Share

Pasti Ada yang Mencintaimu
Pasti Ada yang Mencintaimu
Author: Jihan

Bab 1

Author: Jihan
"Ibu ... tolong bantu aku menyampaikan pada Kakek kalau aku bersedia kembali untuk perjodohan itu," ujarku.

"Benarkah?" Ibuku terdengar senang, tetapi kemudian dia merasa ragu. Dia melanjutkan, "Tunggu dulu, bagaimana dengan pacarmu yang sudah berhubungan bertahun-tahun denganmu itu? Kami memang ingin kamu mendapatkan pasangan yang setara, tapi kalau ...."

"Sudah tidak ada lagi. Tolong aturkan saja pernikahannya," balasku.

Ibuku tidak langsung menanyakan alasan di baliknya. Dia hanya berkata, "Kamu pikirkan lagi dalam dua hari ini. Memang benar, kakekmu sudah memilihkan calon itu dengan sangat hati-hati. Sekarang, pria itu juga sedang mengelola perusahaan investasi keluarga mereka. Tapi ini masalah pernikahan, Ibu tetap berharap agar kamu nggak bertindak gegabah."

"Ibu, aku nggak bertindak gegabah. Aku sudah memikirkannya dengan matang," kataku.

Kemarin saat berbicara dengan adik laki-lakiku di telepon, dia tanpa sengaja mengatakan semuanya. Aku mengetahui bahwa rantai keuangan keluarga kami sedang berada di ambang jurang.

Sementara itu, perjodohan ini adalah solusi terbaik.

Tentu saja, orang yang dibutakan oleh cinta sepertiku, yang dulu rela memutuskan hubungan dengan seluruh keluarga demi pacarku, tidak mungkin akan mau dijodohkan.

Satu-satunya alasan kenapa aku melakukannya adalah karena otak penuh cintaku sudah mati.

Sudah saatnya aku sadar.

Aku melirik ke arah yang tadi sedang dipandang dengan tatapan kosong oleh Felix melalui kaca prancis besar. Sudut bibirku membentuk senyuman getir.

Dulu, dia juga memandangku seperti itu.

Dalam empat tahun masa kuliah, dia mengejarku selama tiga tahun. Aku pernah bertanya tentang apa yang dia sukai dariku. Dia hanya tertawa seperti orang bodoh sambil menjawab bahwa dia menyukai wajahku. Katanya, tidak ada orang lain yang secantik aku.

Aku tidak suka pria bodoh, tetapi akhirnya aku luluh oleh ketulusan dalam dirinya.

Meski begitu, aku tidak langsung menerima cinta Felix.

Namun, Felix tidak pernah menyerah. Setiap hari, tidak peduli cuaca hujan atau pun cerah, dia akan mengantarkan sarapan ke depan asramaku.

Dia menghitung siklus menstruasiku, lalu mulai membuatkan air gula merah dua hari sebelum siklusku dimulai.

Setiap kali aku memperhatikan sebuah kalung sedikit lebih lama, Felix akan meluangkan waktu untuk bekerja paruh waktu, lalu menabung dan membelikannya untukku.

Saat aku sedang sedih, dia akan memutar otak untuk mencari lelucon agar aku bisa tertawa.

Bahkan ketika aku hanya mengernyitkan kening sedikit saja, dia akan langsung bertanya apakah aku merasa tidak enak badan.

Namun, pada akhirnya ....

Semua itu tidak bisa mengalahkan cinta masa kecil.

Dua bulan yang lalu, gadis kecil dari masa lalu Felix tiba-tiba datang ke Kota Jawan untuk menemuinya.

Pertama kali melihat mereka bersama, aku langsung menyadari bahwa mereka tidak punya batasan yang jelas dalam berinteraksi.

Namun, saat itu aku berpikir bahwa Yoana hanya akan bermain selama beberapa hari, jadi aku tidak terlalu memikirkannya.

Siapa sangka, wanita itu malah menjadi sekretaris pribadi Felix, tinggal di Kota Jawan.

Ketika aku menanyakan hal itu, Felix hanya berkata, "Kebetulan aku sedang mencari orang. Daripada aku mempekerjakan orang luar, lebih baik mempekerjakan orang yang aku kenal."

Namun, sejak saat itu, Felix jadi lebih sering lembur serta melakukan perjalanan bisnis ke luar kota.

Tidak pulang sepanjang malam pun menjadi hal yang biasa.

Dua hari yang lalu, aku memeriksa daftar kehadiran di bagian administrasi. Baru pada sata itu aku mengetahui bahwa mereka berdua sungguh tidak terpisahkan.

Perjalanan bisnis ke luar kota pun hanya dilakukan berdua saja, seorang pria dan seorang wanita.

Namun, faktur yang mereka berikan pada bagian keuangan untuk penggantian biaya hanya menunjukkan satu kamar eksekutif.

Lembur? Sudah tidak perlu dibahas.

Saat aku keluar dari ruang kerja Felix, Yoana berdiri dari kursinya di dekat pintu.

Wanita itu tersenyum manis, lalu berujar, "Kak Silvia, kenapa wajahmu tampak nggak senang? Apa kalian baru saja bertengkar?"

Aku tidak berniat meladeninya, jadi aku berjalan melewatinya begitu saja.

"Silvia!"

Yoana memanggilku, "Tahun depan kamu akan berusia tiga puluh, 'kan? Jangan bertingkah seperti anak kecil. Perusahaan Investasi Rowan belum juga memberikan jawaban tentang masalah pendanaan, sementara Felix sedang merasa sangat khawatir. Kalau kamu nggak bisa membantu, setidaknya jangan menjadi beban pikirannya di saat penting seperti ini."

Aku mengerutkan kening, menatapnya dengan tenang, lalu membalas, "Yoana, aku membangun perusahaan ini bersama dengan Felix. Kalau dia bisa membuatmu tinggal di sini, aku juga bisa membuatmu pergi."

"Kamu ...."

Yoana tidak menyangka aku akan bersikap sekeras itu. Dia terdiam sejenak, lalu berkata dengan nada sedih, "Aku hanya menasihatimu dengan niat baik. Kalau kamu nggak suka, nggak perlu mendengarkannya. Tapi kenapa harus mengusirku ...."

"Siapa yang berani mengusirmu?"

Felix keluar sambil bertanya dengan nada dingin. Dia melanjutkan, "Silvia, dia hanya seorang gadis muda, nggak kenal dengan siapa-siapa di sini. Kalau ada kata-katanya yang kurang tepat, apa kamu nggak bisa memakluminya sedikit?"

Gadis muda.

Aku hampir tidak bisa menahan tawa.

Yoana itu hanya tiga bulan lebih muda dariku.

Rasa perih memenuhi dadaku, hampir membuat air mata tumpah. Aku menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, "Felix, aku akan memberimu satu kesempatan untuk memilih. Dia yang pergi, atau aku."

Felix menjawab, "Silvia Raider, jangan membuat keributan."

Aku terdiam sejenak.

Merasa linglung.

Sudah lama sekali rasanya sejak terakhir kali Felix memanggilku dengan nama lengkap seperti itu.

"Kak Silvia, mungkin kamu salah paham tentang hubungan kami. Aku dan Felix hanya teman baik sejak kecil."

Mata Yoana tampak memerah. Dia menatap Felix dengan ekspresi menyedihkan, lalu melanjutkan, "Felix, aku dengar kalau Kak Silvia dari keluarga berada, dia pasti dimanja sejak kecil. Kamu seharusnya lebih perhatian padanya. Jangan sampai kalian bertengkar gara-gara aku. Aku ... aku terbiasa hidup memahami orang lain, bekerja di tempat lain juga nggak masalah untukku. Asal Kak Silvia senang, aku bisa mengemasi barang-barangku, lalu pergi dari Kota Jawan ...."

"Yoana!"

Nada Felix mengandung kelembutan yang tidak bisa dia sembunyikan.

Aku menunjukkan senyum di sudut bibirku, berbalik, langsung melangkah pergi.

Selama bertahun-tahun ini, keluargaku selalu memanjakanku.

Setelah lulus kuliah, ayahku ingin aku kembali ke Kota Bana untuk mendapatkan beberapa tahun pengalaman, sebelum akhirnya mewarisi bisnis keluarga.

Namun, pada saat itu aku dibutakan oleh cinta. Demi Felix, aku bertengkar hebat dengan ayahku, bersikeras untuk tetap tinggal di Kota Jawan.

Ini hanya karena satu kalimat dari ayahku, "Dia hanya pemuda miskin, apa yang bisa dia berikan padamu?"

Aku diam-diam mendampingi Felix memulai bisnisnya, sering begadang demi membicarakan sebuah kontrak.

Tidak aku sangka, yang aku dapatkan bukanlah kesetiaan Felix.

Yang aku dapatkan hanyalah lambung yang harus diobati dengan pengobatan tradisional.

Ibuku menghela napas, lalu bertanya, "Lalu, kapan kamu akan kembali ke Kota Bana?"

"Mungkin setengah bulan lagi," jawabku.

Setelah menutup telepon, aku menoleh sejenak ke arah gedung tinggi yang menjulang itu. Senyumku mengandung kegetiran.

Felix Darian.

Aku sudah memberimu kesempatan untuk memilih.

Kamu sendiri yang tidak menginginkannya.

Kalau begitu, aku juga tidak menginginkanmu.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pasti Ada yang Mencintaimu   Bab 19

    Aku langsung menangkap bagian pentingnya. "Kapan acara reuni kampus kalian?""Awal bulan ini. Aku rasa tanggal 6."Aku terdiam.Saat kakekku mengusulkan perjodohanku dengan putra Keluarga Quinn ....Sepertinya itu di tanggal 8.Waktunya terlalu kebetulan.Ketika melihatku melamun, Sharon mengguncang lenganku, lalu bertanya, "Kenapa? Apa yang sedang kamu pikirkan?""Sharon, maksudmu ...."Aku hampir tidak bisa memercayainya. "Steven sudah lama menyukaiku, jadi dia sering menanyakan tentang kabarku padamu?""Kalau nggak? Apa dia sudah gila?" balas Sharon.Aku terdiam lagi.Sepanjang hari, jantungku berdebar kencang.Aku teringat beberapa hari lalu di mobil, saat Steven dengan tenang mengakui kalau dia punya orang yang dia sukai.Emosi di dalam hatiku menjadi makin campur aduk.Kaget, bingung, serta tidak yakin. Namun, ada juga perasaan ... lega.Aku merasa lega bahwa calon suamiku ternyata sangat menyukaiku.Sampai tengah malam, aku masih terbaring di tempat tidur, merasa gelisah hingga

  • Pasti Ada yang Mencintaimu   Bab 18

    Jika orang lain, mungkin mereka akan terus menjelekkan Silvia.Namun, Yoana tidak akan melakukannya.Dia terlalu mengenal Felix.Dia hanya ingin terus mengingatkan Felix berulang kali, membuat nama "Silvia" menjadi duri yang makin menusuk ke dalam hatinya.Agar Felix hidup dalam penyesalan seumur hidupnya.Hanya dengan begitu, Felix tidak akan lagi ....Memiliki niat untuk berpindah dari satu wanita ke wanita lain.Jadi, Yoana akhirnya bisa mendapatkan semua yang dia inginkan.Dua hari sebelum pernikahan Silvia, Liana mengajukan cuti, langsung terbang ke Kota Bana.Cuti itu disetujui sendiri oleh Felix.Pria itu menatap surat izin cuti Liana cukup lama.[Menghadiri pernikahan sahabat di luar kota.]Padahal ....Surat cuti itu seharusnya digunakan untuk menghadiri pernikahan Felix dengan Silvia.Namun, sekarang ....Wanita yang telah bersamanya selama enam tahun itu, akan berdiri di samping pria lain besok.Felix menopang tubuhnya dengan bantuan meja, berjalan pelan menuju kantor depart

  • Pasti Ada yang Mencintaimu   Bab 17

    Yoana tidak bisa memercayai apa yang didengarnya.Yoana berkata, "Dia akan menikah dengan orang lain, tapi kamu masih akan memberinya hadiah semahal ini? Sekarang harga pasaran rumah itu ....""Dia pantas mendapatkannya."Felix hanya mengucapkan tiga kata itu, lalu berjalan keluar.Yoana mengejarnya. "Kamu mau pergi ke mana?""Aku ada janji. Kamu pulang sendiri saja," balas Felix.Yoana terdiam.Dia ditinggalkan begitu saja oleh Felix.Karena tubuhnya masih terasa sakit, Yoana tidak bisa mengejarnya.Akhirnya, dia hanya bisa pulang naik taksi sendiri.Namun, Yoana tidak sebaik Silvia, yang bisa bersabar dan diam. Sebelum jam menunjukkan pukul sembilan, dia sudah menelepon Felix berkali-kali.Felix tidak menjawab.Yoana terus menelepon.Terus mengirim pesan di WhatsApp.Silvia memang mudah dibodohi, tetapi Yoana tidak.Jika pria dibiarkan lepas begitu saja, siapa yang tahu dia akan tidur dengan wanita yang mana.Yoana benar-benar tidak mengerti, apa yang sudah dilakukan Silvia sampai bi

  • Pasti Ada yang Mencintaimu   Bab 16

    Felix kembali ke Kota Jawan malam itu juga.Hampir seperti melarikan diri.Setiap kata dalam tangkapan layar itu membuatnya tidak bisa mengangkat kepala di depan Silvia.Begitu turun dari pesawat, dia langsung menuju rumah Yoana!Yoana yang baru saja bangun karena suara ribut, melangkah keluar dari kamarnya dengan mata masih mengantuk. Ketika melihat Felix, dia langsung berseri-seri kegirangan.Felix akhirnya memilih dirinya, bukan Silvia.Dia langsung ingin memeluk Felix, tetapi malah dicekik, lalu didorong ke sofa!Rasa sesak yang hampir mematikan langsung membuat Yoana benar-benar sadar.Dia menatap Felix dengan panik, berusaha keras melepaskan diri. "Felix, apa kamu sudah gila? Apa kamu ingin membunuhku?""Siapa yang mengizinkanmu mengirimkan tangkapan layar itu ke Silvia?"Felix menggeram dengan penuh amarah. Tangannya tidak mengendur sama sekali ketika dia menatap Yoana dengan mata yang nyaris meledak. "Sekarang dia salah paham dengan hubungan kita. Apa kamu puas?""Nggak, aku ng

  • Pasti Ada yang Mencintaimu   Bab 15

    Setiap kali Felix melihat satu tangkapan layar, warna merah di wajahnya makin memudar.Setiap tangkapan layar itu, seperti tamparan keras yang tanpa ampun menghantam wajahnya.Dia tidak bisa berkata-kata.Matanya memerah tak wajar.Namun, aku tidak merasakan emosi apa pun. Aku mengulurkan tangan padanya tanpa ekspresi, lalu berkata, "Apa kamu membawa liontinnya? Liana bilang kalau kamu nggak mau memberikannya padanya."Kemudian, aku langsung memotong jalan mundurnya, "Kalau nggak membawanya, kamu kirimkan dengan ekspedisi dari Kota Jawan juga nggak apa-apa.""Silvia ...."Suara Felix terdengar serak, sementara dia menatapku seolah memohon, lalu berujar, "Apa kamu nggak bisa memberiku satu kesempatan lagi? Satu aja.""Felix."Aku berkedip pelan, lalu melanjutkan, "Hanya ada satu kesempatan di antara manusia."Hanya ada satu kesempatan untuk dipercaya sepenuhnya.Begitu kepercayaan itu hancur, meski disatukan kembali, yang tersisa hanya jarak serta kecurigaan.Makin lama, mereka akan mak

  • Pasti Ada yang Mencintaimu   Bab 14

    "Terserah kamu."Begitu menutup telepon, aku tiba-tiba melihat Steven menyodorkan manisan buah padaku.Ini adalah camilan favoritku waktu SMP.Setiap pulang sekolah, aku selalu membeli satu, memakannya dengan senang hati dalam perjalanan pulang.Selama bertahun-tahun ini, aku berusaha keras menjadi orang dewasa. Hal-hal kekanak-kanakan seperti ini sudah tidak pernah aku beli lagi.Selain itu, tidak pernah ada orang yang membelikannya untukku.Setelah mengucapkan terima kasih, sebelum sempat menggigit manisan buah, aku mendengar Steven mengingatkan, "Manisan ini asam, sementara kamu punya masalah lambung. Makan sedikit saja, itu akan cukup untuk membantu pencernaan."Aku tertegun sesaat, sebelum akhirnya bertanya, "Bagaimana kamu bisa tahu kalau lambungku bermasalah?"Bahkan ibuku baru mengetahuinya kemarin.Steven menjawab dengan acuh tak acuh, "Obat yang kamu minum itu semuanya berisi bahan-bahan untuk menyehatkan lambung."...Aku sedikit terkejut.Saat makan malam tadi, dia terlihat

  • Pasti Ada yang Mencintaimu   Bab 13

    Beberapa hari setelah pulang ke rumah, ibuku hampir tidak pernah beranjak dari sisiku selain saat tidur.Dia menemaniku memastikan setiap detail pernikahan, tak peduli sekecil apa pun itu.Menurut ibuku, pernikahan hanya terjadi sekali seumur hidup, jadi harus benar-benar sesuai dengan keinginanku.Hari itu, pasangan suami istri dari Keluarga Quinn, bersama dengan Steven, datang berkunjung ke rumah.Mereka membawa banyak hadiah mewah.Cecil menyelipkan sepasang gelang hijau ke pergelangan tanganku sambil tersenyum, lalu berkata, "Sekarang, aku hanya berharap kalian segera menikah, supaya kamu bisa membantuku mengurus Steven.""Anak ini makin lama makin nggak memiliki sentuhan manusia sama sekali."Ketika mendengar ini, wajahku mulai memanas. Tanpa sadar aku melirik ke arah Steven.Seperti yang sudah aku duga, dia masih menunjukkan ekspresi acuh tak acuh seperti biasa.Aku menggenggam telapak tanganku, lalu berkata dengan sedikit malu, "Bibi Cecil, Pak Steven ...."Baru saja aku mengata

  • Pasti Ada yang Mencintaimu   Bab 12

    Felix bergegas melangkah masuk ke dalam rumah.Namun, bukannya merasa lega, hati Felix malah makin tidak tenang.Rumah terasa jauh lebih kosong dari biasanya.Terlalu bersih, seperti rumah yang sedang menunggu pemilik barunya.Tak ada sedikit pun jejak kehidupan.Dinding foto yang dulunya paling disukai oleh Silvia, kini tidak tersisa satu foto pun yang berhubungan dengannya.Jantungnya seperti tercabik, seakan ada bagian besar yang dikosongkan secara paksa.Dengan langkah ragu, Felix berjalan ke kamar Silvia. Ruangan itu lebih kosong lagi dari ruang tamu.Bahkan sehelai rambut pun tidak ada.Dengan sisa harapan terakhir, dia membuka lemari pakaian, juga semua laci di kamar dan kamar mandi ....Pada saat itu, Felix tiba-tiba tersadar. Dia telah salah paham terhadap Silvia.Silvia adalah perempuan yang pengertian.Begitu pengertian, bahkan saat pergi pun dia memastikan tidak meninggalkan sedikit pun jejak.Felix berjalan keluar kamar dengan panik. Saat melewati ruang makan, dia akhirnya

  • Pasti Ada yang Mencintaimu   Bab 11

    Keesokan harinya kebetulan adalah akhir pekan.Begitu bangun tidur, Liana langsung menelepon Felix.Felix yang sudah beberapa hari dituntut urusan pekerjaan olehnya, terdengar agak kesal, "Ini akhir pekan. Meskipun ada dokumen yang harus ditandatangani, apa nggak bisa menunggu sampai hari Senin?"Liana langsung bicara ke intinya, "Kamu ada di mana sekarang?"Telepon di seberang sempat hening beberapa saat.Liana tak bisa menahan diri untuk berujar, "Masih mengurus Yoana, ya? Apa hubunganmu dengan Silvia yang sudah bertahun-tahun itu benar-benar nggak berarti apa-apa?""Liana, kamu adalah orang yang cukup dewasa, tapi kenapa sekarang kamu jadi kekanak-kanakan seperti Silvia juga?"Felix melanjutkan, "Hubunganku dengan Silvia baik-baik saja, kamu nggak perlu mengkhawatirkan hal ini."Ketika mendengar itu, Liana tertawa sinis. "Hubungan kalian baik? Apa kamu yakin? Apa kamu tahu sekarang dia ada di mana?"Nada suara Liana membawa amarah, merasakan ketidakadilan untuk Silvia.Selama bertah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status