Share

Bab 2

Penulis: Jihan
Sesampainya di rumah, aku duduk termenung di sofa untuk waktu yang lama.

Tanda-tanda keretakan hubunganku dengan Felix sebenarnya sudah muncul sejak bulan lalu.

Awalnya aku benar-benar tidak mengerti, bagaimana mungkin cinta bisa berubah secepat itu?

Setiap kali aku mencurigai hubungan Felix dengan Yoana, dia akan selalu berkata, "Kamu terlalu banyak berpikir. Aku hanya menganggap dia sebagai adikku, jadi aku lebih perhatian padanya."

Awalnya, aku sungguh memercayainya.

Karena kebaikan Felix padaku tidak mungkin palsu. Aku juga sangat yakin kalau dia mencintaiku.

Sampai suatu hari saat menghadiri pesta bersama temannya, Felix mabuk berat. Aku pun datang menjemputnya.

Dari mulut temannya yang juga mabuk, aku tidak sengaja mendengar kebenarannya.

"Felix dan Yoana ... mereka tumbuh besar bersama. Sebelum dia mengejarmu, dia pernah menyatakan cinta pada Yoana terlebih dulu, tapi Yoana menolaknya."

"Mana bisa hubungan sedekat itu dilupakan dengan mudah?"

"Alasan Felix mengejarmu itu ... karena senyummu mirip Yoana."

"Tapi tenang saja, kami semua sudah menasihati Felix untuk serius bersama denganmu. Dulu, Yoana itu pasti menolak Felix karena dia miskin. Sekarang melihat kariernya yang melejit naik, wanita itu pun mendatanginya."

...

Tut, tut, tut ....

Baru ketika suara pengingat dari teko elektrik tanda obat tradisional sudah matang berbunyi, aku baru tersadar kembali.

Satu gelas obat tradisional berwarna coklat gelap aku habiskan. Rasa pahitnya begitu menusuk hati. Aku memandang rumah yang sudah aku tata dengan rapi ini, lalu membuat tanda pada tanggal di kalender.

Tersisa 14 hari.

Setelah itu, aku mulai pelan-pelan membereskan rumah.

Kota Jawan dan Kota Bana masing-masing terletak di selatan dan utara. Barang bawaan yang bisa aku bawa terbatas.

Aku membuang semua sisanya.

Aku tidak suka barang-barangku disentuh orang lain, terlebih lagi oleh wanita Felix berikutnya.

Setelah dua kali naik turun untuk membuang barang, tenagaku sudah habis. Aku hanya bisa membereskan sisanya nanti.

Selesai mandi, aku membuka media sosial, langsung melihat unggahan Yoana.

[Siang hari dia adalah bos yang dingin, tapi di malam hari dia rela mengantre untuk membelikanku kue. Katanya, dia ingin menebus semua waktu yang hilang selama ini. Senangnya!]

Terlampir foto kue stroberi. Di tangan yang memegang kue itu, melingkar sebuah jam tangan pria yang jelas bukan milik Yoana.

Itu adalah jam tangan pasangan, seperti yang ada di tanganku.

Pada saat itu, aku menemani Felix menyelesaikan proyek pertama perusahaan setelah lembur berhari-hari.

Itu juga merupakan proyek yang melambungkan reputasi perusahaan.

Meskipun seminggu penuh hampir tidak tidur, Felix tetap penuh semangat. Dia menarikku ke mal untuk membeli jam tangan pasangan yang dulu diam-diam aku simpan fotonya.

Aku mengatakan bahwa benda itu terlalu mahal.

Namun, Felix bersikeras membelinya. Dia memakaikannya ke tanganku, memelukku, lalu berkata dengan sungguh-sungguh, "Silvia, aku harus memberikan sendiri semua yang kamu suka."

Selain saat mandi dan tidur, jam tangan itu tidak pernah lepas dari pergelangan tangan Felix.

Asisten Felix sebelumnya dipecat hanya karena tidak sengaja membasahi jam itu.

Semua orang tahu bahwa Felix mencintaiku.

Sekarang, jika aku pikir-pikir lagi, itu semua hanya lelucon.

Tidak ada yang tahu bahwa dalam tatapan penuh cinta yang pria itu arahkan padaku, sebenarnya dia sedang membayangkan orang lain.

Aku menghela napas panjang, melepaskan jam tangan itu, mengambil beberapa gambar, lalu mengunggahnya ke platform jual beli barang bekas.

Felix lagi-lagi tidak pulang semalaman.

Keesokan harinya, aku bangun siang hari, lalu pergi ke kantor untuk mengurus prosedur pengunduran diri.

Beberapa tahun terakhir setelah perusahaan berjalan stabil, tugasku hanya fokus di bagian desain.

Namun, dalam perjalanan dari departemen desain ke departemen personalia, anehnya banyak orang yang mengucapkan selamat padaku.

Aku merasa bingung. Ketika aku akan bertanya pada Liana, pegawai dari departemen personalia, dia menarikku ke dalam kantor, lalu berkata, "Katakan padaku, apa kamu dan Felix akan menikah?"

"Apa?"

Aku tercengang.

Liana adalah salah satu karyawan paling lama di perusahaan, jadi dia sudah terbiasa bicara apa adanya denganku. Liana lanjut bertanya, "Benarkah itu? Semua sudah sampai tahap ini, tapi kamu masih ingin menyembunyikannya? Felix heboh sekali sampai semua orang tahu kalau dia ingin melamarmu!"

Aku mengerutkan kening, lalu bertanya, "Apa yang sebenarnya terjadi?"

Liana menutup mulutnya dengan tangan, lalu berkata, "Kamu benar-benar nggak tahu? Jangan-jangan dia berencana memberi kejutan ...."

"Tolong ceritakan dengan jelas," kataku.

"Jadi ...."

Liana sempat merasa ragu, tetapi akhirnya dia memutuskan untuk berpihak padaku. Dia menjelaskan, "Tadi ada yang melihat toko bunga mengirimkan pesanan untuk Felix. Itu adalah satu bagasi penuh mawar merah muda! Hari ini bukan ulang tahunmu atau hari jadi kalian. Kalau bukan melamar, untuk apa lagi?"

Mawar merah muda.

Aku ingat dua bulan lalu, saat Yoana datang ke Kota Jawan, Felix menjemputnya di bandara dengan membawa mawar merah muda juga.

Jariku perlahan mengusap telapak tangan.

Aku mengerutkan bibirku, tidak mengatakan apa-apa. Liana melirik tanganku, lalu bertanya, "Apa ini?"

"Aku ingin mengundurkan diri," kataku.

"Pantas saja!"

Tiba-tiba, Liana tampak tersadar. Dia berkata, "Pasti ini lamaran, 'kan? Kamu sudah bersiap-siap mengundurkan diri untuk menjadi istri dan ibu yang baik. Ayo sini, aku akan menandatanganinya."

"Baiklah," balasku.

Aku tidak menjelaskan apa pun, langsung menyerahkan dokumen itu.

Sambil menandatangani dokumen, Liana mengeluh, "Felix ini benar-benar hebat. Dia bahkan nggak memberitahuku lebih dulu. Aku jadi harus segera mencari penggantimu. Di mana aku bisa menemukan direktur desain sepertimu?"

"Nanti kamu hanya perlu meminta Felix menandatanganinya, lalu semuanya beres."

Setelah selesai memberikan tanda tangan, Liana mengembalikan berkas, lalu menambahkan dengan nada tulus, "Silvia, aku nggak tahu keputusanmu untuk mengundurkan diri ini benar atau salah, tapi sebagai teman lama, aku mendoakan agar kamu bahagia! Semoga Felix nggak membuatmu kecewa."

"Tenang aja, aku pasti bahagia," balasku.

Hanya saja, itu tidak ada hubungannya dengan Felix.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pasti Ada yang Mencintaimu   Bab 19

    Aku langsung menangkap bagian pentingnya. "Kapan acara reuni kampus kalian?""Awal bulan ini. Aku rasa tanggal 6."Aku terdiam.Saat kakekku mengusulkan perjodohanku dengan putra Keluarga Quinn ....Sepertinya itu di tanggal 8.Waktunya terlalu kebetulan.Ketika melihatku melamun, Sharon mengguncang lenganku, lalu bertanya, "Kenapa? Apa yang sedang kamu pikirkan?""Sharon, maksudmu ...."Aku hampir tidak bisa memercayainya. "Steven sudah lama menyukaiku, jadi dia sering menanyakan tentang kabarku padamu?""Kalau nggak? Apa dia sudah gila?" balas Sharon.Aku terdiam lagi.Sepanjang hari, jantungku berdebar kencang.Aku teringat beberapa hari lalu di mobil, saat Steven dengan tenang mengakui kalau dia punya orang yang dia sukai.Emosi di dalam hatiku menjadi makin campur aduk.Kaget, bingung, serta tidak yakin. Namun, ada juga perasaan ... lega.Aku merasa lega bahwa calon suamiku ternyata sangat menyukaiku.Sampai tengah malam, aku masih terbaring di tempat tidur, merasa gelisah hingga

  • Pasti Ada yang Mencintaimu   Bab 18

    Jika orang lain, mungkin mereka akan terus menjelekkan Silvia.Namun, Yoana tidak akan melakukannya.Dia terlalu mengenal Felix.Dia hanya ingin terus mengingatkan Felix berulang kali, membuat nama "Silvia" menjadi duri yang makin menusuk ke dalam hatinya.Agar Felix hidup dalam penyesalan seumur hidupnya.Hanya dengan begitu, Felix tidak akan lagi ....Memiliki niat untuk berpindah dari satu wanita ke wanita lain.Jadi, Yoana akhirnya bisa mendapatkan semua yang dia inginkan.Dua hari sebelum pernikahan Silvia, Liana mengajukan cuti, langsung terbang ke Kota Bana.Cuti itu disetujui sendiri oleh Felix.Pria itu menatap surat izin cuti Liana cukup lama.[Menghadiri pernikahan sahabat di luar kota.]Padahal ....Surat cuti itu seharusnya digunakan untuk menghadiri pernikahan Felix dengan Silvia.Namun, sekarang ....Wanita yang telah bersamanya selama enam tahun itu, akan berdiri di samping pria lain besok.Felix menopang tubuhnya dengan bantuan meja, berjalan pelan menuju kantor depart

  • Pasti Ada yang Mencintaimu   Bab 17

    Yoana tidak bisa memercayai apa yang didengarnya.Yoana berkata, "Dia akan menikah dengan orang lain, tapi kamu masih akan memberinya hadiah semahal ini? Sekarang harga pasaran rumah itu ....""Dia pantas mendapatkannya."Felix hanya mengucapkan tiga kata itu, lalu berjalan keluar.Yoana mengejarnya. "Kamu mau pergi ke mana?""Aku ada janji. Kamu pulang sendiri saja," balas Felix.Yoana terdiam.Dia ditinggalkan begitu saja oleh Felix.Karena tubuhnya masih terasa sakit, Yoana tidak bisa mengejarnya.Akhirnya, dia hanya bisa pulang naik taksi sendiri.Namun, Yoana tidak sebaik Silvia, yang bisa bersabar dan diam. Sebelum jam menunjukkan pukul sembilan, dia sudah menelepon Felix berkali-kali.Felix tidak menjawab.Yoana terus menelepon.Terus mengirim pesan di WhatsApp.Silvia memang mudah dibodohi, tetapi Yoana tidak.Jika pria dibiarkan lepas begitu saja, siapa yang tahu dia akan tidur dengan wanita yang mana.Yoana benar-benar tidak mengerti, apa yang sudah dilakukan Silvia sampai bi

  • Pasti Ada yang Mencintaimu   Bab 16

    Felix kembali ke Kota Jawan malam itu juga.Hampir seperti melarikan diri.Setiap kata dalam tangkapan layar itu membuatnya tidak bisa mengangkat kepala di depan Silvia.Begitu turun dari pesawat, dia langsung menuju rumah Yoana!Yoana yang baru saja bangun karena suara ribut, melangkah keluar dari kamarnya dengan mata masih mengantuk. Ketika melihat Felix, dia langsung berseri-seri kegirangan.Felix akhirnya memilih dirinya, bukan Silvia.Dia langsung ingin memeluk Felix, tetapi malah dicekik, lalu didorong ke sofa!Rasa sesak yang hampir mematikan langsung membuat Yoana benar-benar sadar.Dia menatap Felix dengan panik, berusaha keras melepaskan diri. "Felix, apa kamu sudah gila? Apa kamu ingin membunuhku?""Siapa yang mengizinkanmu mengirimkan tangkapan layar itu ke Silvia?"Felix menggeram dengan penuh amarah. Tangannya tidak mengendur sama sekali ketika dia menatap Yoana dengan mata yang nyaris meledak. "Sekarang dia salah paham dengan hubungan kita. Apa kamu puas?""Nggak, aku ng

  • Pasti Ada yang Mencintaimu   Bab 15

    Setiap kali Felix melihat satu tangkapan layar, warna merah di wajahnya makin memudar.Setiap tangkapan layar itu, seperti tamparan keras yang tanpa ampun menghantam wajahnya.Dia tidak bisa berkata-kata.Matanya memerah tak wajar.Namun, aku tidak merasakan emosi apa pun. Aku mengulurkan tangan padanya tanpa ekspresi, lalu berkata, "Apa kamu membawa liontinnya? Liana bilang kalau kamu nggak mau memberikannya padanya."Kemudian, aku langsung memotong jalan mundurnya, "Kalau nggak membawanya, kamu kirimkan dengan ekspedisi dari Kota Jawan juga nggak apa-apa.""Silvia ...."Suara Felix terdengar serak, sementara dia menatapku seolah memohon, lalu berujar, "Apa kamu nggak bisa memberiku satu kesempatan lagi? Satu aja.""Felix."Aku berkedip pelan, lalu melanjutkan, "Hanya ada satu kesempatan di antara manusia."Hanya ada satu kesempatan untuk dipercaya sepenuhnya.Begitu kepercayaan itu hancur, meski disatukan kembali, yang tersisa hanya jarak serta kecurigaan.Makin lama, mereka akan mak

  • Pasti Ada yang Mencintaimu   Bab 14

    "Terserah kamu."Begitu menutup telepon, aku tiba-tiba melihat Steven menyodorkan manisan buah padaku.Ini adalah camilan favoritku waktu SMP.Setiap pulang sekolah, aku selalu membeli satu, memakannya dengan senang hati dalam perjalanan pulang.Selama bertahun-tahun ini, aku berusaha keras menjadi orang dewasa. Hal-hal kekanak-kanakan seperti ini sudah tidak pernah aku beli lagi.Selain itu, tidak pernah ada orang yang membelikannya untukku.Setelah mengucapkan terima kasih, sebelum sempat menggigit manisan buah, aku mendengar Steven mengingatkan, "Manisan ini asam, sementara kamu punya masalah lambung. Makan sedikit saja, itu akan cukup untuk membantu pencernaan."Aku tertegun sesaat, sebelum akhirnya bertanya, "Bagaimana kamu bisa tahu kalau lambungku bermasalah?"Bahkan ibuku baru mengetahuinya kemarin.Steven menjawab dengan acuh tak acuh, "Obat yang kamu minum itu semuanya berisi bahan-bahan untuk menyehatkan lambung."...Aku sedikit terkejut.Saat makan malam tadi, dia terlihat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status