Share

Gagal?

Penulis: Nona Ekha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-02 12:32:26

Sesampainya di dalam kamar tersebut, mereka berdua tampak memandang satu sama lain. Gilang sepertinya tengah menilik penampilan Kasih dari atas sampai bawah, membuat Kasih yang ditatap seperti itu merasa risih.

"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya wanita itu ketus.

Gilang menjawab dengan gelengan kepala saja sambil tersenyum tipis.

"Sesuai dugaan, kamu adalah wanita yang baik-baik, itulah yang aku cari."

"Maksud kamu?" tanya Kasih tak paham.

Gilang menghela napas. "Sebenarnya wanita itu banyak, nggak cuma satu, yang cantik banyak, yang seksi juga banyak, apalagi yang aduhai. Hanya saja, berurusan dengan wanita seperti itu sangat menjengkelkan. Sudah dikasih uang, mereka pasti nantinya akan meminta lebih, dan aku yakin kamu tidak akan seperti itu."

Kasih terus saja diam, karena dia masih tidak paham dengan apa yang Gilang maksud. Tanpa sadar dia menyilangkan kedua tangannya di depan dada usai Gilang berkata seperti itu.

Gilang yang melihatnya hanya mampu tertawa.

"Kamu juga cantik, kok, dan aku tebak pasti body kamu juga bagus. Hanya saja karena tertutup dengan pakaian saja makanya body kamu tidak terlihat."

Kasih menatap Gilang dengan sorot mata tajam, kentara sekali kalau wanita itu tidak suka dengan ucapan Gilang yang terlalu fulgar.

"Apa bisa kita mulai sekarang?" tanya Gilang, pria itu mengerlingkan sebelah matanya.

"Emm ... uangnya?" tanya Kasih lirih.

"Uangnya udah aku siapkan, kamu tenang aja. Butuh cash, kan?"

Kasih mengangguk cepat.

"Kalau urusan kita selesai, kamu boleh membawa uang itu."

Awalnya Kasih tampak bernapas lega. Namun, detik selanjutnya wajah wanita itu tampak menegang ketika Gilang dengan perlahan mendekatinya, membuat Kasih refleks memundurkan langkahnya. Sialnya hal itu terbaca dipikiran Gilang, hingga pada akhirnya pria itu langsung menarik tangan Kasih dan mendekap tubuh wanita itu dengan erat.

"Kenapa menghindar?" bisik pria itu.

"A--aku tidak menghindar, a--aku cuma gugup," jawab wanita itu jujur.

Gilang tertawa lirih. "Kamu bukan perawan lagi, jadi untuk apa gugup. Enjoy saja, aku yakin kamu akan menikmati permainanku. Aku akan membuatmu mengerang nikmat di bawah kendaliku. Gimana? Udah bisa dimulai sekarang?" tanya pria itu.

Kasih menahan napas karena saat ini di antara mereka sama sekali tidak ada jarak lagi. Bahkan Kasih bisa mencium aroma dari mulut pria itu, yang sialnya membuat Kasih ingin mencicipi bagaimana rasanya berciuman dengan Gilang.

"Bisa mundur sedikit?" pinta Kasih.

"Tidak bisa!" bantah Gilang.

"A--aku--"

Mata Kasih membulat ketika bibir Gilang mendarat tepat di bibirnya. Pria itu mendorong tubuh Kasih ke dinding, membuat Kasih terpekik kaget.

"Rileks, Honey," kata pria itu di sela ciuman mereka. "Kita akan bersenang-senang malam ini, buang semua beban yang ada dipikiran kamu sejenak, lampiaskan semuanya malam ini. Mendesahlah dan sebutlah namaku ketika kamu merasakan kenikmatan."

Tubuh Kasih yang tadinya menegang kini terlihat tampak tenang. Dia pun memejamkan matanya dan ikut membalas ciuman yang Gilang berikan.

"Oh, ya Tuhan. Bibirmu sangat menggoda."

Kasih memejamkan matanya, suara Gilang menurutnya terdengar begitu seksi, membuat bulu kuduknya meremang. Antara takut dan juga terangsang.

Kasih tak kuasa menolak sentuhan-sentuhan lembut yang Gilang berikan. Bahkan tanpa sadar wanita itu mendesah.

"Ayo, terus keluarkan suara indahmu ketika mendesah, jangan ditahan."

Kasih semakin belingsatan ketika Gilang menciumi bagian lehernya, dia terus menggigit bibir bawahnya untuk menahan gairahnya yang semakin bergejolak.

"Gilang, hentikan," pinta Kasih.

Gilang mendongak, menatap kedua mata Kasih dengan alis mengkerut.

"Kenapa? Kamu berubah pikiran?"

Kasih tak menjawab, bukan karena dia tidak mau melanjutkan permainan panas itu. Munafik kalau dia tidak menginginkan yang lebih, apalagi Gilang sangat pintar membuat Kasih berhasrat, hanya saja, ada satu hal yang harus dia pastikan.

"Aku sama sekali tidak ada persiapan. Maksudku ... apa kamu memakai pengaman? Aku takut kalau suatu saat akan terjadi sesuatu pada kita."

Gilang mengedikkan bahunya acuh. "Untuk saat ini aku tidak memakai apapun. Aku pastikan kamu tidak akan hamil, kita melakukannya hanya sekali, mustahil kalau langsung jadi."

"Tapi--"

Gilang kembali mencium bibir Kasih, ciuman itu kuat dan cepat, sampai-sampai Kasih tak kuasa mengimbanginya. Sialnya, ciuman Gilang membuat Kasih menjadi wanita yang paling menggairahkan, seolah-olah Kasihlah yang sangat menginginkan Gilang. Ya, pria itu memang sangat lihai dalam mengendalikan wanita.

Seluruh tubuh Kasih terasa panas membara, sarafnya kacau karena hasratnya tak tersalurkan.

Melihat Kasih tak berdaya, dengan paksa Gilang melepas pakaian Kasih, kini wanita itu benar-benar tidak memakai pakaian apapun. Gilang menggeleng pelan sambil berdecak ketika melihat tubuh Kasih yang sungguh indah, luar biasa, sesuai dengan ekspektasinya.

Kasih mengerjapkan matanya berkali-kali, sepertinya kesadarannya kembali, dia menutupi bagian tubuhnya menggunakan kedua tangannya, wanita itu tampak terlihat malu.

"Sial! Aku benar-benar tidak tahan," erang Gilang.

Pria itu membawa tubuh Kasih ke tempat tidur, lalu pria itu melepaskan pakaiannya satu persatu. Kasih yang melihatnya langsung membuang pandangannya ke sembarang arah sekaligus menutupi tubuhnya menggunakan selimut.

Mata Kasih terpejam rapat ketika dia merasakan pergerakan dari ranjang tersebut, dia tidak berani membuka mata karena takut melihat tubuh Gilang yang tidak memakai apapun.

"Kasih?" tanya pria itu dengan suara lembut.

Pria itu berada tepat di atas Kasih, membuat Kasih mau tak mau harus membuka matanya, secara perlahan.

"Kenapa?" tanya Kasih dengan suara bergetar.

"Sebelum kita melakukannya, tolong dengarkan ini baik-baik. Jangan pernah jatuh cinta denganku. Ingat, hubungan kita hanya sebatas di atas ranjang. Kamu membutuhkan uangku, dan aku membutuhkan tubuhmu, sampai sini paham?"

Kasih mengangguk pelan.

"Jangan ada kata hamil!"

Lagi-lagi Kasih menjawab dengan anggukan saja, walau sebenarnya hati kecilnya teriris ketika mendengarnya.

Semenjak dia menikah, dia sengaja tidak menunda untuk memiliki anak. Namun sayangnya, sampai saat ini Kasih belum dikasih kepercayaan untuk hal itu.

"Iya, lakukanlah sekarang. Aku tidak ingin menundanya lagi," lirih Kasih.

Gilang memeluk tubuh Kasih di bawah tubuhnya. Mendekap tubuh wanita itu lama-lama, bibirnya mencium bibir Kasih dengan lembut. Tangan pria itu merayap turun di tubuh Kasih, perlahan-lahan agar tidak membuat wanita itu takut.

Gilang melepaskan ciumannya, menatap wanita itu sebentar, lalu tersenyum lebar. Seperti tengah menunjukkan kasih sayang, tangannya membelai rambut wanita itu dengan lembut. Lalu melanjutkan kembali mencumbu wanita itu.

Terdengar jeritan lembut dari Kasih, membuat Gilang semakin bersemangat dan tentunya makin bergairah.

Ketika Gilang ingin menyatukan tubuh mereka, tiba-tiba saja terdengar sebuah deringan telepon dari ponsel pria itu.

Wajah yang tadinya berseri-seri kini menjadi menegang, seperti menahan amarah karena ada yang menganggu kesenangannya.

Gilang tak peduli, dia tetap ingin melanjutkan permainannya, bercinta dengan wanita malam ini sampai puas. Namun, tepukan halus dari Kasih membuat semangatnya buyar seketika.

"Angkat aja dulu, siapa tahu--"

"Nggak penting!" sela Gilang.

"Bagaimana kalau penting?"

Gilang mendengkus keras, dia langsung bangun dari tubuh Kasih, lalu mengambil ponsel itu. Pria itu tampak terkesiap, lalu buru-buru mengangkat panggilan tersebut.

"Halo, Sayang. Maaf, maaf. Iya, aku tadi lagi sibuk, lain kali nggak akan kayak gitu lagi kok."

Perlahan Gilang hilang dari pandangan Kasih. Senyum yang tadinya terukir indah dari wanita itu, perlahan menghilang.

"Sayang?" gumam Kasih dengan suara bergetar, matanya tampak berkaca-kaca.

'Apa? Hampir saja aku bercinta dengan orang yang sudah memiliki kekasih. Apa aku gila? Ingat, Kasih. Saat ini kamu sudah resmi menjadi wanita murahan karena badanmu sudah disentuh oleh pria lain selain suamimu.'

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fahmi
Hampir saja aku bercinta
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Partner di Atas Ranjang   Perihal Burung

    Tidak ada yang paling membahagiakan menurut Gilang selain menikah dengan orang yang dia cintai.Wanita yang selama ini dia tunggu-tunggu kehadirannya akhirnya sudah berada digenggamannya untuk selamanya.Kebahagiaan Gilang terasa sangat lengkap karena kedua anak yang lahir dari perut Kasih, wanita yang dicintainya.Ya, bukankah pria itu dari dulu sangat menginginkan hal itu? Mungkin dulunya Kasih menganggap jika omongan Gilang hanya candaan belaka, tapi tidak menurut Gilang, pria itu benar-benar sangat serius mengatakannya.Dulu, hubungan mereka sangatlah salah, tidak pantas ditiru untuk siapapun. Sebatas partner di atas ranjang, karena dia begitu kesepian, dan dia memanfaatkan Kasih karena wanita itu sangat membutuhkan bantuan.Gilang menggeleng seraya tersenyum kecil ketika mengingat awal pertemuan mereka yang menurut pria itu sangat berkesan."Ngapain senyum-senyum sendiri? Hayo, pasti lagi mikirin sesuatu," celetuk Kasih. Wanita itu menatap suaminya penuh curiga."Iya nih, tahu aj

  • Partner di Atas Ranjang   Permainan yang Sesungguhnya Pun dimulai

    "Selamat ya, akhirnya hari-hari yang kalian tunggu tiba juga," celetuk Fandi seraya menyalami Gilang."Makasih, Bro. Kalau bukan karena kamu, pasti hari ini nggak akan terjadi," ucap Gilang dengan suara tulus.Fandi tertawa kecil. "Habisnya aku greget banget sama hubungan kalian berdua. Sama-sama mau tapi gengsinya gede banget. Wanita itu memang harus digertak, kalau nggak digituin nanti malah teus mengulur waktu. Dan ya ... rencanaku berhasil, kan. Pada dasarnya itu Kasih cinta sama kamu, terlihat begitu jelas dengan tatapan matanya. Cuma ya seperti tadi yang aku bilang, gengsinya wanita itu besar. Yang dia mau lelaki harus berusaha sekuat mungkin berjuang buat meyakinkan dia, kalau sudah dirasa cukup barulah dia nerima kamu. Pikiran wanita itu gampang ditebak," celoteh Fandi panjang lebar."Ya, ya, ya. Terserah kamu bilang apa, intinya aku berterima kasih karena pada akhirnya kami sudah menikah, itu semua berkat kamu."Fandi menepuk pundak Gilang dengan pelan. "Sama-sama, tapi aku y

  • Partner di Atas Ranjang   Sama-sama Janji

    "Apa kamu menyesal karena sudah melakukan kesalahan fatal, Dina?" tanya Bima sinis.Wanita itu tak berani menatap calon suaminya itu, dia benar-benar begitu malu.Karena melihat Dina diam saja, Bima pun duduk di hadapan wanita itu, pria itu menghela napas berat."Sejujurnya aku nggak mau lihat kamu seperti ini, tapi ... kamu memang pantas dihukum seperti ini, karena kesalahanmu itu. Apa sampai saat ini kamu belum menyadari kesalahanmu itu? Apa sampai saat ini kamu masih menyalahkan aku dan Kasih karena kami dekat? Dan masih benci dengan Bastian yang jelas-jelas anak itu tidak memiliki kesalahan apapun? Apa kamu masih mempertahankan egomu itu, Dina?" tanya Bima secara beruntun.Tak lama setelah itu, terdengar suara isak tangis dari wanita itu. Sejujurnya Bima tak tega mendengarnya, ingin sekali memeluk wanita itu, tapi mati-matian ia tahan, dia ingin kalau Dina menyadari kesalahannya."Aku ... aku sangat menyesal, Mas. Aku menyesal. Seandainya saja waktu bisa diputar kembali, aku nggak

  • Partner di Atas Ranjang   Disamakan Seperti Kucing?

    Gilang tersenyum puas karena pada akhirnya Tiara sudah masuk ke dalam penjara. Untuk sebagai bukti yang akan dia tujukan pada calon istrinya itu, Kasih, jadi dia mengambil foto Tiara ketika sedang di dalam penjara."Gimana? Enak, kan, rasanya hidup di sini. Makan gratis, nggak ngapa-ngapain lagi, harusnya kamu berterima kasih sama aku," kata pria itu dengan bangga.Tiara menggerakkan giginya. Rasa amarah dan juga malu menjadi satu.Niatnya ingin memiliki pria itu, malah berakhir seperti ini. Sungguh mengenaskan."Saya mohon, Pak. Tolong bebaskan saya dari sini," mohon wanita itu."Gimana? Kamu minta untuk dibebaskan? Bukannya di sini tempatnya sungguh nyaman?" Lagi-lagi Gilang mengejek wanita itu."Saya tidak mau tinggal di sini, Pak. Tolong keluarkan saya dari penjara ini, Pak. Saya janji akan menuruti semua perintah Anda kalau Anda mau mengeluarkan saya dari sini." Lagi-lagi Tiara memohon ampun.Wanita itu sangat menyesal karena sudah masuk ke dalam kehidupan pria itu. Sungguh, keja

  • Partner di Atas Ranjang   Tubuhmu itu Canduku

    "Aku sudah menuruti semua keinginanmu, sekarang giliran aku menagih janjimu.""Janji? Emangnya aku punya janji sama kamu?" tanya Kasih heran."Oh, jadi kamu mau melupakan hal itu?""Aku serius!" bantah Kasih."Bukankah kamu yang bilang sendiri kalau aku sudah berhasil memecahkan kasus siapa yang menabrak Bastian, kamu mau menikah denganku? Apa kamu mencoba untuk ingkar janji?" tanya Gilang dengan sorot mata tajam."Oh, yang itu. Aku kira apaan. Masih ada satu lagi yang belum kamu selesaikan.""Mencoba cari alasan lagi?"Kasih menggeleng. "Aku sama sekali nggak cari alasan," bantah wanita itu dengan mata melotot."Ya sudah, katakan saja. Aku harap ini yang terakhir kalinya kamu mencari alasan. Setelah itu, tidak ada lagi yang namanya ngeles, kamu harus menikah denganku secepatnya.""Kenapa harus terburu-buru?" tanya Kasih dengan senyum remeh."Serius kamu bertanya seperti itu? Baiklah, aku akan menjawabnya dengan sejujur-jujurnya. Apa lagi kalau tidak merindukan tubuhmu. Tubuhmu itu ca

  • Partner di Atas Ranjang   Nabung Bayi Dulu

    "Untuk apa kamu datang ke sini?" tanya Kasih heran. Bima menghela napas berat, dia melirik ke arah Gilang yang saat ini tengah duduk anteng di dekat Kasih. Tatapan mereka berdua bertemu, Bima memberi kode pada Gilang agar pria itu pergi dari situ, karena Bima ingin berbicara berdua saja dengan Kasih. Sayangnya yang diberi kode sama sekali tak mengerti, lebih tepatnya Gilang pura-pura tidak tahu apa maksud Bima, pria itu malah melengos. "Bim?" panggil Kasih heran karena melihat pria itu tampak diam saja. "Tadi katanya mau ngomong, kok malah diam aja?" "Bisakah hanya kita berdua saja di sini, nggak lama kok," pinta Bima. Gilang mendelik kesal ketika mendengar Bima berbicara seperti itu. Tidak cukup jelaskah kalau tadi Gilang menolak usiran dari pria itu melalui tatapannya? Lantas kenapa harus diperjelas lagi? "Kalian ngobrol aja, anggap aja aku nggak ada di sini. Aku nggak bakalan dengar pembicaraan kalian berdua kok," kata Gilang dengan suara tenang. "Gilang, biarkan kami berdua

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status