Share

Keinginan Mengancam

Author: Susi_miu
last update Last Updated: 2024-01-25 13:12:20

Avanthe terdiam ketakutan. Dia memusatkan perhatian lurus – lurus menatap dinding suram. Sudah menunggu untuk waktu yang lama.

Sejujurnya, Avanthe sungguh tak berharap akan melayani Hores, tetapi jika hanya dengan cara itu bisa membebaskan ayahnya. Dia akan melakukan apa pun. Mungkin Hores hanya terlalu marah. Mungkin Hores akan kembali seperti semula setelah mereka bercinta.

Oh ....

Avanthe mendengkus kasar.

Apa yang dia pikirkan?

Keyakinannya tentang hubungan mereka telah mutlak. Avanthe tak akan bisa berbuat apa pun. Perlahan, dia mengedarkan pandangan pada sepetak penjara yang menyesakkan. Tidak ada secuil celah supaya bisa merangkak lari setelah urusannya selesai. Prospek menguntungkan seolah mengutuk keberadaan Avanthe di sini.

Dia mengulurkan lengan secara tentantif memeluk kedua lutut yang ditekuk. Setiap pergerakan Avanthe diikuti bunyi rantai di pergelangan tangan dan kaki. Rantai itu mungkin masih tergolong panjang sehingga sekadar berjalan beberapa langkah. Sesekali Avanthe mencoba membuka rantai menyedihkan ini. Namun, rasa sakit itu tak bohong. Benar – benar menjerat. Ada sesuatu yang mengalir. Sesaat Avanthe merasakan tulang – tulangnya disengat begitu brutal.

Dia langsung meringis, untuk keberkian kali mendapati golakan dahsyat tersebut. Bekasnya mungkin akan sangat terlihat. Avanthe mengamati setiap denyut di pergelangan tangannya. Terlalu buruk memaksakan diri terbebas.

Beberapa waktu ketegangan menembus ke tulang punggung. Langkah kaki tegas menggema di lorong gelap. Avanthe beringsut hati – hati. Kecurigaannya jatuh pada kedatangan Hores.

Harusnya dia menemukan pria itu menjulang tinggi di ambang gerbong penjara, tetapi seorang prajurit—menatap dengan cara merendahkan akhirnya mengambil satu langkah mendekat. Sebuah kain utuh terlempar sampai di pangkuan Avanthe. Dia menunduk ... tidak mengerti apa yang akan terjadi berikutnya. Apakah dia dimintai mengenakan pakaian baru setelah yang saat ini membalut di tubuh, begitu lusuh dan kotor?

Avanthe segera menengadah; Di tangan prajurit tersebut terdapat gemerincing anak kunci meliputi. Dia terpaku. Berdebar, ketika tindakan – tindakan kasar membuatnya terbebas dari ikatan menyakitkan.

“Cepat ganti baju-mu. Raja sudah menunggu untuk ditemui.”

Begitulah ....

Avanthe gugup. Bagaimanapun itu, dia memberi sebuah isyarat kepada prajurit di hadapannya agar segera membalikkan tubuh untuk tak melihat apa pun. Sekujur tubuh Avanthe terasa sakit. Dia mencoba versi terbaik dari setiap tindakan yang dilakukan.

Akhirnya itu memungkinkan sang prajurit menuntun sebuah jalan menuju rasa sakit yang lebih besar.

Avanthe nyaris tidak percaya terhadap pengelihatan sendiri. Dia tak pernah mengenal Hores dengan pelbagai perangkat penyiksaan di belakang bahu pria itu. Ruangan ini dipenuhi warna merah yang pekat. Satu istilah di mana menggambarkan betapa Hores memiliki naluri ekstrimis.

Mendadak kenangan bagaimana pria itu pernah bersikap begitu lembut mendesak ke dalam benak Avanthe. Tatapan Hores menyapunya secara intens. Dan kalau Avanthe tak salah lihat; itu jelas – jelas rasa benci yang berkamfluse sebagai gairah liar.

Iris gelap Hores berlama – lama di bibirnya. Avanthe ingin marah. Kalau saja mereka adalah sepasang kekasih seperti dulu. Mungkin dia akan mengajukan protes. Sedikit perdebatan ringan akan terjadi, tetapi ini tak seperti yang dia lihat. Pria itu berbeda.

“Kau boleh pergi.”

Demikian yang dikatakan kepada prajurit. Secara ajaib rasa tunduk itu begitu besar, prajurit menghormati raja-nya, tetapi perbandingan yang kontras ketika masih berada di ruang penjara.

Avanthe segera memindahkan sorot mata ketika Hores menembus jarak di antara mereka. Hanya berdua. Menyakitkan. Avanthe tak ingin melihat wajah keji yang tergambar runtut di sana. Dia gemetaran memalingkan wajah setelah tidak memiliki upaya lain menghindari kontak mata yang intim.

Sulur – sulur geraman Hores terdengar mengerikan.

“Aku ingin tahu di mana Aceli.”

Putri kecil mereka ....

Tidak.

Avanthe menipiskan bibir-nya yang kering. Hores akan tahu, tetapi dia tidak akan mengatakan apa pun.

“Kita sudah sepakat tinggal bersamanya, bukan? Mengapa kau meninggalkan Aceli hanya untuk datang ke medan perang dan membunuh ayahku?”

Pertanyaan Hores sarat nada menuduh. Pria itu dengan berani mengatakan sesuatu antara mereka yang kerasan buruk. Namun, melupakan fakta bahwa Hores-lah yang meninggalkan rencana indah tersebut.

Perjalanan ke Peru ....

Hores adalah dewa bawah tanah. Putra mahkota dari Kerajaan Faerox. Salah satu kemampuan yang pria itu miliki adalah membelah diri menjadi dua. Avanthe tahu yang bersamanya saat mengatur perjalanan ke Peru adalah Hores yang lain. Sementara Hores sesungguhnya, dia yakin ada di istana bawah. Betapa manipulatif. Malahan, Hores seharusnya mendapat apresiasi tinggi terhadap ingatannya yang begitu tumpul.

“Kau lupa tentang semua yang kau lakukan?” tanya Avanthe sinis. Barangkali membawa Hores menyelam kembali ke tujuan pria itu sendiri bisa membuat Hores sadar.

Lekuk suram di bibir Hores akan segera menuntut pria itu mengatakan sesuatu yang gamblang.

“Aku tidak pernah lupa terhadap apa yang sudah aku lakukan. Bahkan yang pernah kau lakukan sekalipun, itu tidak akan pernah hilang.”

Satu cengkeraman hebat di rahang Avanthe. Udara mendadak terasa sempit. Hores selalu menyudutkannya dari segi mana pun.

“Sekarang katakan di mana Aceli? Bersama kakak sepupu-mu?”

Itu benar. Sedari awal Hores sudah bisa menebaknya, dan memilih kejujuran yang tidak akan pernah Avanthe katakan.

“Jangan lakukan apa pun padanya, Hores. Karena ayahmu-lah kau tahu Aceli tidak pernah merasa sangat dekat dengan kita.”

Avanthe tidak mengerti mana yang salah. Apakah kata ‘kita’ terlalu sensitif sehingga pria itu memutuskan untuk berdecih sinis.

“Aku sudah tidak peduli tentang apa pun itu.”

Seringai Hores kejam. Avanthe menelan ludah menyaksikannya.

“Mengapa kau masih bertanya keberadaannya?” Dia merasa keluh, tetapi tetap mencari kebenaran dari keinginan pria itu.

“Aku hanya ingin memastikan kalau Aceli tidak akan pernah tahu jika ibunya akan menjadi budak-ku.”

Ntah kali ke berapa Hores mendorong wajah Avanthe dengan kasar. Tenaga pria itu besar. Avanthe melihat jelas kilatan marah di mata Hores. Kabut gelap menyelimuti wajah sang raja yang tampan, dan dengan itu, Hores mengubah dirinya menjadi asing.

“Siapkan dirimu untuk pernikahan besok.”

Avanthe terpaku lamat. Pria itu mengatakan sesuatu yang mengejutkan. Pernikahan? Avanthe pikir ... dia sudah begitu takut kalau – kalau Hores akan melakukan bagian terburuk padanya. Beberapa waktu lalu pria itu meminta untuk dilayani. Sekarang. Avanthe nyaris tidak bisa percaya kata – kata yang dia terima.

Tidak mungkin! Hores gila jika berpikir Avanthe ingin menikah setelah cara pria itu memperlakukannya. Dia berjuang mencari cara. Lurus – lurus menatap Hores tidak setuju. Ada satu keinginan yang ingin Avanthe katakan, tetapi Hores lebih dulu mencakar tenggorokannya dengan satu persyaratan tak lazim.

“Kau tidak bisa menolak, karena aku hanya akan membebaskan ayahmu setelah pernikahan besok. Tapi, tetap harus kau ingat bagaimana posisi yang akan kau dapat. Wanita sepertimu hanya pantas menyandang status sebagai selir-ku.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Passionate Devil: Selir yang Terluka   Ekstra Part

    “Kau benar – benar akan pergi meninggalkan istana, Hores?” Mata gelap Hores menatap setengah kosong ke depan. Dia telah mengambil keputusan dan menyiapkan segala sesuatu untuk berkelena. Mungkin butuh beberapa waktu sampai benar – benar bisa melupakan kematian Avanthe. Sudah tepat seminggu ... tidak ada petunjuk. Hores tidak sanggup bertahan di sini lebih lama. Dia tak bisa terus dibayangi keberadaan Avanthe di wajah anak – anak. Aceli dan Hope merefleksikan sebuah senyum yang pernah begitu indah. Itu sangat menyakitkan. Hores tidak tahu bagaimana cara melupakan. Berharap dengan berpegian akan menyeretnya keluar dari jurang terjal. Dia ingin menjadi musafir yang lupa arah jalan pulang. Ingin meninggalkan pelbagai macam ingatan di masa lalu, seperti permintaan Avanthe; saat di mana wanita itu pernah begitu ingin agar dia melupakan masa kelam yang menyatukan mereka. Andai saja. Hores menarik napas panjang setelah mengemasi seluruh kebutuhan untuk memulai. Dia menatap Raja V

  • Passionate Devil: Selir yang Terluka   Ending

    “Sudah tiga hari, Hores. Kau menghabiskan darahmu di sini. Jika kau memang mencintai Ava. Biarkan dia bereinkarnasi, dia akan hidup kembali. Berharaplah akan menjadi manusia. Tapi, dengan menyimpan jasadnya kau tidak akan mendapat apa pun. Selain itu, apa yang kau lakukan bisa membuatmu terbunuh. Kau satu – satunya yang kumiliki. Aku tidak ingin kehilangan dirimu.” Raja Vanderox menjulang tinggi di belakang, menatap sebentuk bahu Hores yang lunglai ketika pria itu bersimpuh di depan peti tembus pandang, sambil meletakkan tangan ke dalam. Darah terus dibiarkan menetes supaya mengisi penuh dan merendam tubuh kaku Avanthe sebagai proses pengawetan. Tidak ada yang tahu kapan semua berakhir seperti semestinya. Sebagian dari mereka menyimpan pengetahuan berani bahwa Avanthe jelas – jelas tidak akan kembali. Tidak termasuk ke dalam pengecualian. Bagaimanapun, Raja Vanderox tak sanggup melihat putranya menderita. Hores seperti hilang arah; tersesat; melupakan bahwa pria

  • Passionate Devil: Selir yang Terluka   Dan Paling Akhir

    Avanthe menjulang dengan pandangan lurus ke bawah. Ujung pedang ... menancap di telapak tangan Margarheta Bell kembali ditarik. Wanita itu lagi – lagi mendesis, tetapi dia tak peduli. Tujuannya pasti. Margarheta Bell harus membayar setiap penderitaan Hores, yang menjadi rasa takut terdalam di pikiran pria tersebut. Untuk memusnahkannya; mereka perlu melenyapkan sumber utama. Telah begitu dekat. Hampir. Avanthe menyeringai tipis. “Aku akan membunuhmu,” ucapnya diliputi serangan konkrit dan menghujam perut Margarheta Bell. Dia tak ingin wanita itu terburu mengembuskan napas terakhir. Harus ada penderitaan lain, yang belum terbayarkan. Ingin mendengar teriakan lebih keras ketika Margarheta Bell mengerang kesakitan. Ada kepuasann di mana Avanthe menekan ujung pedang dan membuat wanita itu terlihat diliputi kecenderungan untuk menahan diri, atau memang Margarheta Bell berusaha mengatakan sesuatu. Wanita itu memegangi luka lubang menganga di perutnya sambil mendedika

  • Passionate Devil: Selir yang Terluka   Perang Akhir

    Kai .... Pria itu ada di sana, berdiri nyaris tanpa diberi jarak dari Margarheta Bell. Sebuah pemandangan yang membuat perasaan Avanthe seperti ditikam. Dia dirampas, kemudian dilempar ke tepian untuk menyadari bahwa Kai tidak sebaik dari yang pernah dibayangkan. Mengapa seperti ini? Benak Avanthe bertanya – tanya kapan? Apakah ini bagian rencana awal yang tidak sama sekali dia ketahui, bahwa Kai bukan benar – benar seorang teman. Pria itu sama sekali tidak memberi petunjuk. Tak ada yang sanggup menyadarinya atau malah Hores .... Wajah Avanthe berpaling ke arah pria, persis menjulang tinggi di sampingnya. Hores tidak diliputi ekspresi terkejut, atau sebenarnya .... “Kau tahu ini dari awal?” tanya Avanthe nyaris tak percaya. Hores melirik singkat, tetapi anggukan luar biasa samar seperti menamparnya dengan keras. “Mengapa kau tidak sedikitpun bicarakan ini kepadaku?” “Berharap kau akan pe

  • Passionate Devil: Selir yang Terluka   Mendekati Akhir

    “Aku tidak menginzinkanmu pergi, Ava. Kau tidak boleh ikut berperang. Ada risiko yang kau tahu kita tak bisa menghindarinya. Aku tak ingin sesuatu terjadi kepadamu. Kau adikku.”Avanthe tersenyum tipis menanggapi pernyataan Kingston. Dia akan baik – baik saja, meski merasa getir mengenai apa yang menjadi keputusan; menitipkan anak – anak, lalu berniat kembali ke dunia mereka sesungguhnya. Ini sudah termasuk sebagai keputusan yang bulat. Avanthe tahu betapa mereka akan menghadapi risiko riskan, tetapi terus menyaksikan Hores terluka adalah rasa sakit tak terungkap. Makin mencekik jika dia berusaha bersikap tak peduli. Malah, benaknya terus menaruh desakan khawatir mengenai pria itu. Hores sudah menghadapi masa – masa sulit. Dia tidak ingin berakhir terlalu jauh. “Aku akan baik – baik saja. Tidak usah takut. Kau tahu aku tidak lemah, bisa menjaga diriku dengan baik. Hores dan ayahnya mungkin akan kalah pasukan. Kita tidak tahu seberapa jauh Margarheta Bell menyiapkan perang i

  • Passionate Devil: Selir yang Terluka   Taktik

    “Hores ...,” panggil Avanthe lirih. Dia dengan gemetar mengusap rahang kasar pria itu. Berharap akan ada prospek bagus, tetapi tidak. Hening terasa penuh gemuruh. Rasanya benar – benar menyakitkan. “Aku bicara denganmu, Hores ....” “Hores tidak akan mendengarmu. Dia sedang masa pemulihan saat ikut berperang. Aku mengingatkannya supaya tidak ikut. Putra-ku sangat keras kepala. Dia tetap melibatkan diri, sampai mereka menemukan kelemahannya dan menghajarnya tanpa ampun.” Kelemahan? Di mana sebenarnya Hores juga sedang terluka? Dan mereka, siapa pun mereka, memanfaatkan situasi ini untuk menikung di belakang? Avanthe mengetatkan pelukan secara naluriah. Dia hanya ingin melarikan diri dari cengkeraman Hores, bukan dengan sengaja membuat pria itu terluka parah. Hores menghadapi risiko besar, karena berusaha memulangkannya ke neraka berbentuk mewah, berusaha mengembalikannya ke Meksiko dan anak – anak akan itu serta. Namun, semua berubah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status