Home / Romansa / Pejantan Tangguhku / Kecemburuan Tiga Istri

Share

Kecemburuan Tiga Istri

Author: Saga
last update Last Updated: 2021-09-17 10:54:41

Alya mengerjapkan mata begitu terbangun di sebuah kasur Queen size. Dia mendapati ruangan kamar yang begitu mewah. Bahkan melebihi kamar hotel tempatnya menginap semalam.

Dia melangkah menuju jendela. Menyikap kordennya. Matanya berbinar begitu beradu dengan cahaya matahari yang masuk.

Pemandangan hamparan gunung yang menakjubkan dengan miniatur kota di bawahnya.  Alya menebak kalau dirinya berada di sebuah Villa yang cukup mewah di puncak.

Dia menggeser dinding kaca. Seketika aroma pegunungan menerpa dirinya. Alya memejamkan mata. Menghirup sejuknya udara pegunungan yang menenangkan. Melupakan masalah yang membelenggu sejenak.

Sekilas, Alya melihat sebuah Villa yang tidak kalah mewah dari Villa itu. Villa dengan konsep victorian style terlihat megah di seberang sana. Dahinya mengernyit begitu melihat kerumunan orang. Sepertinya ada sebuah acara besar yang sedang dilaksanakan di sana. 

Mendadak, Alya merasakan rambutnya ditarik ke belakang. Alya yang kesakitan berusahaa untuk melawan, namun terlebih dahulu dia dibanting ke lantai.

Alya terduduk di atas lantai. Menyoroti sekumpulan betis gemuk sampai postur besar dengan wajah yang marah.

Alya hampir saja kelepasan tertawa saat melihat lipatan lemak yang terlihat jelas dari gaun-gaun yang mereka pakai. Serta Make up tajam yang justru menambah kesan menyeramkan. Alya heran apakah mereka  buto hijau wanita yang sengaja menyelinap di kamarnya.

“Apa lihat-lihat! Takjub dengan kecantikan kami!” ucap Lina, wanita yang bertubuh paling besar di antara mereka. sekaligus make upnya paling menyeramkan. Perpaduan yang kurang pas antara blush on merah yang terlihat kontras dengan bedaknya yang putih saking tebal. Ini yang dia bilang cantik? justru lebih mirip seperti badut. 

“Kalian siapa? kenapa kalian tiba-tiba menjambak rambutku!” tanya Alya.

“Kami adalah istri dari Mas Manto dan kami tidak rela kalau beliau menikah denganmu.” Yang ini adalah Hayisa. Tubuhnya paling tinggi di antara yang lain. Kalau dilihat dari auranya yang dominan sepertinya dia adalah istri pertama.

Alya geram. Baru saja dia menginjakkan kaki di villa ini, dia sudah mendapatkan sambutan yang kurang menyenangkan dari calon ‘senior’nya. Tidak terbayang hari-hari kedepannya yang tentu akan seperti neraka kalau bersama mereka. Lagipula, kenapa selera Manto rendahan sekali. Suka ngumpulin ondel-ondel sebagai istri.

Mendadak sebuah ide muncul bak lampu yang bersinar di luar kepalanya. Alya akan memainkan ego mereka supaya dia bisa terbebas dari sini.

“Memangnya kenapa kalau Mas Manto menikahiku? Kalian takut tersaingi? Oh ya, aku kan lebih cantik dan sexi daripada kalian.” Alya melipat kedua tangannya di dada dengan gaya arogan.

Mereka meradang. Ziya, yang paling pendek menyorong pundak Alya.

“Ngaca sana! Jelas-jelas kami lebih cantik daripada kamu! Kamu saja yang kegatelan ingin merebut Mas Manto dari kami.”

Alya mundur beberapa langkah. Matanya memicing begitu tajam. Tanpa Ampun, dia mendorong tubuh Ziya sampai tersungkur di lantai. Hayisa dan Lina menjerit, kemudian mereka berhamburan di samping Ziya.

“Lancang sekali kamu, pelacur!” geram Hayisa. Lantas, dia menoleh ke Lina memberi isyarat untuk menyerang. Namun mereka terperanjat saat mendengar suara vas bunga yang menghantam meja.

“Mau kalian aku tusuk pakai ini hah!” Alya mengacungkan pecahan vas yang runcing. Seketika ketiga wanita bongsor itu begidik. Mereka terduduk di atas lantai sambil menatap nanar ke pecahan vas itu. Mereka tidak menyangka kalau Alya bisa segarang singa betina.

“Berani kamu menyakiti kami, maka akan kami pastikan kamu menyesal.”

“Menyesal? Tidak ada kata menyesal untuk memberikan pelajaran kepada wanita angkuh seperti kalian.”

Alya mengarahkan senjatanya itu ke arah mereka. Namun, suara derap langkah kaki menghentikannya.

“Itu pasti para bodyguard. Mereka akan menghajarmu pelacur,” Hayisa tersenyum sinis penuh kemenangan.

Alya panik. Otaknya bekerja cepat mencari ide. Pandangannya tiba-tiba tertuju di balik pintu. Segera dia bersembunyi di sana.

Begitu langkah kaki semakin dekat, Alya langsung membanting pintunya sampai tepat mengenai kepada dua bodyguard tersebut.

Untung saja, bayang-bayang mereka terlihat dari bawah pintu sehingga dia bisa mengira-ngira kedatangan mereka seiring dengan derap langkah kakinya.

Alya membuka pintunya dan mendapati kedua pria bertubuh besar itu memegang kepalanya kesakitan. Alya langsung mendorong salah satu di antara mereka dan buru-buru pergi. Tapi, mereka tidak tinggal diam. Dengan langkah lebar, mereka berusaha menyergap Alya.

Mereka berhasil menangkap Alya saat akan menuruni tangga. Tubuh besar mereka  begitu gampang membelenggu tubuh slim Alya dan menyeretnya kembali ke kamar.

Namun, Alya masih punya senjaja. Dia langsung menancapkan pecahan vas bunga itu tepat di salah satu lengan bodyguard.

Temannya terperanjat. Dia yang geram hendak memukul Alya, tapi  tendangan kaki Alya terlebih dahulu mengenai alat vitalnya. Sementara mereka kesakitan, Alya mengambil langkah seribu.

Langkah Alya kembali terhalang saat mendapati sebuah mobil yang berhenti tepat di depan Villa itu. Pria bertubuh tambun itu langsung keluar dari mobilnya. Raut wajahnya mengisyaratkan amarah.

Mata Alya melihat kesegala arah. Dia tersenyum saat melihat sebuah batu yang terletak di taman depan Villa. Dia segara mengambil batu itu.

“Mau kau apakan batu itu, wanita sinting?”

“Mau aku inikan!” pekik Alya sambil menghujam batu itu dengan kedua tangannya hingga tepat mengenai kaki Manto yang tertutup fantovel.

“Arggg! Wanita sial! Jangan lari kamu!” Manto meraung kesakitan sambil terpincang-pincang mengejar Alya.

Tanpa Alya tahu bahwa gerbang Villa itu bisa menutup otomatis dengan sebuah remot yang menyatu dengan kunci mobil Manto. Dan benar saja, ketika Alya hampir sampai, pintu gerbang itu sudah menggeser dengan cepat. Tertutup sempurna.

“Sekarang kamu tidak bisa pergi ke mana-mana, hahaha…” Manto tergelak. Di saat bersamaan, keluar ketiga istri dan dua bodyguard dari pintu utama menghampiri mereka.

Alya segera membaca situasi. Melihat Manto yang pincang, Alya langsung merebut paksa kunci itu dan menjegal Manto sampai terjatuh. Kemudian, dia membuka gerbang kembali dengan remotnya dan beringsut keluar. Alya sempat melihat mereka mengejarnya, namun, Alya dengan cerdik memencet remot itu hingga mereka tenggelam di balik gerbang.

Alya melihat ke sekitar. Tempat itu sangat jauh dari mana-mana. Hanya ada Villa mewah yang tidak jauh dari sana. Alya segera berlari ke Villa mewah itu untuk meminta pertolongan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Inda Yani
sedih sekali ceritanya
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
mantap Alya
goodnovel comment avatar
Yohanes Hari Wiharso
Alya Jenius
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pejantan Tangguhku   S3. (Tamat) Tidak Terduga

    Sekarang aku berada di dalam sebuah ruangan pribadi di Mansion itu. Ruangan itu sangat megah dan mewah. Aku tidak bisa menyembunyikan rasa kagumku. Pemilik Mansion ini jelas orang yang sangat kaya raya. Mungkin selain bisnis hotel, dia juga memiliki bisnis-bisnis lain.Pria yang membawaku tadi menyuruhku untuk tinggal di dalamnya. Menunggu sampai Bosnya datang. Entah apa alasannya. Apa aku akan dijadikan sebagai pembantu atau gimana? Tapi justru di dalam ruangan pribadi itu ada pelayan Pribadi yang dengan sigap melayaniku.Aku benar-benar dalam kebingungan. Sampai tidak terasa dua bulan sudah aku berada di dalam mansion itu.Dalam kebingunganku, beberapa kali pria berbadan besar dan tampan datang ke dalam ruangan itu. Mereka seperti berusaha untuk menarik perhatianku. Tanpa ragu mereka terang-terangan memintaku untuk melayani mereka. Tapi tunggu dulu, kenapa pria-pria itu diizinkan untuk masuk ke ruangan ini? apa memang tugasku disini untuk melayani mereka

  • Pejantan Tangguhku   S3. Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

    Aku terisak di sisi Naili yang terbaring di brangkar rumah sakit. Dokter menyatakan bahwa kondisi Naili semakin memburuk karena kepalanya yang terbentur lantai dengan sangat keras sehingga membuat tubuh bagian kanannya juga lumpuh. Itu artinya dia lumpuh total sekarang!Duh Gusti, kasihan sekali Naili. Seandainya aku tidak tergiur dengan tawaran palsu Scott, tentu aku bisa menjaga Naili, sehingga musibah ini tidak sampai terjadi. Tapi apa mau dikata. Nasi sudah menjadi bubur.Tiba-tiba seorang suster datang menghampiriku."Permisi Madam, Madam harus membayar biaya administrasi di kasir ya.""Biayanya kira-kira berapa ya Sus?""Maaf, saya kurang tahu Madam. Silakan ibu datang ke kasir sekarang ya." Dia membalikkan badan untuk keluar dari rumah sakit.Dengan perasaan was-was, aku pun mendatangi kasir. Ikut mengantri di barisan antrian. Aku merogoh dompet dari tasku dan membukanya. Terlihat uang dua ribuan dan lima ribuan yang lusuh terikat den

  • Pejantan Tangguhku   S3. Mempertahankan Harga Diri

    "Selamat datang, Ara." sambut Scott dengan hanya menggunakan pakaian kimono saja. Mataku tertuju ke bulu tipis yang memenuhi dadanya yang lumayan bidang. Balutan kimono juga memperlihatkan kakinya yang tampak berotot."Kok bengong?"Aku tersentak dari lamunanku. Bisa dibilang Pria di depanku atletis dengan otot yang tidak terlalu besar. Tapi cukup membuat debaran kencang di dalam dada ini."Eh, Iya." Ucapku tergagap. Aku menghela nafas sejenak. berusaha mengontrol diriku sendiri."Silakan duduk." Pintanya.Aku pun beringsut duduk bersamaan dengannya. Tapi Pria itu terlihat mengendurkan tali handuk kimono itu sehingga sekilas aku tidak sengaja aku melihat pakaian dalamnya yang berwarna hitam. Tapi Pria itu sama sekali tidak merasa risih dalam kondisi setengah telanjang di depan seorang wanita sepertiku."Ini Mas pola desain yang sudah saya persiapkan untuk seragam rumah sakit yang sebelah kanan laki-laki dan sebelah kiri perempuan. Apak

  • Pejantan Tangguhku   S3. Jebakan Scott

    Hari ini aku pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk menjahit. Saking banyaknya permintaan, sehingga bahan-bahan itu ludes dengan sendirinya.Aku membelinya dengan terburu-buru. Tidak mau meninggalkan Naili lama-lama. Intinya setelah membeli bahan-bahan itu, aku akan segera pulang dan tidak mampir-mampir lagi.Setelah membeli bahan-bahannya, aku segera ke halte untuk menunggu angkutan. Saat sedang asik menunggu, pandanganku tertuju kepada sebuah mobil mewah yang berhenti di seberang jalan. Dari kacanya yang terbuka, terlihat Pria tampan yang kutemui dirumah sakit itu sedang memandangiku di balik kacamatanya yang hitam.Aku memalingkan wajah, berpura-pura tidak melihatnya. Pria di seberang sana malah tersenyum melihatku yang salah tingkah. jangan Maya, kamu jangan sampai kepincut dengannya. Tahan hasratmu Ara tahan. Bisikku di dalam hati.Tidak berselang lama, angkutan berwarna orange pun datang. aku melambaikan tangan sebagai

  • Pejantan Tangguhku   S3. Kangen Om Antonio

    Kesibukan baruku membuka jalan rezeki bagiku. Terlihat dari beberapa tetangga yang mulai berdatangan untuk meminta di jahitkan. Ada yang sekedar memperbaiki pakaian yang sobek, mengecilkan baju, bahkan ada yang meminta untuk mendesain pakaian baru. Semua kulakukan dengan senang hati tanpa menargetkan penghasilan, karena memang aku suka melakukannya.Lebih dari itu, aku merasa hidupku benar-benar berubah. Tidak lagi memikirkan kehidupan masa lalu yang pahit. Sekarang aku merasa lebih bahagia bersama Naili dengan kesibukanku menjahit. Semua itu lebih dari cukup. Meski tanpa kehadiran lelaki dewasa atau kemewahan yang sering aku dapatkan. Ternyata di perumahan yang kumuh ini aku mendapatkan kebahagiaan.Kondisi Naili juga mengalami perkembangan yang cukup baik. Bahkan dia sekarang sudah mau untuk berbicara dan mulai tersenyum. Mungkin dia melihat keseharianku yang bersemangat, sehingga semangat itu tertular kepadanya. Menunjukan bahwa aku yang sekarang berbeda jauh dengan

  • Pejantan Tangguhku   S3. Keinginan Lama Tertunda

    "Kok kita berhenti di sini?" tanyaku keheranan ketika mobil itu berhenti tepat di depan gang rumah kumuh. Selain kumuh tempat itu juga terlihat sempit sekali. jadi tidak ada ruang gerak yang leluasa. Terlebih cuacanya yang di dekat pelabuhan yang terasa panas sekali."Sudah jangan banyak bicara. Sekarang ayo turun." titahnya. Aku tidak kuasa untuk menolaknya. Setelah menurunkan koper, aku mengekorinya menuju perumahan kumuh itu."Mulai sekarang kamu tinggal disini." ujarnya sambil menunjuk rumah dengan lebarnya kurang lebih dua setengah meter saja. Enggak kebayang betapa sempitnya di dalam."Enggak ada tempat lain apa? ini sempit sekali." Protesku."Jangan banyak membantah!" ujarnya dengan nada penuh penekanan. Aku hanya tertunduk, aku tahu konsekuensi kalau aku sampai menolak perintahnya."Lagipula, kamu akan sangat betah disini, karena ada seseorang yang special sedang menunggumu di dalam." Orang special? Siapa itu? batinku penasaran. Ace pun segera

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status