Share

Bab 006

Penulis: Queen Moon
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-19 14:29:08

Khawatir?

"Konyol sekali," kata Lucian mendengus muram.

Ekspresi dingin kembali di wajahnya.

Ada kemarahan di hatinya.

Ponselnya berdering, Lucian melirik melihat nama Viola di layar ponselnya. Dia menghela nafas, tidak merasa antusias. Tanpa menjawab panggilan telepon Viola, dia kembali ke kantornya.

Setelah Lucian pergi, Laura memandang wajah putrinya dengan ekspresi khawatir.

"Sayang, Mama bikin kamu takut, ya?"

Amelia berkedip dengan mata polosnya. Tidak ada senyum di wajah kekanakannya. "Mama, Amel mau sama Papa."

Laura terdiam dengan ekspresi sedih. "Amel mau sama Papa?"

Amelia mengangguk dan berkata dengan suara cadelnya yang putus-putus. "Papa gendong Amel. Amel mau digendong Papa lagi."

Laura terdiam, lalu menyadari ini pertama kalinya Amel digendong oleh Lucian sejak dia lahir. Dia ingat Amel selalu menatap Lucian dengan tatapan penuh harap setiap kali mereka bertemu, jelas sangat merindukan kasih sayang ayahnya.

Laura mengatur kata-kata saat menatap putrinya. "Amel, kalau Mama dan Papa berpisah, Amel mau tetap bersama Mama?"

"Apa itu pisah, Mama?"

"Pisah itu... Mama dan Papa nggak bersama dan nggak akan bertemu lagi."

"Amel nggak akan melihat Papa lagi?"

"Amel nggak mau?" Laura menatap putrinya cemas.

Amel menggelengkan kepala. "Amel mau tetap sama Papa, Mama."

Pundak Laura merosot, tetapi dia tidak bisa marah pada putrinya. Amel masih kecil dan mendambakan kasih sayang ayahnya. Dia tidak bisa memaksakan putrinya membenci Lucian karena anak itu masih belum tahu apa-apa. Tetapi Laura tetap bertekad untuk bercerai dengan Lucian.

.

.

Setelah kunjungan Lucian, keluarga Samson mengunjunginya.

“Dasar anak kurang ajar! Kamu masih berani dirawat di rumah sakit setelah apa yang kamu lakukan pada Viola?!” bentak Emma, ibu angkatnya, sambil menamparnya dengan kuat.

George hanya mengamati dengan mata dingin.

Laura memejamkan mata, merasakan sakit di pipi kirinya. Meski dia marah dan merasa tidak adil, dia tidak bisa melawan orang tua angkatnya.

Dua puluh tahun yang lalu, pasangan suami istri Samson tidak bisa memiliki anak selama lima tahun dan memutuskan untuk mengadopsi anak yatim piatu. Setelah satu tahun Laura diadopsi, keluarga Samson melahirkan anak perempuan kandung, Viola.

Sikap mereka pada Laura berubah menjadi acuh tak acuh, tetapi mereka tidak mengembalikannya ke panti asuhan. Laura tumbuh dengan Viola, bukan sebagai saudara perempuannya, melainkan sebagai pelayannya dan menuruti Viola seperti budak. Jika tidak, orang tua angkatnya mengancam tidak akan memberinya makan dan akan mengembalikannya ke panti asuhan.

Dia tahu tidak ada gunanya membela diri di depan orang tuanya. Mereka akan tetap membela Viola, karena dia anak kandung mereka.

Untungnya, Amelia sedang dibawa jalan-jalan oleh perawat sehingga dia tidak melihat ibunya dipukuli.

“Ibu, kamu tidak hanya datang memarahiku, kan?” kata Laura dengan tenang mengusap pipinya yang perih.

Di kehidupan sebelumnya, setelah demam tinggi dan dia menderita tunarungu, orang tua angkatnya menyalahkannya dan meminta kompensasi agar Laura berbicara pada Kakek Billy untuk memberi mereka investasi ke perusahaan Samson Corporation.

Laura dianggap sebagai cucu menantu yang disayangi Kakek Billy. Mereka sering memanfaatkannya untuk mendapat investasi dari Kakek Billy.

Saat Amelia menderita kanker Leukimia, Emma berbohong mengaku memiliki donor sumsum tulang untuk Amelia, dengan syarat agar warisan dan saham yang diberikan Kakek Billy ditransfer pada Viola.

Tetapi begitu Laura memberikan saham dan warisannya, Emma tertawa mengakui dia hanya menipunya.

Mereka meninggalkan Laura yang putus asa dan putrinya yang sekarat setelah memanfaatkannya sampai dia tidak memiliki apa-apa, sementara Viola mengambil semua darinya.

Emma membeku sesaat lalu berteriak. “Kamu menyakiti Viola, kamu harus memberinya kompensasi. Minta maaf saja tidak cukup!”

Seperti yang diduga Laura, kata-kata Emma sama persis seperti di kehidupan sebelumnya.

“Aku hanya anak angkat yang miskin dan tidak memiliki apa-apa. Tidak ada yang bisa kuberikan pada kalian.”

Mata Emma melotot, tetapi ia tidak bisa berkata-kata.

“Kamu tidak perlu memberi apa pun. Cukup bicara pada Tuan Billy untuk berinvestasi pada Samson Corporation,” kata George.

“Benar, hanya itu hal berguna yang bisa kamu lakukan. Selama tiga tahun menikah dengan Lucian, kamu tidak pernah membantu apa pun untuk keluarga Samson. Seandainya Viola yang menikah dengan Lucian, dia akan menjadi menantu kesayangan Seline dan dipamerkan di lingkaran elite. Gara-gara kamu, mereka harus menyembunyikan fakta bahwa menantu keluarga Wilson adalah putri angkat tak berguna keluarga Samson!” kata Emma jengkel.

“Sayangnya, aku tidak bisa membantu kalian mendapat investasi dari Kakek Billy, tetapi aku akan bicara sendiri dengan Kakek Billy bahwa aku akan bercerai dari Lucian. Kalian bisa menikahkan Viola dengan Lucian dan menjadikannya menantu keluarga Wilson yang kalian dambakan,” kata Laura acuh tak acuh.

“Bercerai? Kamu sungguh akan bercerai? Itu bagus!” seru Emma.

“Tidak boleh!” potong George tajam.

"Kenapa? Bukankah bagus Viola menikah dengan Lucian?"

"Tidak sekarang. Tuan Billy masih menyukai Laura karena ada Amelia, dan ia tidak menyukai Viola. Ia berpikir Lucian berselingkuh. Bercerai sekarang hanya akan membuat Tuan Billy tidak menyukai keluarga Samson," kata George, lalu menatap Laura tajam. "Kamu tetap tidak boleh bercerai dari Lucian saat ini, ingat itu!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Bab 242

    "Lucian, apa kamu inginkan? Bisakah kamu berhenti menggangguku?""Laura!" Suara Lucian terdengar menggeram di teleponnya. "Katakan pada bajingan Glen Hastings itu untuk menghentikan mobilnya! Apa dia mau membawamu mati bersamamu!"Suaranya terdengar keras di dalam mobil.Laura terkejut dan meringis ingin menonaktifkan loudspeaker, tapi Glen sudah menyela dengan santai ke ponselnya."Aku seorang mantan pembalap, Tuan Wilson. Lebih baik perhatikan dirimu sendiri kamu sangat payah mengemudi dengan kecepatan itu dan berhenti mengikuti kami. Kamu seperti seorang pencundang." Glen berkata dengan santai melewati rambu lalu lintas yang menyala hijauh sebelum berubah merah."Apa kamu bilang, bedebah!""Berhenti Lucian! Jangan mengikuti kami lagi.""Laura--"Laura ingin mematikan panggilan telepon tapi tiba-tiba terdengar suara klakson mobil yang sangat kencang dan suara berisik di ponsel Lucian."Apa yang terjadi? "Dia buru-buru berbalik dan berteriak melihat mobil Lucian dan mobil lain berta

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Bab 241

    "Sudahlah, kalian seperti penggosip saja." Tristan berdiri dari sofa. "Aku akan keluar.""Ke mana kamu pergi? Ini hari Minggu.""Karena ini hari Minggu, aku harus menghabiskan waktuku bersantai di luar."Tristan berjalan pergi sambil melambai, satu tangannya dimasukkan ke saku celana."Ayah…," Dean berbisik di samping Allen. "Aku merasa Kak Tristan agak aneh akhir-akhir ini.""Apa yang aneh tentang dia?" Allen meraih koran, melanjutkan bacaannya."Seperti Kak Tristan sedang berkencan dengan seseorang.""Itu bagus.""Masalahnya, wanita ini seperti seorang janda atau seorang wanita yang sudah punya suami."Allen terbatuk-batuk, matanya melebar menatap Dean. "Apa yang kamu katakan?""Kak Tristan sedang berkencan dengan wanita yang sudah punya anak. Aku melihatnya bersama dengan seorang wanita yang punya anak. Sepertinya hubungan mereka tidak baik karena wanita itu menampar Kak Tristan.""Wanita itu sudah punya anak? Dan menampar Tristan? Apa kamu tahu siapa wanita itu?"Dean mengusap bel

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Bab 240

    Amel mengerjap. "Kenapa, Mama?"Laura tetap tanpa ekspresi. "Mulai sekarang Amel tidak boleh menemui Papa lagi. Berikan ponselmu pada Mama.""Tidak mau! Amel mau bertemu Papa!""Amel!" Laura menatapnya tegas.Ruangan keluarga itu menjadi hening. Semua mata tertuju pada Laura yang untuk pertama kalinya bersikap sangat tegas kepada putrinya.Mata Amel berkaca-kaca, sebelum kemudian pecah dalam tangis keras. "Huwaaaa…."Meski Amel menangis, Laura tidak membujuknya. Semua orang menyaksikan bagaimana ia bersikap keras. Tangis Amel semakin menjadi."Amel sayang…," Willy mendekat, wajahnya menunjukkan sedikit rasa bersalah. "Laura, kamu tidak perlu bersikap sekeras ini padanya." Ia menghampiri cucunya dan membujuknya."Ibu, jika aku menuruti keinginannya, dia akan terus merengek minta bertemu Lucian. Seharusnya aku bersikap lebih keras dari awal agar dia tidak bertemu dengan Lucian. Sekarang dia sangat bergantung pada Lucian."Willy terdiam, merasa rumit dan jengkel. Ia yang meminta Laura me

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Bab 239

    "Hm, ini hanya uang kecil. Tidak perlu merasa terbebani.""Tetap saja aku ....""Tidak mau berutang budi?"Laura terdiam, menatap Glen serius.Glen mengusap kepala Laura. "Bagaimana jika besok Minggu kita bersama-sama membawa Amel ke taman hiburan?"Sebelum Laura menjawab, Glen sudah berkata, "Baiklah, besok jam 10 aku akan menjemputmu dan Amel."Dia melambai lalu menaikkan kaca jendela mobil dan mengemudi meninggalkan tempat itu.Laura menghela napas, memandang mobil Glen yang menjauh.Ponselnya kembali berdering. Laura menggigit kuku jarinya melihat Lucian sekali lagi meneleponnya.Dia memutuskan untuk tidak mengangkat dan berjalan masuk ke dalam rumahnya...."Glen, ini masih pagi dan kamu sudah di sini."Ketika Laura turun ke lantai bawah, dia melihat Glen di ruang keluarga, mengobrol dengan keluarganya."Bibi sudah dengar dari Laura, kalian akan bersama Amel ke taman bermain. Kalian harus sering-sering melakukannya….""Ya, Bibi." Glen mengusap belakang kepalanya dan mengobrol a

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Bab 238

    "Uh, apa kamu yakin, Tuan Glen? Mereka berdua ini sangat liar, seperti anjing. Mereka bisa saja menyerangmu. Aku akan tetap di sini dan menemanimu.""Tidak apa-apa, aku bisa mengurus mereka. Pergilah."Pak Sam tak berani membantah setelah mendengar suara tegas Glen."Baik, Tuan Glen." Dia melepaskan cengkeramannya pada George dan Emma, lalu memperingatkan mereka. "Awas jika kalian berani macam-macam dengan Tuan Glen. Aku akan menangkap kalian dan membawa kalian ke penjara."Setelah mengatakan itu, dia berjalan pergi kembali ke pos. George dan Emma tidak lagi ribut dan memandang Glen.“Kamu Tuan Muda dari keluarga Hastings? Tuan Hastings, maukah kamu membantuku? Aku akan melakukan apapun yang kamu inginkan!" George memohon, mencoba meraih tangan Glen.Glen menjauh dengan ekspresi jijik di wajahnya, bergerak mundur tanpa ekspresi."Ceritakan padaku tentang anak Lucian itu." "Apa kamu akan memberiku 10 miliar?""George!" Emma membentak geram dan panik, tetapi tenaganya sudah lelah dan

  • Paniknya Tuan CEO : Istri yang Dikhianati Ingin Cerai   Bab 237

    "Anak kurang ajar itu mengambil semua uangku! Lalu meninggalkan orang tuanya dan bersembunyi!" George berseru marah. Laura mengangkat sebelah alis. "Viola melarikan diri?” "Ya!" George menatap Laura memohon. "Laura, Laura, Laura... kau menganggapku sebagai ayahmu, kan? Tolong bantu ayahmu ini! Ayah akan mati jika tidak segera membayar utang pada rentenir. Mereka akan membunuh ayah dan ibumu!"Dia mencengkram pundak Laura erat tanpa menyadari ekspresi Laura yang meringis dan mencoba melepaskan cengkraman George dari pundaknya.“Tuan Samson, kamu menyakitiku ….” "Lepaskan dia!" Glen bergegas mendorong George menjauh dari Laura. Laura merasa lega setelah George didorong menjauh darinya.“Ah maaf Laura, ayah nggak bermaksud menyakitimu ….” George berkata cemas.Glen memelototinya dan mendorongnya menjauh. "Laura, jangan pedulikan mereka. Mereka menjadi seperti ini karena perbuatan mereka sendiri," ujar Glen berdiri di depan Laura sebagai temeng dan menghalangi George. "Ingat apa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status