“Benny, apa yang kamu lakukan? Andrew ada di depan?” bisik Alya sambil mendorong kepala Benny, tapi sebaliknya Benny semakin mengukungnya dalam dekapan tubuh berototnya. Serangannya juga terlihat buas sekali.
“Enggak apa-apa Alya, sekali-kali kita berikan pelajaran kepada si angkuh itu karena dulu pernah menyia-yiakanmu,” sahut Benny tergesa karena mulutnya yang sudah sampai ke ujung bulatan indah Alya yang mencuat. Seketika, Benny langsung melahapnya sembari mengigitnya kecil-kecil.
Di sela mendesahnya, Alya termenung dengan apa yang dikatakan oleh Benny. Benar juga, sekali-kali Andrew harus diberi pelajaran. Lagipula, Alya ingin tahu bagaimana reaksi Andrew kalau tahu mantan ‘budak’nya ternyata jatuh ke pelukan pria lain yang lebih tahu bagaimana cara memperlakukan wanita.
“Iya, Benny. terus!” desah Alya yang sengaja dikeraskan supaya Andrew mendengarnya dan memang di luar sana, terdengar Andrew yang mengumpat ke
Andrew terkesima saat melihat Benny yang terlihat menghujam Alya dari belakang. Awkward moment! Alya terlihat memalingkan wajahnya, sedangkan Benny masih tanpa berdosa melakukan gerakannya.“Iya, ada apa Tuan Andrew?”Andrew yang semula mau marah mengurungkan niatnya. Lidahnya mendadak kelu saat melihat pemandangan luar biasa di hadapannya. Bagaimana dengan santainya Benny melakukan itu tepat di hadapannya, seakan berniat pamer.“Oh, jadi ini alasan kenapa kamu suka menghilang di proyek? Ternyata demi wanita kampungan ini,” ucap Andrew yang berusaha tetap stay cool. Benny yang mendengarnya hampir tertawa.“Wanita kampungan? Justru aku tidak habis pikir sama Tuan karena telah menyia-yiakan wanita secantik Alya. Lihatlah Alya begitu pandai menyervice diriku sebagai calon suaminya,” sahut Benny sambil meremas pantat Alya, membuat pergerakan wanita itu semakin binal saja.Wajah Andrew serasa disiram air panas.
“Ben, sebenernya aku enggak mau ikut kamu ke mansionnya Andrew,” ungkap Alya yang sedang duduk di samping Benny yang sedang mengemudi. Baru sekarang dia mau berbicara setelah sedari di hotel tadi banyak terdiam.“Sudahlah Sayang, enggak perlu takut. Selama ada aku, aku pastikan si brengsek itu tidak akan berbuat macam-macam sama kamu,” balas Benny dengan pandangan tertuju ke mobil sport Andrew di depan. Dari cahaya lampu kota, terlihat rintik-rintik hujan yang mulai turun.“Tapi, Ben. Aku malas berurusan dengan dia.”“Aku yakin bukan malas, tapi lebih ke trauma kan?” tanya Benny yang seakan menohok jantung Alya. Wanita itu langsung bungkam seketika.Sekilas, Andrew melihat Alya sejenak.“Aku sangat memahami perasaanmu, Sayang. Tentu tidak akan mudah melupakan kebiadapan dari pria itu. Namun, aku tidak mau kamu terkungkung selamanya atas trauma yang diakibatkan olehnya. Justru sekarang adalah mom
*“Aku ingin kamu serius menangani proyek ini, Ben. Aku sudah menggelontorkan dana yang cukup besar demi bisa membangun mega proyek ini, aku mau hasilnya maksimal,” ucap Andrew dengan mimik muka yang serius setelah cukup lama mereka membahas tentang progress terbaru dari proyek.Benny tersenyum tipis. Sesuai dugaannya, perhitungan perencanaan pembangunan proyek apartemen ini menyentuh angka yang fantastis. Bukan hanya sekedar dana pembanguannya saja, tetapi juga promosi yang gencar dilakukan di media-media besar di negeri ini, tentu demi bisa mendongkrak penjualan, bahkan apartemen diresmikan. Benny seolah menangkap kelemahan terbesar dari Andrew.“Tuan tidak perlu risau. Selama ini saya sudah sering menangani proyek-proyek besar dan menurut saya Mega proyek ini adalah sebuah tantangan bagi saya. Juga pertaruhan bagi nama baik saya sebagai arsitek. Tentu kita sama-sama diuntungkan bukan kalau Proyek ini benar-benar berhasil?” tandas
Benny resah karena tidak menemukan Alya di kamarnya. Namun, dia segera tahu kemana perginya wanita idamannya itu.Sesuai dugaannya, dia melihat Alya yang sedang berdiri sambil memegang sisi pagar pembatas di rooftop, menggunakan baju tidur yang terlihat berkibar tertiup angin. Entah bagaimana, dia bisa menebak secara pas keberadaan Alya, mungkin karena jodoh.“Ngapain kamu malam-malam di sini hah?” Benny melingkarkan lengan besarnya ke perut Alya. Alya terhenyak sesaat, tapi karena pelukan hangat itu berasal dari Benny, dia senyum-senyum saja.“Cari udara segar, Ben. Bosen di kamar terus,” balas Alya apa adanya. Sebenernya, dia sangat ingin melihat kondisi Ann dan menyapa semua pelayan di sana, tetapi bayangan wajah Andrew yang murka membuat Alya mengurungkannya. Dia tidak mau membuat masalah dengan kedatangannya kembali ke mansion ini.“Aroma tubuhmu wangi sekali, Sayang.” Benny mengendus aroma tubuhnya sambil me
“Kamu kenapa menangis Mawar?”Andrew keheranan saat Mawar yang datang-datang langsung menangis. Tidak seperti biasanya di mana jalang bayaran itu selalu tersenyum karena memang itulah tugasnya untuk menghibur Andrew.Sedangkan Mawar tidak sanggup untuk berkata. Dadanya terlalu sesak melihat pria dambaannya bergandengan dengan Alya yang sudah dia anggap sebagai saudara sendiri. Dia seperti tertampar oleh kenyataan pahit bahwa Benny tidak akan mungkin mau menerima wanita kotor seperti dirinya.Awal pertemuan mereka di dunia malam, cukup berkesan bagi Mawar karena pria itu tampak kalem dan karismatik, meski kalau sudah kenal sangat supel dan tengil. Sorot matanya yang teduh membuat hati Mawar bergetar sampai dia mencari tahu detail latar belakang pria itu yang ternyata adalah seorang arsitek. Semakin membuat Mawar terkagum, selain perfect secara fisik, finansial juga memadai. Wanita mana yang tidak meleleh coba.Demi bisa mendekati Benny, Mawar m
“Maaf, tadi aku hanya bertanya sama Tuan Andrew, tapi Tuan Andrew salah faham dan menganggap aku menangis gara-gara kamu. Padahal tidak. anyway, kalian pasangan yang cocok selamat ya?” sahut Mawar sambil pura-pura tersenyum, meski air matanya berderai begitu deras.“Mawar! Kamu gimana sih! Jangan bikin saya malu!” Andrew berbisik sambil melotot. Padahal ini momen yang tepat baginya untu mencerca Benny, tetapi Mawar seolah membelot dengan lebih menahan perasaannya sendiri.Benny hanya tersenyum remeh,”Apa lagi ini Tuan? Kenapa Tuan tidak berhenti mengusik saya dan Alya?”Andrew merah padam. Sial! Lagi-lagi dia dibuat malu karena tingkahnya yang konyol. Sekilas dia melihat ke arah Alya yang berbalut selimut. Betapa kecemburuan yang telah menggiringnya melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan seorang Schimmer.“Saya permisi dulu,” ucap Mawar sambil berlalu. Andrew menatap kedua sejoli itu sejenak, baru kem
Keesokan harinya, semua orang merasakan ada yang berbeda dengan diri Andrew!Pria itu terlihat segar dengan balutan pakaian formal yang dikenakannya. Tapi, tidak ada yang tahu kalau semalaman dia tidak bisa tertidur karena menangis. Matanya pandanya yang sembab tidak bisa berbohong, terlebih gelagat Andrew yang biasanya ekspresif sekarang terlihat murung.Baik Benny dan Alya menyadari hal itu. Namun, mereka tidak berkomentar dan hanya menikmati sarapan yang sudah disajikan.Alya tidak bisa menyembunyikan rasa ibanya terhadap Andrew. Dia tidak tahu pasti apa yang menyebabkan sang monster itu berubah muram. Bahkan menurut Alya, lebih baik melihat Andrew yang marah daripada melihatnya terpuruk seperti ini.“Habiskan makanannya Sayang, jangan melamun saja,” tegur Benny sambil menyikut pelan lengan Alya. Alya tersadar dari perhatiannya kepada Andrew dan segera menyelesaikan makannya.“Tuan, sebelum ke proyek, saya mau mengantarkan Alya
“Bagaimana kondisi Tuan? Apakah sudah membaik,”Bernando kembali masuk ke ruangan Andrew, tidak berapa lama setelah Benny keluar dari sana dengan senyum yang misterius. Bernando mencurigai ada sesuatu yang tidak beres dengan gelagat Benny.“Sudah, Bernando. Obat yang kamu kasih tadi sudah merasuk di tubuh saya. makasih ya?” sahut Andrew yang menerbitkan senyum di pipi Benny, jarang sekali majikannya ini mengucapkan terima kasih.“Kalau saya boleh saran, sebaiknya Tuan istirahat saja di Mansion. Pulihkan kondisi Tuan terlebih dahulu supaya besok bisa bugar kembali.” Bernando memberi saran.Andrew tidak segera menyahut. Berdiam diri di Mansion justru membuat pikirannya kacau balau, di mana dia akan terbayang-bayang kesalahan masa lalu yang menghantuinya sekarang. Terlebih perkataan Mawar yang membuatnya serasa di tampar setiap kali mengingatnya.“Tidak, Bernando. Saya masih kuat bekerja sampai sore hari.&rdqu