Home / Romansa / Partner Life / PL 7. Mischa Wagner

Share

PL 7. Mischa Wagner

Author: Cheezyweeze
last update Last Updated: 2021-09-19 13:00:34

"Bagaimana bisa dia tertidur, sedangkan aku belum melakukan apa-apa," keluh Mischa yang melihat Catharina sudah tertidur lelap. "Ya sudah, mungkin dia lelah menungguku." Mischa melangkah masuk ke dalam kamar dan keluar membawa selimut, kemudian menutupi tubuh Catharina.

Empat jam sebelumnya.

Getaran ponsel milik Mischa menghentikan aktivitasnya yang hendak mencumbu Catharina. Pemuda itu segera meraih ponsel yang tergeletak di atas lemari dan melangkah sedikit menjauh dari Catharina. Mischa segera menjawab panggilan masuk tersebut. Dia begitu sangat serius mendengarkan suara dari seberang sana. Lantas setelah menutup sambungan telepon tersebut, Mischa menatap Catharina yang sedang duduk.

"Malam ini sepertinya aku harus meninggalkanmu," ucap Mischa.

"Tidak masalah!" jawab Catharina singkat.

"Aku pergi dulu. Selesai menyelesaikan urusan kantor aku akan langsung pulang." Mischa meraih jaket dan kunci mobilnya. Setelah itu dia bergegas pergi.

Catharina menatap kepergian pemuda itu. Sedikit ada rasa lega yang dia rasakan, mengingat malam itu dia selamat. Setidaknya dia masih bisa bernapas lega karena si penyewa pergi. Catharina menarik napas dan memperhatikan keadaan rumah itu.

"Sekarang aku harus melakukan apa?" Cat bangkit dari duduknya dan melangkah menyusuri tiap tempat.

"Rumah ini begitu sangat indah. Jauh berbeda dengan rumahku yang kecil dan sempit," gumamnya terkesima dengan ornamen-ornamen yang ada di sana. Catharina duduk di sofa sesaat, setelah itu dia memegang lehernya.

"Aku harus ...." Manik mata indah itu menoleh ke arah dapur. Tatapannya tertuju pada sebuah lemari es. Di langkahkan kaki itu menuju ke sana. Jemari lentik nan indah terulur memegang gagang pintu lemari es. Catharina menariknya dan hawa sejuk menerpa wajahnya.

Catharina melihat isi lemari es dengan ekspresi takjub. Lemari es yang penuh dengan beberapa macam buah-buahan. Mendadak rasa lapar langsung menyerah Catharina.

"Kenapa tiba-tiba aku merasa lapar?" Catharina mengambil sebuah apel merah. "Dia tidak akan marah 'kan, jika aku memakan apel merahnya sebuah. Ya, hanya sebuah saja." Senyuman mengembang di wajahnya. Dia segera menutup pintu lemari es setelah menuangkan air mineral ke dalam sebuah gelas. Gadis itu melangkah kembali duduk di sofa, kemudian dia menikmati apel tersebut.

Satu jam berlalu, Catharina mulai merasa bosan. Dia ingin menonton televisi tapi Catharina tidak tahu cara menyalakan televisi tersebut. Catharina menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Cat menatap langit-langit ruang tengah. Dia teringat sesuatu.

"Ibu dan Celine sedang apa? Apa mereka sudah makan? Aku harap uang yang aku tinggalkan untuk mereka cukup sampai aku kembali pulang ke rumah. Aku hanya akan melewati seminggu tinggal di sini." Beberapa menit setelahnya, Catharina mulai diserang rasa kantuk yang sangat dahsyat. Gadis cantik itu tertidur di sofa.

Empat jam setelah itu, Mischa pulang. Pemuda itu terkejut saat melihat gadisnya tertidur di sofa. Walaupun ada rasa kecewa yang terlihat di wajah Mischa, akan tetapi pemuda itu membiarkan Catharina untuk malam ini. Dia pun segera berganti pakaian dan pergi tidur.

~•••~

Pemuda tampan dengan rambut warna Shades Of Choco, mata biru, hidung mancung, bibir seksi, dan tinggi rata-rata 179 cm. Putra pertama dari keluarga konglomerat nomor satu di Jerman.

Mischa memilih tinggal di apartemen elit karena sebuah alasan tertentu. Alasan yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri. Bukan masalah dia anak terbuang atau apa, tapi Mischa hanya ingin tenang terlebih dahulu. Namun, kadang dia juga merasakan kesepian dan rindu akan kehangatan di rumah.

Tidak heran karena dia kaya, dia mampu melakukan apa saja, termasuk menyewa wanita panggilan. Kini apartemen Mischa kedatangan seorang tamu yang menemani Mischa.

Menjadi wanita bayaran memang bukan keinginan Catharina. Namun, keadaan yang mengharuskan si cantik Cat mengambil keputusan sesat itu. Hal ini dia lakukan karena beberapa alasan, salah satunya adalah karena sang Ayah sama sekali tidak menafkahi keluarganya.

Kini Catharina menjadi wanita bayaran seorang pemuda yang sangat kaya raya. Catharina harus mulai belajar menyesuaikan diri. Semalam memang tidak terjadi apa-apa.

Hari pertama dilalui oleh Catharina dengan sangat mulus. Kini tibalah hari kedua. Pagi menyambut dengan semburat sinar mentari yang hangat menerobos masuk dari celah-celah pintu balkon. Catharina yang semalam tidur di sofa perlahan membuka matanya. Hal pertama yang dia lakukan adalah menggeliat pelan.

Catharina menurunkan kedua kakinya ke lantai. Nyawa memang belum terkumpul semuanya, gadis itu menyapukan pandangannya ke seluruh ruangan yang tampak sepi.

"Di mana dia? Apa dia belum pulang dari semalam?" lirihnya. Catharina melirik jam yang menempel di dinding. "Ah, sudah jam tujuh ternyata." Catharina bangkit dari sofa dan melangkah ke dapur, dia membuka pintu dan mengambil sebuah botol air. Di tegaknya pelan-pelan dan air itu membasahi tenggorokannya yang kering.

Catharina kembali menaruh botol ke tempat semula, kemudian dia menutup pintu lemari es. Saat itu manik mata Catharina menangkap sebuah tulisan yang menempel di pintu lemari es bagian depan. Cat meraih kertas tersebut dan membacanya, lalu dia kembali membuka pintu lemari es. Cat melihat dua buah roti isi dan sebotol susu. Cat kembali membaca tulisan tersebut.

"Masak?" pikir Cat memegang dagunya. "Aku kan tidak bisa memasak," lanjut Cat. "Ah, masa bodoh. Lebih baik aku sarapan pagi terlebih dahulu." Cat mengambil piring berisi roti isi dan sebotol susu, lalu dia duduk di kursi meja makan sambil menikmati sarapan paginya.

Sementara itu di sebuah ruangan, rapat telah berlangsung dengan lancar. Mischa tersenyum puas dengan hasil rapat kali ini. Mischa berharap semoga ke depannya perusahaannya semakin maju pesat. Setelah rapat selesai semua pegawai kembali ke meja kerja masing-masing dan Mischa pun kembali ke ruangannya.

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Mischa saat itu. Membuyarkan semua yang sedang dia lamun-kan. Kembali ketukan pintu itu terdengar.

"Masuk!" ujar Misha mengizinkan si pengetuk pintu untuk masuk ke ruangannya.

"Maaf, Pak. Ada beberapa berkas yang harus ditandatangani." Jasmine menyerahkan berkas pada Mischa. Jasmine adalah sekretaris Mischa. Dia berambut coklat gelap dengan tinggi 170 cm. Jasmine mempunyai perawakan tubuh yang sexy. Namun, Mischa sama sekali tidak melirik Jasmine walaupun wanita itu berdandan cantik dan sexy. Kadang Jasmine juga suka mencuri pandang memperhatikan Mischa. Akan tetapi semua yang Jasmine lakukan sama sekali tidak membuat Mischa melirik kepadanya.

Mischa langsung menanda tangani semua berkas dan mengembalikannya pada Jasmine. Sekembalinya Jasmine ke meja kerjanya. Mischa menoleh menatap kaca besar di samping meja kerjanya. Mischa berdecak senang, kemudian dia tersenyum sumringah atas apa yang dia dapatkan hingga detik ini. Semua yang dia lakukan karena kerja kerasnya. Apa yang dia inginkan selalu dia dapatkan. Kini Mischa semakin sukses, kekayaannya semakin melimpah. Tapi kenapa dia masih saja hidup sendirian? Lalu di mana keluarga Mischa tinggal?

TO BE CONTINUE

Cheezyweeze

Hallo readers, jangan lupa mampir di karyaku yang lainnya. 1. 2.59 2. Brittleness 3. My Adorable CEO

| 1
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Partner Life   PL 36. Perang Dingin (End)

    Senyum licik Gilly mulai mengembang. Dia merasa yakin jika rencananya kali ini akan berjalan dengan lancar.Ya, manusia hanya bisa berencana, tapi semua kembali pada sang Pencipta. Karena Marcel merasa ada yang janggal, pria itu memutuskan akan kembali ke rumah dengan cepat. Pria itu bukan khawatir dengan sang ibu, melainkan dia khawatir dengan seseorang.Dalam perjalanan menuju kantor, Marcel tidak tenang. Dia selalu menggigit kukunya saat menyetir bahkan ketika dia berhenti di lampu merah."Ah, ada apa dengan perasaan ini? Kenapa jantung ini berdetak cepat dan rasa itu ...." Marcel dikejutkan dengan suara klakson yang berbunyi nyaring di belakang. Marcel baru sadar jika lampu sudah berganti warna hijau. Marcel segera menjalankan mobilnya.Rasa tenang masih dia rasakan sampai kantor. Di sana pun Marcel berpapasan dengan Mischa. Marcel menundukkan sedikit kepalanya, akan tetapi Mischa sama sekali tidak merespons. Melirik pun juga tidak. Setelah Mischa melewatinya, Marcel menghentikan

  • Partner Life   PL 35. Black Label

    Mischa tergeletak di sofa. Botol Black Label yang tidak sengaja jatuh karena senggolan dari tubuh Mischa yang oleng tidak sadarkan diri. Air keluar dari botol sampai titik akhir.Mata itu terbuka dan tangan kanan bergerak memegang kepalanya. "Aahh ..," desah Mischa berusaha mengangkat tubuhnya. "Ke-kenapa kepalaku sakit sekali?" ucapnya lirih dan tak sengaja membangunkan seseorang yang sedang tidur di sampingnya."Ehm, sudah sadar?" ujar Catharina lirih sambil menutup mulutnya karena menguap."Memangnya aku kenapa?" tanya Mischa heran."Aku menemukanmu tergeletak di sofa," tunjuk Catharina."Aahh ...." Mischa kembali mengeluh dan memegangi kepalanya."Apa kau mabuk?" Catharina memberanikan diri untuk bertanya. Dia melihat Mischa menundukkan kepalanya."Buang botol itu, sayang," sahut Mischa.Catharina menoleh ke arah tempat yang ditunjuk oleh Mischa. Di sana ada beberapa botol Black Label. Catharina sempat bingung dengan Mischa, kenapa dia bisa mabuk? Atau memang dia sedang ada masala

  • Partner Life   PL 34. Masa Kelam Gilly

    Gilly melangkah dengan ringannya menuju ruang tengah. Hatinya merasakan kemenangan tersendiri. Wanita itu berjalan dengan berdendang ria, dia sama sekali tidak melihat ada Mischa di sana.Saat Gilly sadar ada Mischa di sana, wanita itu langsung menutup mulutnya. Mata itu melotot menatap Mischa. Secara reflek Gilly menggeleng-geleng kan kepalanya."Ti-tidak ... tidak, k-kau t-tidak pe-perlu m-mendengarkan ocehan ku. I-itu semua adalah omong kosong," jelas Gilly mencoba membela dirinya sendiri.Mischa berdecak, "Omong kosong katamu? Bagaimana bisa kau melemparkan kesalahanmu pada orang lain, hah? Berani sekali kau melakukan hal itu di rumahku? Apa kau ingin mati?" Mischa berdiri dari duduknya."Bu-bukan b-begitu ma-maksudku. Aku hanya ti-----""Kau tahu tidak, bagaimana rasanya jika benda ini menusuk rongga lehermu?" Mischa mengangkat tangan kanannya dan memperlihatkan sebuah benda kecil.Kedua tangan Gilly langsung memegang lehernya sendiri. Mischa melangkahkan kakinya mendekati Gilly

  • Partner Life   PL 33. Playing Victim pt 2

    Begitu mendengar sebuah teriakan Mischa berlari masuk ke dalam rumah dan menaiki anak tangga menuju lantai atas. Mischa berdiri di ambang pintu dan melihat seorang gadis terduduk sambil menangis."Ada apa ini?" tanyanya mendekati gadis itu. Namun, justru gadis itu menangis semakin menjadi-jadi. Di dalam ruangan itu ada sekitar lima orang dan semuanya terdiam tidak menjawab pertanyaan dari Mischa."Kenapa tidak ada yang menjawab, hah!" Mischa menyebarkan pandangannya mencari seseorang."Ada apa ini? Kenapa kalian semua berkumpul di kamar ini?" tanya seseorang yang tiba-tiba muncul dari belakang Mischa.Mischa membalikkan badannya dan menatap gadis itu. "Dari mana saja kau ini?" Memegang kedua bahu gadis tersebut."Auw ... a-aku dari taman. Tadi aku melihat mobilmu masuk, makanya aku menyusulmu naik. Tolong, lepaskan cengkeraman tanganmu. Itu menyakitiku," rintis Catharina.Mischa pun melepaskan cengkeraman kedua tangannya. "Kau tahu apa yang terjadi di kamar ini?"Catharina menggeleng

  • Partner Life   PL 32. Sebuah Permainan

    Tautan itu terlepas. Mischa memandang lekat bola mata Catharina. Mata itu seperti memberi kode sesuatu pada Mischa. Pria tampan itu serasa menangkap sesuatu."Kau ingin memberitahu sesuatu padaku?" "Bukannya tadi aku sudah bilang padamu.""Sudahlah, tidak perlu dipikirkan. Aku akan selalu melindungimu," hibur Mischa.Namun, Catharina tidak seratus persen mempercayai ucapan Mischa. Gadis itu tahu betul Mischa seperti apa. Kadang baik, kadang juga bersikap dingin. Catharina kurang yakin dengan Mischa."Kenapa? Apa kau tidak percaya padaku?" lanjut Mischa.Catharina hanya menatap Mischa dan Catharina pun menggelengkan kepalanya. Akan tetapi mata itu tidak bisa membohongi. Sebenarnya Mischa sudah memahami itu, tapi dia memilih diam.Mischa menarik napas panjang dan mengembuskan pelan. Embusan napas Mischa menerpa halus wajah cantik Catharina. Gadis itu memejamkan matanya saat embusan napas itu mengenainya."Sudahlah. Jangan terlalu kau pikirkan. Lama-lama kau bisa keriput karena terlalu

  • Partner Life   PL 31. Rencana Gilly

    Adegan romantis yang begitu panas antara Mischa dan Catharina membuat seseorang menjadi panas. Seseorang itu tampak resah gelisah dibuatnya. Dia terlihat seperti orang bingung. Memainkan jari jemarinya dan menggigit bibir bawahnya. Sesekali membuang muka dan akhirnya meremas rambutnya sendiri, lalu pergi meninggalkan tempat tersebut.'Sial. Aku ini kenapa? Apakah aku ini ... ah, tidak ... tidak ... tapi,' batinnya dalam hati terhenti seketika saat berdiri di depan sebuah jendela. Mata itu kembali menatap ke arah sana dan kedua tangan itu mengepal sangat kuat. Kembali dia membuang muka dan melangkahkan lagi kakinya dengan kuat. Namun, langkah itu kembali berhenti."Apa kau menyukainya?" Sebuah suara melontarkan pertanyaan yang membuat hatinya mendadak berdetak tidak karuan."Tidak!" jawabnya dengan pasti."Apakah kau yakin dengan ucapanmu itu?" Kembali dia bertanya.Pemuda itu membalikkan badannya dan menatap wanita yang berdiri tidak jauh darinya. Tatapan tegas terlihat dari sorot mata

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status