru muda dan rok hitam kotak-kotak dan bertali. Tas merah muda bergambar stroberi tersampir di punggungnya yang kecil.Wajahnya benar-benar menyerupai Laura dalam versi kecil. Sangat menggemaskan. Lucian tak bisa menahan senyum
“Apa yang harus aku lakukan sayang? Aku nggak bisa menjauh dari Jayden barang sedetik saja,” Viola bersandar dengan manja di pelukan seorang pria yang cukup tua. Dia duduk di atas pangkuannya dan memeluk lehernya.“Bersabarlah. Selama Jayden kita mendapat warisan Lucian, gak apa-apa kamu menjauh dari keluarga Wilson dan Lucian. Jangan membuat kakek tua itu marah lagi.” Philip mengelus rambut wanita itu menenangkan di atas tempat tidur. Keduanya tak mengenakan sehelai benangpun di tubuh, hanya selimut yang menutup bagian bawah mereka.Setelah diusir dari kediaman Wilson dan tidak diizinkan mendekati Lucian atau Jayden, Viola sangat frustasi dan marah. Dia mendekati satu-satunya pria yang bisa membantunya dan sekaligus ayah kandung Jayden. Mereka bertemu diam-diam di sebuah hotel.“Aku nggak bisa bersabar lagi. Aku sudah cukup marah selama tiga tahun ini dicemooh karena digantung, tanpa kepastian kapan Lucian akan menikahiku sementara Jayden tumbuh semakin besar,” ujar Viola sangat tida
“Ayah kamu sangat peduli sekali pada Jayden lebih dari ayahnya sendiri. Orang lain akan berpikir Jayden adalah putramu.”“Jayden, jangan bicara sembarangan. Itu fitnah yang kejam!” Viola yang membantah paling cepat.Philip tersentak dan membantah dengan marah. “Omong kosong apa yang kamu ucapkan! Jayden adalah cucuku, memangnya aku tidak boleh peduli padanya!”Raut wajah Seline juga terlihat jelek. “Lucian, berhati-hati dengan apa yang kamu ucapkan.”“Ibu, ayah tidak pernah peduli padaku dan tak pernah melakukan peran atau tanggung jawabnya sebagai seorang ayah. Aneh sekali dia terlalu peduli pada Jayden. Kamu juga orang paling mengenal ayah. Apa kamu tidak curiga?”Seline terdiam, terlihat bingung dan curiga menatap antara Philip dan Viola.Viola menangis mendengar kata-kata Lucian. “Lucian, kamu sangat keterlaluan. Apa kamu menuduhku berselingkuh dengan ayahmu? Tidak apa-apa kamu nggak mencintaiku lagi, tapi mengapa kamu merendahkan aku di depan keluargamu dan Jayden!” Dia menutup