Sedangkan di Villa mewah itu,
Andrew Schimmer tampil menawan dengan jas pengantin yang dikenakannya. Pesonanya membius tamu undangan terutama kaum hawa, Lelaki berdarah Filipina, Spanyol dan Indonesia itu sangat sempurna. Belum lagi dengan tonjolan kekar memenuhi setiap jengkal tubuhnya.
“Come on, Honey. Where are you?” bisik Andrew resah di ujung telefon. Aksen Tagalognya masih kental. Dia tidak memperdulikan begitu banyak kaum hawa yang menahan histeris karena kagum. Terus berjalan membelah kerumunan sambil tangannya yang masih memegang ponsel.
Ara, nama tunangannya. Sebentar lagi akan menjadi istrinya. Namun menjelang ikrar janji suci, tunangannya tidak kunjung muncul.
Ponselnya tidak bisa dihubungi. Sebab itu dia menghubungi keluarga Ara satu-satu. Tapi, tidak kunjung ada jawaban.
“Permisi Tuan, acara akadnya mau dimulai jam berapa?” Bernando memberanikan diri untuk bertanya. Dia sudah sangat hafal dengan mimik muka Andrew yang gusar. Berani mengusik sama saja dengan membangunkan serigala tidur. Tapi dia tidak punya pilihan lain. Tugasnya adalah mengingatkan sesuai dengan schedule.
“Kamu buta ya? Bagaimana saya memulai akad kalau Ara saja belum datang?” Sesuai dengan dugaan Bernando kalau dia yang menjadi sasaran amarah. Untung saja mentalnya sudah kebal.
“Maaf Tuan.” Bernando melangkah mundur. Segera menjauh sebelum menjadi sasaran amarah Andrew lagi.
“Ara.”
Wajah Andrew yang semula garang berubah menjadi was-was. Apa mungkin Ara kenapa-napa di jalan?
Sialnya keberadaan Ara tidak mampu terlacak. Ponselnya sengaja dimatikan. Tapi kenapa? Apa salah Andrew sampai Ara menghilang tanpa kabar tepat di hari pernikahan mereka?
Di ujung pikirannya yang tidak menentu, mendadak ponselnya berdering. Sebuah pesan dari nomor asing.
Matanya terbelalak. Dengan sigap, dia langsung menghubungi nomor tersebut.
“Halo Ara. Kenapa kamu berniat untuk membatalkan pernikahan kita?”
“Maafkan aku Andrew, aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita. Mulai detik ini tolong lupakan aku!”
Andrew terpaku. Sulit dipercaya kalau Ara mengatakan hal itu, tapi itu benar-benar suara Ara. Apakah ini adalah sebuah prank!
Tidak! dia sangat mengenal Ara. Gadis itu tidak mungkin melakukan hal seremeh itu. Tapi kenapa?
Langit seakan runtuh. Komitmen selama bertahun-tahun kandas. Andrew menoleh ke para tamu undangan yang sudah semakin banyak memenuhi pelataran Villa mewahnya. Harga dirinya bisa hancur di hadapan mereka kalau sampai pernikahan ini dibatalkan.
Di tengah kemelut yang melanda, tiba-tiba dia dikejutkan dengan seorang wanita berlari tergopoh-gopoh ke arahnya. Dia terhenyak saat wanita itu memegang kedua tangannya sambil meminta tolong.
“Tuan, tolong aku. aku dikejar-kejar sama mereka,” ucap wanita itu sambil mengoyang-goyangkan tangannya. Sejenak Andrew cukup terkesima dengan wanita itu. Meskipun menggunakan pakaian sederhana, tapi tidak mengurangi kecantikannya. Dia adalah tipikal wanita Indonesia yang dia suka.
Andrew menggeleng pelan. Tidak seharusnya dia bersikap seperti itu kepada orang asing.
“Siapa kamu? Dan siapa yang mengejar kamu?”
Belum sempat Alya menjawab, tiba-tiba dari arah belakang terlihat segerombolan orang yang mengejarnya. Tidak lain Manto, istri-istrinya dan pengawalnya.
Andrew tersenyum sinis begitu tahu siapa yang datang. Ternyata musuh bebuyutannya dalam dunia bisnis.
“Tuan, tolong lindungi saya,” Alya beringsut ke samping Andrew sambil mengamit tangannya. Andrew tercenung saat tangannya dipegang oleh wanita itu.
“Serahkan wanita itu kepada saya!” pekik Manto dengan nafas terengah-engah. Juga rombongannya. Terlebih ketiga istri gemuknya yang serasa hampir pingsan. Mereka terpaksa ikut mengejar karena Manto marah besar.
“Manto, Manto. Tidak cukup apa kejahatanmu di dunia bisnis sampai-sampai kamu menyekap wanita ini,” tutur Andrew dengan sangat santai. Meskipun, Manto berumur jauh di atasnya, Andrew sama sekali tidak respek terhadapnya. Pria itu sangat licik dan tidak segan menghalalkan segara cara untuk mencapai tujuannya.
“Ini bukan urusanmu Andrew, lepaskan dia atau….”
“Atau apa? Mau menyaingi bisnisku. Atau mau menghancurkan bisnisku dengan cyber crime-mu?” sambar Andrew. Manto bungkam. Andrew adalah satu-satunya orang yang tahu akan kejahatannya. Di dunia yang semakin modern, banyak usaha yang tumbuh pesat. Manto dengan team tersembunyinya berhasil melumpuhkan jaringan digital beberapa perusahaan yang menjadi saingannya, hanya perushaan Andrew yang sulit dilumpuhkan.
“Kamu tidak tahu apa-apa mengenai wanita itu! Sekarang berikan dia kepadaku!” ujar Manto.
“Enggak, aku enggak mau ikut denganmu. Tuan, tolong lindungi aku,” pinta Alya untuk kesekian kalinya.
Andrew memperhatikan tubuh Alya yang gemetar. Menandakan dia mempunyai ketakutan yang teramat besar dengan Manto.
“Aku akan menjebloskanku ke penjara jika kamu sampai nekad memaksa wanita ini.”
Manto terbelalak mendengar ancaman Andrew. Sial! Kenapa dia harus berurusan dengan Andrew. Padahal sebentar lagi, dia akan memiliki Alya sepenuhnya, Menikmati tubuh mulusnya setiap waktu.
“Heh, Brengsek! Aku sudah membayar mahal wanita itu dari suaminya. Kita sudah terikat perjanjian. Jadi kamu sama sekali tidak berhak atas wanita itu!”
“Kamu pikir dia barang yang bisa diperdagangkan? Sekalipun di atas perjanjian, yang namanya kasus perdagangan manusia adalah hal yang illegal. Hukumanmu bisa bertambah berkali-kali lipat nanti.”
Manto tersungut. Argumen seperti apapun akan terpatahkan karena memang dia yang salah. Pria tua itu terlihat memicingkan mata ke arah Pria tampan berwajah indo.
“Terus apa yang akan kamu lakukan dengan wanita itu? Menjadikannya pembantu?”
Sekilas, Andrew melirik ke arah Alya yang juga memandangnya. Mendalami sorot mata yang begitu indah. Pria itu memejamkan mata. Dia mengambil sebuah keputusan besar.
“Kamu tidak perlu risau, karena aku akan menikahinya.”
Semua mata terpana, terlebih Manto yang terlihat mengumpat kesal. Seharusnya dia yang menikahi Alya bukan anak ingusan itu!
Begitu juga Alya yang ternganga. Matanya yang indah mengerjap-erjap. Bagaimana pria itu bisa membuat keputusan secara sepihak.
“Sudah jelas kan? Jadi lebih baik kalian pulang karena aku tidak akan mengundang kalian di acara pernikahanku ini,” tukas Andrew sambil menggandeng tangan Alya menuju Villa.
Manto berteriak kesetanan. Wajahnya yang hitam memerah. Matanya nyalang. Ketiga istrinya dengan sigap menenangkannya.
“Sudah Mas, jangan marah-marah, malu dilihat sama orang yang lewat,” ujar Hayisa yang langsung merangkul keseluruhan tubuh Manto meski tidak sampai. Dia istri pertama yang tidak mau mengalah soal perhatian terhadap Manto. Dia ingin terlihat yang paling dominan.
“Jangan sentuh aku! Gara-gara kalian, aku gagal menikahi Alya. Mulai hari ini aku talak kalian!”
Bagai tersambar petir, ketiga istrinya terperanjat. Mereka langsung memohon kepada Manto sepanjang jalan menuju Villa mereka. Namun, sekeras apapun usaha mereka, Manto sudah bulat dengan keputusannya.
Sekarang aku berada di dalam sebuah ruangan pribadi di Mansion itu. Ruangan itu sangat megah dan mewah. Aku tidak bisa menyembunyikan rasa kagumku. Pemilik Mansion ini jelas orang yang sangat kaya raya. Mungkin selain bisnis hotel, dia juga memiliki bisnis-bisnis lain.Pria yang membawaku tadi menyuruhku untuk tinggal di dalamnya. Menunggu sampai Bosnya datang. Entah apa alasannya. Apa aku akan dijadikan sebagai pembantu atau gimana? Tapi justru di dalam ruangan pribadi itu ada pelayan Pribadi yang dengan sigap melayaniku.Aku benar-benar dalam kebingungan. Sampai tidak terasa dua bulan sudah aku berada di dalam mansion itu.Dalam kebingunganku, beberapa kali pria berbadan besar dan tampan datang ke dalam ruangan itu. Mereka seperti berusaha untuk menarik perhatianku. Tanpa ragu mereka terang-terangan memintaku untuk melayani mereka. Tapi tunggu dulu, kenapa pria-pria itu diizinkan untuk masuk ke ruangan ini? apa memang tugasku disini untuk melayani mereka
Aku terisak di sisi Naili yang terbaring di brangkar rumah sakit. Dokter menyatakan bahwa kondisi Naili semakin memburuk karena kepalanya yang terbentur lantai dengan sangat keras sehingga membuat tubuh bagian kanannya juga lumpuh. Itu artinya dia lumpuh total sekarang!Duh Gusti, kasihan sekali Naili. Seandainya aku tidak tergiur dengan tawaran palsu Scott, tentu aku bisa menjaga Naili, sehingga musibah ini tidak sampai terjadi. Tapi apa mau dikata. Nasi sudah menjadi bubur.Tiba-tiba seorang suster datang menghampiriku."Permisi Madam, Madam harus membayar biaya administrasi di kasir ya.""Biayanya kira-kira berapa ya Sus?""Maaf, saya kurang tahu Madam. Silakan ibu datang ke kasir sekarang ya." Dia membalikkan badan untuk keluar dari rumah sakit.Dengan perasaan was-was, aku pun mendatangi kasir. Ikut mengantri di barisan antrian. Aku merogoh dompet dari tasku dan membukanya. Terlihat uang dua ribuan dan lima ribuan yang lusuh terikat den
"Selamat datang, Ara." sambut Scott dengan hanya menggunakan pakaian kimono saja. Mataku tertuju ke bulu tipis yang memenuhi dadanya yang lumayan bidang. Balutan kimono juga memperlihatkan kakinya yang tampak berotot."Kok bengong?"Aku tersentak dari lamunanku. Bisa dibilang Pria di depanku atletis dengan otot yang tidak terlalu besar. Tapi cukup membuat debaran kencang di dalam dada ini."Eh, Iya." Ucapku tergagap. Aku menghela nafas sejenak. berusaha mengontrol diriku sendiri."Silakan duduk." Pintanya.Aku pun beringsut duduk bersamaan dengannya. Tapi Pria itu terlihat mengendurkan tali handuk kimono itu sehingga sekilas aku tidak sengaja aku melihat pakaian dalamnya yang berwarna hitam. Tapi Pria itu sama sekali tidak merasa risih dalam kondisi setengah telanjang di depan seorang wanita sepertiku."Ini Mas pola desain yang sudah saya persiapkan untuk seragam rumah sakit yang sebelah kanan laki-laki dan sebelah kiri perempuan. Apak
Hari ini aku pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan untuk menjahit. Saking banyaknya permintaan, sehingga bahan-bahan itu ludes dengan sendirinya.Aku membelinya dengan terburu-buru. Tidak mau meninggalkan Naili lama-lama. Intinya setelah membeli bahan-bahan itu, aku akan segera pulang dan tidak mampir-mampir lagi.Setelah membeli bahan-bahannya, aku segera ke halte untuk menunggu angkutan. Saat sedang asik menunggu, pandanganku tertuju kepada sebuah mobil mewah yang berhenti di seberang jalan. Dari kacanya yang terbuka, terlihat Pria tampan yang kutemui dirumah sakit itu sedang memandangiku di balik kacamatanya yang hitam.Aku memalingkan wajah, berpura-pura tidak melihatnya. Pria di seberang sana malah tersenyum melihatku yang salah tingkah. jangan Maya, kamu jangan sampai kepincut dengannya. Tahan hasratmu Ara tahan. Bisikku di dalam hati.Tidak berselang lama, angkutan berwarna orange pun datang. aku melambaikan tangan sebagai
Kesibukan baruku membuka jalan rezeki bagiku. Terlihat dari beberapa tetangga yang mulai berdatangan untuk meminta di jahitkan. Ada yang sekedar memperbaiki pakaian yang sobek, mengecilkan baju, bahkan ada yang meminta untuk mendesain pakaian baru. Semua kulakukan dengan senang hati tanpa menargetkan penghasilan, karena memang aku suka melakukannya.Lebih dari itu, aku merasa hidupku benar-benar berubah. Tidak lagi memikirkan kehidupan masa lalu yang pahit. Sekarang aku merasa lebih bahagia bersama Naili dengan kesibukanku menjahit. Semua itu lebih dari cukup. Meski tanpa kehadiran lelaki dewasa atau kemewahan yang sering aku dapatkan. Ternyata di perumahan yang kumuh ini aku mendapatkan kebahagiaan.Kondisi Naili juga mengalami perkembangan yang cukup baik. Bahkan dia sekarang sudah mau untuk berbicara dan mulai tersenyum. Mungkin dia melihat keseharianku yang bersemangat, sehingga semangat itu tertular kepadanya. Menunjukan bahwa aku yang sekarang berbeda jauh dengan
"Kok kita berhenti di sini?" tanyaku keheranan ketika mobil itu berhenti tepat di depan gang rumah kumuh. Selain kumuh tempat itu juga terlihat sempit sekali. jadi tidak ada ruang gerak yang leluasa. Terlebih cuacanya yang di dekat pelabuhan yang terasa panas sekali."Sudah jangan banyak bicara. Sekarang ayo turun." titahnya. Aku tidak kuasa untuk menolaknya. Setelah menurunkan koper, aku mengekorinya menuju perumahan kumuh itu."Mulai sekarang kamu tinggal disini." ujarnya sambil menunjuk rumah dengan lebarnya kurang lebih dua setengah meter saja. Enggak kebayang betapa sempitnya di dalam."Enggak ada tempat lain apa? ini sempit sekali." Protesku."Jangan banyak membantah!" ujarnya dengan nada penuh penekanan. Aku hanya tertunduk, aku tahu konsekuensi kalau aku sampai menolak perintahnya."Lagipula, kamu akan sangat betah disini, karena ada seseorang yang special sedang menunggumu di dalam." Orang special? Siapa itu? batinku penasaran. Ace pun segera