Share

27. Kakak Tiri

Author: Black Aurora
last update Last Updated: 2025-06-03 16:38:03
Aveline menggeleng dengan putus asa. “Kenapa kamu sejahat ini, Dominic?”

Dominic tersenyum tipis. “Aku bukan jahat,” bisiknya. “Aku hanya egois.”

Ketegangan di antara mereka menggantung pekat di udara, seakan setiap napas yang terambil bisa menyalakan api.

Aveline berdiri dengan napas berat, wajahnya memerah oleh amarah, dan tangannya terkepal kuat di sisi tubuhnya.

"Aku ingin pulang, Dominic. Bawa aku kembali ke Chicago. Aku sudah cukup dengan semua ini," tegas Aveline, matanya menyala penuh determinasi.

Dominic tidak menunjukkan ekspresi terkejut. Sebaliknya, pria itu menatapnya dengan tenang, bahkan nyaris terlalu tenang.

"Dan aku sudah cukup mendengarmu bicara soal pulang. Kamu tetap di sini, Aveline. Karena ini tempatmu sekarang."

Aveline mencibir. "Tempatku? Di kapal ini? Bersama pria yang telah berselingkuh dari istrinya?"

Dominic menatapnya dengan tatapan menusuk. "Aku tidak perlu membela diriku, Aveline."

"Aku tahu kamu mempermainkanku!" bentak Aveline, melan
Black Aurora

makasih buat yg mendoakan kesehatan untuk author 🤗❤️ sehat-sehat kita semuaa 🫶

| 14
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
May_maya🌸
ditungguin lanjutannya ya thorrrrr.. ceritanya menarik...aku suka ..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pay Me With Your Body   77. Pertaruhan

    Sudah lewat tengah malam di kastil tua itu, namun Dominic masih terjaga. Ia berdiri di balkon kamar, setelah memastikan Aveline tertidur dengan pulas dan hangat dengan selimut yang nyaman serta usapan lembut di ubun-ubunnya. Istrinya akan lebih cepat tertidur saat Dominic membelainya seperti itu. Saat ini ia masih mengenakan setelan hitam dengan kancing yang separuh dilepas, serta dasi yang tergantung longgar di lehernya. Di tangannya ada selembar koran bisnis internasional yang baru saja dikirim langsung oleh kurir khusus. Halaman utamanya memuat sebuah tajuk besar: "Ezra Blaine Menggelar Pameran Amal Global untuk Menyorot Etika Bisnis Industri Internasional" Tapi bukan itu yang membuat rahangnya mengeras karena geram, melainkan kutipan langsung dari Ezra yang dicetak dalam kolom editorial: "Dunia korporat bukan hanya soal keuntungan. Ini tentang moralitas. Dan kita harus bertanya, apakah mereka yang pernah mengorbankan nyawa demi posisi... pantas memimpin industri

  • Pay Me With Your Body   76. Amarah Yang Membara

    Di sudut ruang kerja mewah dengan interior kayu mahoni tua dan lukisan klasik tergantung di dinding, Ezra Blaine berdiri di depan jendela kaca besar dengan tatapan gelap. Tangannya mengepal di belakang punggung. Di meja kerjanya, sebuah tablet menyala, menampilkan headline: "Pernikahan Privat Dominic Wolfe dan Aveline Rose di Kastil Tertutup – Cinta di Tengah Kontroversi Warisan Blaine?" Wajah Ezra memucat. Matanya menyala oleh amarah yang ditahan terlalu lama. Seorang asistennya masuk dengan gugup. “Tuan Blaine, saya telah mengecek semua jalur media. Bocornya info itu tidak berasal dari pihak internal kami.” Ezra menoleh perlahan. “Tutup semua kontak dengan media. Hentikan segala hubungan eksternal dengan Wolfe Industries. Mulai dari sekarang, mereka adalah entitas musuh.” Asisten itu menelan ludah. “Apakah... Anda ingin kami mengirimkan pesan ulang kepada Dominic Wolfe untuk... negosiasi ulang?” Ezra mendesis. “Negosiasi...?” Tangannya menghempaskan gelas kristal ke l

  • Pay Me With Your Body   75. Malam yang Dikenang

    Langit malam di atas kastil pribadi yang sunyi itu diselimuti bintang-bintang yang bersinar. Sambil menggenggam erat tangan Aveline, Dominic membuka pintu kamar yang malam ini akan menjadi kamar pengantin mereka. Dinding batu krem berpadu dengan nuansa lilin aromaterapi serta kelopak mawar di lantai, menciptakan suasana yang hangat dan menggetarkan. Aveline masih mengenakan gaun elegan dari satin putih, rambut pirangnya disanggul ringan dengan beberapa helaian yang terlepas dengan manis, menambah kesan lembut serta menggoda. Dominic yang kini tengah berdiri di ambang pintu pun menatapnya dalam-dalam. “Malam ini terlalu indah untuk dilewatkan dengan hanya tidur,” gumannya, dengan suara rendah dan serak. Aveline tersenyum kecil. “Memangnya kamu tidak lelah?" Jari Dominic terulur untuk menyentuh pipi Aveline, menyusuri lekuk-lekuk lembut wajahnya dan merasakan kulitnya yang halus. “Aku merasa sangat hidup, Little Dove. Dan itu karena kamu.” Lalu dengan lembut, Dominic

  • Pay Me With Your Body   74. Langit Sebagai Saksi

    Langit Portofino menjelang siang itu tampak sempurna. Biru lembut tanpa awan, dengan angin musim panas yang hangat menyapu tenang sepanjang tepi laut. Aveline berdiri di depan Mansion, masih dalam balutan dress berpotongan manis rancangan desainer dunia berwarna putih gading, yang ia pilih sendiri untuk hari ini. Wajahnya memancarkan kebingungan saat Dominic mengatakan bahwa mereka akan makan siang di luar. “Kita mau ke mana?” Dominic hanya tersenyum kecil, lalu meraih tangan Aveline dan mengecup jemarinya. “Percayalah padaku, Little Dove. Kamu hanya perlu mengikuti instruksiku.” Beberapa detik kemudian tiba-tiba terdengar suara baling-baling yang menggelegar di udara. Sebuah helikopter pribadi berwarna hitam elegan, perlahan mendarat di helipad pribadi di ujung bukit. Aveline menoleh cepat. “Kita naik itu?” Dominic mengangguk, lalu memeluk pinggang Aveline dan membisikkan kalimat dengan suara rendahnya yang khas. “Ya. Dan bersiaplah. Ini akan menjadi makan siang

  • Pay Me With Your Body   73. Ujian Yang Besar Untuk Cinta Yang Sama Besarnya

    Pagi itu, matahari Portofino belum sepenuhnya naik, namun langit sudah mulai menghangat dengan semburat jingga keemasan. Aveline membuka mata di atas ranjang king-size yang luas, mendapati lengannya terentang ke samping. Namun Dominic tak ada di sisinya, sama seperti pagi kemarin. Ia mengerjap pelan. Kamar itu masih sunyi, dan hanya desau angin dari balkon terbuka yang membelai tirai tipis. Gaun pengantin yang semalam ia kenakan telah tersampir rapi di kursi dekat cermin. Dan meski segala sesuatu tampak tenang secara kasat mata… dadanya terasa berat. Ada firasat. Ada sesuatu yang tidak biasa. Ia bangkit dari tempat tidur dengan masih mengenakan kimono satin lembut berwarna abu muda yang dipakaikan oleh Dominic semalam di tubuhnya, setelah sesi bercinta mereka yanh penuh gelora. Kakinya menyentuh lantai marmer dingin, dan langkahnya perlahan menyusuri koridor Mansion yang masih sunyi. Aroma kopi hitam samar tercium dari arah dapur. Namun bukan aroma itu yang m

  • Pay Me With Your Body   72. Satu Malam Sebelum Badai

    Malam semakin larut, namun Dominic tak kunjung mengizinkan Aveline kembali ke kamar. Setelah sesi fitting oleh gaun-gaun indah itu, ia membawa Aveline ke balkon aula yang menghadap langsung ke teluk Portofino. Angin laut menerpa lembut rambut pirang panjang Aveline yang dibiarkan terurai. Gaun terakhir yang ia kenakan masih menempel dengan sempurna di tubuhnya. Dominic berdiri di sampingnya, dengan jaket jasnya kini terlipat di lengannya. Hanya kemeja putih yang membungkus tubuh atletisnya, kancing teratas terbuka, dan lengan digulung hingga siku. Wajahnya tampak lebih tenang dibandingkan hari-hari sebelumnya. “Apa kamu tahu,” ujar Aveline pelan dengan suara yang nyaris tersapu angin. “Aku tak pernah membayangkan akan berada di tempat seindah ini, mengenakan gaun seperti ini, dan... berdiri di samping pria yang membuat hidupku menjadi istimewa dari siapapun sebelumnya.” Dominic menoleh. “Bahkan jika sebagian kehidupan itu berasal dari masa laluku?” Aveline tersenyum. “I

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status