Delapan tahun yang lalu, aku dinyatakan koma oleh tim medis karena terjatuh dari pohon saat menyelamatkan kucing bewarna emas. Itu sangatlah menyeramkan dan mencekam bahkan ayah dan kakakku terkena panik berjamaah dan segera melakukan medis darurat. Suara denyut nadi dari layar komputer perlahan-lahan melambat. Ayah memarahi rekan kerjanya karena saking frustrasinya, tiba-tiba Alex datang ke ruanganku dan berbicara omong kosong.
Brak! Suster dan ayah terkejut bukan main karena Alex menendang pintunya, bukannya panik wajah tengil kakakku itu membuat ayahku ingin memukulnya. Bagaimanapun kecelakaan itu hampir memecahkan jantungku. Wajar saja semua orang panik dan menginginkan ketenangan dari sambutan atau solusi darinya namun dengan santainya ia berjalan sambil tersenyum lebar seakan ini masalah kecil.
"Ayah! Ayo kita lakukan percobaan!" Sontak semua tim medis menganga dengan ide bahaya tersebut. Ayahku mengamuk sambil memukul kepalanya dan semua tampak terbengong-bengong. Masalahku ini membuat orang lain putus asa.
Aku dinyatakan tertusuk batang pohon dan tak lama lagi mati sementara Alex dengan sebuah ide mengusulkan untuk menanam jantung buatan dan mengubahku menjadi AI. Pantas ayahku sangat marah dan berhasil memukulnya dengan sepatu. Ayahku adalah seorang ahli bedah yang menanganiku, dan Alex dia seorang sarjana Mesin dan IT dia juga mempelajari hal-hal medis meskipun sama-sama menggeluti medis tetapi melanggar aturan rumah sakit sangat membahayakan reputasi. Alex dari kecil memang biang ulah tetapi banyak ide cermerlang dari keusilannya.
"Ayah tenanglah, biarkan dicoba dulu. Kau mau adik tewas begitu saja? Hidupnya tinggal beberapa jam loh!" Ayah masih berkomat kamit memarahi Alex sementara tim medis sudah keluar duluan daripada terkena omelan, sekarang aku terbengkalai hanya mendengar ocehan mereka.
"Kau anak tengik. Apakah tidak ada jalan lain selain mengubah jantungnya dan hidup seperti manusia biasa?"
"Ayah, tidak salah kok dengan mengubahnya dia tetap seperti manusia jika dilihat di luar. Bisa makan dan minum hanya saja kekurangannya dia tidak bisa hidup tanpa cahaya."
"Karena jantungnya bergerak berdasarkan energi itu."
"Bodoh, kamu mau tipu ayahmu hah? Kamu pulang dari Prancis ke Inggris hanya mau mencoba teknologi buatanmu ke adikmu. Heoh! Sekalian saja bunuh aku juga." Ayah memukulkan kepala Alex dengan sepatu kirinya dan sekarang ayah berhasil menyeker.
Sambil mengamankan kepalanya ia menyaut perkataan ayahku."Duh, ayah percobaan ini akan berjalan sukses aku pernah melakukannya pada tikus, tetapi aku yakin seratus persen tanpa mencabut nyawanya dan hidupnya aman damai tentram sentosa dan normal. Miranda pasti hidup seperti percobaan pertamaku."
"Kau ini menyamakan adikmu dengan tikus? HMH..."
"Sudahlah ayah, jangan pukul aku lagi ini diruang medis tidak baik berkelahi dengan anak sendiri mengalah saja Yah. Hidupnya tinggal sebelas jam lagi. Pemasangan jantung buatan dan kerangka AI sembilan jam lewat sedikit hampir sepuluh jam. Aku yakin tidak akan gagal."
Ayah terlihat bimbang dan sesekali mengehela napas berat, takut saja jika Alex gagal membangunkanku dan reputasi buruk rumah sakit ini menyebar kemana-mana. Ayah melihatku sekali lagi bimbang untuk melanggar aturan rumah sakit. "Bagaimana jika adikmu dipindahkan ke rumah sakit lain saja."
"Eh! Yah!"
"Ayah mengkhawatirkan pelanggaran itu?" Alex berbisik ditelinga ayah lalu dibalas kedipan. "Tetapi akan ketauan juga, yah."
"Lantas bagaimana? Ayahmu tidak bisa membuat citra rumah sakit ini buruk."
"Walaupun ini termasuk pelanggaran di rumah sakit ini, namun tetap saja rumah sakit tidak bisa membantu. Bagaimana kalau adik dipindahkan ke rumah sakit kak Tim saja."
"Hah, Amerika." Alex berbisik lagi. "Itu cuma status saja aku mau minta kak Tim untuk bantu juga, sisanya adik masuk ke laboratoriumku."
"Baik aku ikuti aturanmu jangan sampai ini terlihat seperti pembohongan."
"Kalau terungkap paling ayah harus mengundurkan diri dari jabatan dokter dan direktur di sini."Alex sambil meracau dan berhasil mendapat jitakan maut di dahi. Setelah mengurus rencana, kak Tim dengan suka rela membantu dan rencana Alex pun berhasil, semua tim medis mengikuti arahan ayahku untuk memprivasikan keberadaanku. Walau tak sepenuhnya mereka akan tutup mulut namun dengan satu nilai yang berharga yang ditawarkannya kesepakatan itu pun terjadi.
Sejam telah berlalu aku di bawa ke mobil. "Tim medis bantu aku pindahkan adik .
"Kau tidak bawa perlengkapanmu ya?" Ayahku duduk berseberangan denga Alex.
"Tidak yah. Di sini tidak bisa membedah."
"Kau kenapa tidak bilang dari tadi. Ini makan waktu. Lalu apa yang harus kita lakukan di dalam mobil ambulans."
"Ketenangan!"
"Ish anak ini!"
Setelah perdebatan kecil antara ayah dan Alex kini aku dibawa pergi bersama ambulans menuju rumah kak Tim dan Alex yang di mana berisi perlengkapan membuat robot serta beberapa komputer. Kak Tim dan Alex sudah menikah ia memilih menikah sambil bekerja dan kuliah di usia mudanya. Kak Tim dia lebih tua dari Alex kiranya beda dua belas tahun, dan sekarang ia menyandang profesor dan menjadi dosen IT kadang ia menyambi ke luar negeri merawat pasien. Dia juga seorang dokter.
Sejam sudah, Alex menggendongku ke dalam laboratorium dan segera melakukan sesuatu pada jantungku. Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana ia bisa mampu menjalin nadi dan pembuluh darah menjadi normal kembali bersama jantung buatannya. Sekarang aku bisa hidup seperti impian ayahku.
Kak Tim juga ikut andil membantu mengubah jantung ini. Jantung adalah benda yang paling merepotkan dari semua hal. Setelah aku sadar dan berhasil hidup beberapa tahun kemudian di usiaku yang ke 19 tahun Kak Tim lagi-lagi memperbarui perangkat yang ada di tubuhku ini. Ia memasukkan sebuah chip kecil yang dipasangkan lewat telingaku dan ditempelkan di otak. Awalnya ku kira akan terjadi penolakan terhadap chip itu beruntung tubuhku ini mampu menerimanya. Entah apa yang mereka rencanakan menempeliku chip, kata Kak Tim itu permintaan Alex dan rahasia. Alex benar-benar kakak yang penuh misteri.
Setelah banyak hal ku lakui seperti pengubahan jantung, penambahan chip dan pelindung di seluruh tubuhku. Aku ini merasa seperti iron man versi manusia. "Miranda, bagaimana perasaanmu? Lebih mudah beradaptasi kan?" Kak Tim bertanya disela-sela kesibukanku membuat tulisan novel.
"Iya lumayan daripada sebelumnya. Tetapi apakah efek tidak dapat sinar matahari aku merasa sangat lelah dan kerangka Ai di kakiku dan seluruh tubuhku ini yang membalutiku tidak dapat digerakkan? Alias lebih berat dan kaku?"
"Hm... itu kekurangan penemuan kami Mir. Energi untuk Ai tersebut harus didapatkan dari sumber cahaya."
"Huh, pantas semalam aku keliatan mati rasa dan sangat lelah. Detak jantungku juga berjalan hanya mengikuti cahaya lampu kamar. Untuk bergerak sudah seperti kehabisan tenaga."
"Kau harus kuat dengan semua itu Mir."
"Oh, iya. Mir aku menemukan kalung kucing di tanganmu? Apakah ini milikmu? Sudah lama sekali aku menyimpannya saat kau operasi kau masih tetap menggenggam kalung kucing itu."
"Kucing?"
"Aku tidak punya kucing kak, mungkin itu kalung kucing..." Kak Tim melihatku dan aku belum ingat apapun.
"Jangan dipikirkan kalau kau tidak ingat Mir."
"Ada sesuatu yang hilang saat sebelum kecelakaan itu. Ia remang dan blur diingatanku kak. Entah apakah itu kucing atau manusia."
"Mir, ini aku kembalikan. Sudahlah biarkan kucing liar itu kembali ke asalnya."
"Hah?" Lagi-lagi aku kehilangan kefokusanku.
"Aku tinggalkan kamu dan jangan lupa hubungi aku jika kau mengalami gangguan pada kerangka itu."
"Okay Kak Tim." Dari situlah aku memulai hidup sebagai manusia AI.
Aku dengan Alex sebenarnya bukan adik kandung, ia berbeda sepuluh tahun dariku dan ia adalah orang Korea. Ayahku menikahi ibu tiriku saat usia Alex 10 tahun. Awalnya ku pikir Alex sangat jahat padaku karena suka usil dan buat ulah terus-terusan sehingga aku sering kena pukul ayah. Ibu tiriku dia sangat perhatian dan baik, dan sering membicarakan sikap Alex dan aku paham mengapa Alex suka berbuat usil. Ia ingin aku anggap dan paham akan keberadaannya.
Sebenarnya ia sangat penyayang dan peduli. Saat anak-anak, dia terlalu banyak mendapat rundungan dari teman-temannya, dan saat remaja ia lebih banyak berkawan dengan orang-orang broken home yang orang tuanya tiba-tiba menikah lagi, yang kita tahu hasil dari lingkungan itu banyak orang yang benci pada adik tirinya sendiri karena masuk dalam keluarganya atau ia menjadi sangat tertutup. Nampaknya Alex lebih dewasa sejak usia kanak daripada yang kuduga. Dia sosok kakak sejati dan bertanggung jawab yang pernah ada.
Di tahun 2020 Aku lulus kuliah dan bekerja sebagai koki, sebenarnya beberapa kali aku dipecat karena kurang profesional. Alex senang menertawai kegagalanku, akhirnya aku berjanji kalau aku bertahan lama bekerja sebagai koki di restaurant CXDJ, aku akan mentraktir teman-temanku berlibur bersama ke Shanghai.
Alex hanya menimpali ideku ia juga menawarkan bantuan. "Baik kalau terjadi aku menyumbang sebagian penghasilanku dan kita main paralayang bersama-sama."
"Aku mau lihat seberapa bertahannya dirimu naik paralayang hahahaha."Itu mimik dan ucapan yang kuingat beberapa kali, nada mengejek juga menjadi perhatianku.
Dua tahun kemudian, aku telah melewati masa magangku dan aku sudah menetap bekerja, bagiku itu waktu yang lama dalam masa karirku, dan aku segera menghubungi Alex sekalian menagih janjinya. Sebenarnya, aku bukan orang yang telaten dalam bekerja, tetapi ini telah mengasah komitmenku dan sekalian saja ini sebagai penyemangatku atau hadiah. Aku dan teman-temanku telah berencana ke Shanghai di tahun 2022, dan akhirnya tiba, kami pun menginap di hotel dan mengunjungi parawisata di sana, hingga akhirnya tujuan akhir datang yaitu bermain paralayang.
Ge: Sebutan kakak laki-laki dalam bahasa China. Melek: Mata terbuka.
Kau tahu? sebenarnya tidak ada orang yang ingin mendapatkan posisi ini. Aku tak bisa mengelak lagi, setelah aku terselamatkan dari penjara berbahaya itu kini aku masuk kandang harimau. Aku tidak bilang karakter pangeran di sini jahat karena ia sukarela memberiku hanfu , makanan dan tempat istirahat gratis dan tentunya dengan sebuah perjanjian. Sebagai penilaiannya- aku bilang ia orang baik. Di sana pangeran telah duduk disinggasana, upacara di balairung telah mulai sejak tadi. Ia mendeklarasikanku di depan semua menteri. Kulihat mata mereka terlihat bingung, cemas, dan takut hingga akhirnya suara berat itu mematahkan lamunanku. Ia memberi hormat seperti biasanya lalu bangkit berbicara dengan Yang Mulia Pangeran. "Turunkan perintahmu Yang Mulia," pejabat dewa berseru dan disambut dengan perdana menteri Han. "Jika benar dia adalah dewi kebenaran maka ia seharusnya dikurung dan diadili." Pangeran tak setuju dan men
ROY KU HARAP KAU SEMBUNYIKAN DIA SAMPAI WAKTUNYA KEMBALI NORMAL. JANGAN PERNAH KEMBALI KE ISTANA SAMPAI AKU MEMBERITAHUMU. YANG MULIA SEMOGA ANDA SELAMAT. "R-o-y, hati-hati." "Yang Mulia pangeran sadarlah, kami tidak berniat melakukan ini!" Prajurit istana menekan tombak mereka di tengah pedangnya yang menyilang. "Kalian mulai melawanku? Bahkan ibuku juga?" Kata pangeran lantang. Sang ibunda ratu yang menepi terlihat kesal dan maju ke tengah mereka untuk menghentikan peperangan. "Cukup!" Serangan terhenti karena suara wanita paruh baya itu. Dia mulai menampar wajah pangeran sampai suara terdengar keras dan orang di sana juga ikut takut serta cemas dengannya. "Apa yang kau lakukan? Melindunginya? Kau pikir kau siapa? Kau tidak pernah memikirkan posisimu dan ibumu? Pangeran--"
Aku terlalu lama menatap api unggun apalagi tidak ada pembicaraan lanjutan. Roy bahkan lebih sibuk menggosok kayu daripada mengajakku mengobrol lebih lanjut, jari-jarinya bahkan sangat cepat demi menciptakan api. Lambat laun udara di malam ini lebih dingin daripada sebelumnya mungkin efek dari cahaya api yang meredup, itu sebabnya panas semakin menghilang di dekatku. Aku masih memperhatikan tangannya yang berusaha keras menciptakan api. Jika saja pemantik api selalu dikantongku, saat ini juga aku merupakan orang yang paling beruntung karena selalu membawanya, bagaimanapun situasi segenting ini pemantik sangat dibutuhkan setelah ponsel daripada mengharapkan keajaiban dari tangan nya. Ku harap aku tidak mati kedinginan. Hosh!!! Aku tak kuat dengan kedinginan dan kutepuk-tepuk wajahku berkali-kali sambil menggulung diri sendiri alhasil buntalan acak dari baju Roy telah membentukku seperti kepompong. Roy mendengar suara keributan dari bajuku. Ia m
Setelah perjalanan tak tahu arah aku memanggil namanya. "Roy?" Saat tertentu ia tak menjawabku namun tak membuatku kehabisan akal lalu kutarik ekornya, dan tiba-tiba ia pun menjadi berwajah ketus, kali ini apakah ia akan marah? Tanganku bergetar tak karuan khawatir jika dewa setengah kuda ini menjadi tidak terkontrol karena merasa diusik olehku, meskipun ia adalah dewa namun sifat hewan nya pasti tersembunyi di dalamnya, Ia tiba-tiba berhenti setelah berlari kencang mendadak kami berdua terdorong ke depan dan kamipun berusaha berpengangan di punggungnya. Entah ada apa dengannya, terlihat ketus dan sering ngerem mendadak. "Kakak ada apa? Kenapa tiba-tiba berhenti?" pertanyaan itu mewakili jalan pikiranku. "Kita sepertinya salah arah." Kata Roy. Aku berkedip-kedip memahami maknanya lalu menyahut percakapan mereka. "Salah arah?
Wanita itu memberikan ku pakaian dan membagi menjadi dua kamar, anak kecil tidur bersamaku karena kami sama-sama perempuan sedangkan Roy menempati kamar di sisi kiri wanita baya itu. Ia menempati kamar bekas suaminya, setelah bermenit membicarakan rupa siluman dan perjanjian mereka aku memahami masalahnya. Siluman itu menagih janji pengiriman perempuan untuk diperistrikan namun di sini perempuan cantik yang sehat sudah tak ada lagi. Aku tahu bagaimana ketakutan mereka saat ini jika siluman itu tiba-tiba mendatangkan angin besar atau tsunami karena mengingkari janji , tetapi alasan mereka tak buat aku percaya sepenuhnya karena tak ada detail yang diceritakan oleh mereka tentang perjanjian itu. Di sini lagi-lagi aku mengambil kesempatan menguliknya. "Oh iya Bi boleh tanya sesuatu? Sejak tadi aku penasaran apakah ini? tidak melanggar privasi?" "Jangan sungkan nona tanyakan saja!" Ia meletakkan be
"Tuan. Roy tetapi dia belum menanda tangani gulungan itu." "Berikan gulungan itu biarkan dia menandatangani di ruangan pangeran. Supaya dia tahu rasanya." Firasatku seperti tidak enak saat si Roy ini membicarakan pangeran tersebut. "Eh, apakah pangeran itu akan memakanku?" Aku berbisik kepada kasim yang berada dibelakangku ketika Roy sibuk mengikat dan menarik pergelangan tanganku layaknya tahanan. Si kasim pun menggeleng-geleng dan aku pun terkejut karena Roy langsung mengetuk dahiku. "Omong kosong macam apa yang kau katakan. Pangeran adalah orang yang bijaksana dan baik hati. Sekarang ikuti aku dan pergi ke ruangannya." "Galak sekali,"aku mengelus keningku dan tak selang berapa menit kemudian ia telah membawaku ke dalam ruangan misterius sendirian. Ia juga meninggalkanku bersama gulungan kayu. Di sana ada lelaki tampan duduk tanpa menghiraukanku. Aku melihat sekeliling kamarnya sambil me
Roy berlutut hormat kepada pangeran, "Yang Mulia para pengawal sudah memperketat kamar Dewi," dan saat itu pangeran sedang mengamati kalung emas ditangannya. "Pangeran apakah dewi tidak akan curiga kepadamu karena Anda begitu mengenalnya?" "Justru aku ingin dia mengenaliku, namun aku tidak melihat memori itu, sepertinya ia telah melupakanku." Ia menggenggam kalung tersebut dengan wajah merenung. "Pangeran Anda tidak berencana memberitahunya?" "Bahkan jika aku mengaku orang yang berkali-kali bertemu dan menemaninya di dunia, ia tak akan percaya. Aku hanya menambah sakit kepalanya, lebih baik aku melindunginya dan memberikannya gelar dewi supaya dekat denganku. Beruntung Maha Agung mempertemukanku dengannya di sini. Kebetulan sekali ia membawa paralayang, dan pasti ratu dan pengikutnya sudah tahu itu. Ia pasti mencoba melakukan sesuatu. Mereka pasti akan menya
Sejak tadi aku kehilangan mereka bahkan siluman liuran tadi rela meninggalkanku, ini sudah berapa kalinya aku sendirian lagi dan mereka lebih suka tak mengajakku. Aku berjalan tanpa tujuan sambil gemetaran menahan nyeri perut, kadang-kadang berjongkok dan berdiri lagi sampai nyeri itu tenang. Sungguh siapa yang tak akan ngedumel? Siapa yang tidak kesal? janjinya mau menjagaku malahan yang terjadi malah sebaliknya, mau tak mau perjalanan ini dipenuhi dumel-dumelan kesal sebelum sampai menemukan mereka aku terkena sial lagi. Kata Ruoran pasar hantu selalu ada tiap pertengahan bulan penuh, biasanya mereka menjual dan kadang berburu manusia. Kali ini pria mabuk menabrakku lalu lari seperti melihat hantu. "Oh!" keluhku yang telah duduk di tanah, sialnya tak ada yang membantu sementara orang-orang yang berlalu - lalangpun lebih sibuk dengan egonya, ini lebih parah dari orang-orang yan