Share

Pekerjaan Memalukan
Pekerjaan Memalukan
Penulis: Fraurora

Bab 1

Penulis: Fraurora
Hari sudah larut malam dan aku sedang berbaring di atas sebuah ranjang besar nan empuk.

Tanganku diikat di kepala tempat tidur. Di depanku tampak sesosok pria yang tidak terlihat begitu jelas.

Tidak jauh dari situ, kamera sudah dipasang. Lampunya yang berwarna merah tampak berkedip.

Pria itu memegang seekor tikus kecil yang mencicit sambil tertawa dengan jahat.

"Bagaimana biasanya kamu menunjukkannya di depan kamera? Sini kubantu."

...

Namaku Agatha Naran, seorang pemilik toko online.

Aku memutuskan untuk mendirikan bisnisku sendiri setelah lulus kuliah karena aku tidak terbiasa dengan lingkungan kerja.

Aku memulai bisnisku dengan berjualan pakaian. Sayangnya, pakaian yang kujual itu sering dikembalikan oleh pelanggan dan produk-produk yang sedang populer mudah sekali untuk ditiru. Aku bekerja keras selama dua tahun, tetapi keuntungan yang kudapatkan tidak seberapa.

Sampai suatu hari, anjing peliharaanku membawa sebuah alat yang biasanya kugunakan ke depan kamera saat aku sedang siaran langsung. Para penonton siaran langsungku pun sontak membanjiri kolom komentar.

[Apa si pemandu biasanya melakukannya sendiri? Padahal tubuhnya kelihatan molek begitu, sayang sekali ternyata malah memakai barang seperti ini.]

[Ckckck, kenapa kelihatannya ada yang mengkilap? Belum dibersihkan, ya? Apa pemandu satu ini sedang haus sekali? Bagaimana kalau kubantu menghilangkan dahagamu?]

[Apa barang itu juga dijual? Pemandu, cepat beri tahu harganya! Aku mau beli! Biar nanti kuberikan padamu supaya bisa kamu pakai!]

Wajahku sontak menjadi merah padam saat membaca semua komentar berkesan kotor itu. Aku hanya bisa diam walaupun harga diriku membuatku agar tidak menyerah begitu saja.

Aku akhirnya mengambil sebuah keputusan yang impulsif dan mengejutkan.

"Kenapa kalian ribut-ribut sih? Ini adalah produk yang kujual hari ini. Nih, kuunggah tautan pembeliannya sekarang!"

Aku berkata seperti itu karena terbawa emosi, tetapi tidak kusangka tautan yang baru saja kuungah itu ternyata langsung menarik ratusan pesanan.

Setelah itu, ada makin banyak orang yang bergabung dalam siaran langsungku. Mereka mengklik tautan itu entah dengan maksud apa.

Aku benar-benar terkejut melihat jumlah penjualan yang terus meningkat. Keterkejutanku bahkan tetap berlangsung hingga siaran langsungku berakhir.

Aku segera menghubungi produsen yang sama-sama mengeluarkan alat tersebut, lalu mengirimkan ratusan buah persediaan yang mereka miliki.

Barulah pada saat itu aku menyadari bahwa alat semacam ini tidak bisa dikembalikan dengan mudah karena penjualannya bersifat khusus.

Intinya, menjual alat ini membuat pundi-pundiku bertambah.

Meskipun begitu, aku sebenarnya juga menerima banyak pesan yang tidak enak. Ada beberapa orang pria yang sengaja mengirimkan foto tidak senonoh mereka setelah menerima barang itu, lalu ada juga beberapa orang wanita yang mengecapku tidak tahu malu.

Akan tetapi, kuputuskan untuk tetap menjual alat-alat ini setelah melihat saldo di rekening bank-ku yang terus bertambah.

Aku pun segera menghubungi produsen dan mereka mengirimiku sampel dalam jumlah besar. Saat larut malam, aku sengaja melakukan siaran langsung sambil berpose di depan kamera.

"Semuanya, lihatlah barang ini. Bentuknya mirip sekali dengan cokelat batangan, 'kan? Manis sekali."

Aku pun menjilati bibirku dengan kesan menjurus. Aku yang mengenakan kemeja putih dengan dalaman jala dari sutra ini tampak menggoda di depan kamera.

Komentar langsung membanjiri layar. Bahkan ada juga yang memintaku untuk langsung mencobanya.

Ada pula yang mengancam hanya akan memberiku karnaval sebagai bonus apabila aku berani memakai alat ini di depan kamera.

"Ih, Kakak jahat sekali! Sengaja meledekku, ya!"

Aku pura-pura cemberut dengan wajah tersipu, tetapi aku sambil memutar pinggangku dengan perlahan seolah-olah tiba-tiba ada duri yang muncul di kursiku.

Komentar kembali membanjiri layar. Para penonton terus memberikan hadiah, bahkan sampai ada yang mengirimkan roket sebagai bonus.

"Hei, Pemandu, ayo cepatlah! Aku ingin sekali meledakkan roket ini di tubuhmu supaya kamu bisa terbang lebih tinggi lagi!"

Efek dari semua ini membuat napasku pun menderu. Aku bahkan berani membuka kancing kemeja putiku yang paling atas.

Jumlah pesanannya juga sontak meningkat dengan pesat seolah-olah semua pelanggan itu menyemangatiku untuk terus melakukan hal semacam ini.

Aku pun berbaring di atas meja sambil menghadap kamera dan mengeluarkan suara rintihan seperti sedang menangis.

Sesaat kemudian, siaran langsungku diblokir. Alasannya adalah karena kontenku yang terlalu eksplisit. Aku dilarang melakukan siaran langsung selama satu hari.

Akan tetapi, notifikasi itu justru seperti membuatku merasa bebas. Aku merasa tidak tahan lagi, jadi aku akhirnya duduk di atas kursiku dan melanjutkan gerakanku.

Siaran langsungku 'kan sudah usai, jadi aku tidak perlu khawatir terlihat oleh siapa pun.

Akhirnya, aku terkapar di atas kursi dalam kondisi tubuh yang tidak mengenakan sehelai pakaian pun dan menghela napas panjang dengan puas.

Orang bilang kita sebagai penjual harus mencoba produk yang kita jual terlebih dulu jika ingin pelanggan membelinya.

Walaupun ada segi aktingnya saat berada di depan kamera, biasanya aku selalu merasakan sensasi yang tidak bisa kujelaskan dengan kata-kata. Bahkan tidak jarang pada akhirnya aku tidak bisa menahan nafsu.

Sayangnya, aku sudah melajang sejak kuliah karena sibuk bekerja. Pada akhirnya, aku terpaksa mengandalkan barang-barang seperti ini untuk menghilangkan stres.

Saat aku menginjak karpet, tiba-tiba ada semacam sensasi hangat di pergelangan kakiku. Rasanya seperti ada lidah yang menjilati kakiku dengan lembut, lalu bergerak naik ke betisku ....
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pekerjaan Memalukan   Bab 9

    Pria misterius itu pun mengarahkan kamera kepadaku dan menekan tombol daya. Aku menggelengkan kepala sambil merengek, tetapi itu justru membuatnya makin bersemangat."Sudah kubilang, kalau kamu nggak menuruti perintahku, akan kubuat kamu menjadi pusat perhatian di internet."Aku yang merasa putus asa dan ketakutan pun mencoba memohon ampun kepada pria misterius itu dengan mengerjap-ngerjapkan mataku.Akan tetapi, pria misterius itu sama sekali tidak berbelas kasihan. Dia mengambil semua mainan yang kusembunyikan di dalam lemari."Bukannya kamu selalu ingin membuat para penontonmu penasaran? Hari ini, akan kuberikan mereka tontonan yang bagus untuk dinikmati."Pria misterius itu mencari-cari di dalam kotak dan akhirnya memilih seekor tikus kecil."Ini saja. Wanita sepertimu pasti akan sangat suka dengan ini, 'kan?"Aku sontak menggelengkan kepala dengan panik, tetapi pria misterius itu makin berjalan mendekat.Prang!Tiba-tiba, kaca jendela kamarku dipecahkan."Jangan bergerak!"Jake be

  • Pekerjaan Memalukan   Bab 8

    Awalnya aku berpikir untuk terus berakting, tetapi rasa hangat saat ini dan rasa takut yang sudah melandaku selama beberapa hari terakhir membuat perasaanku terhadap Jake mulai berbeda.Saat aku mulai asyik bermesraan dengan Jake, tiba-tiba ponselku berdering.Nada dering yang dulu kusukai kini terasa berisik dan mengganggu."Nggak usah pedulikan."Jake menahan tanganku yang hendak meraih ponselku, lalu membalikkan tubuhku.Rasa takut justru menambah gairahku, aku bahkan mulai merasakan nikmatnya membalas dendam.Tiba-tiba, pintu rumahku diketuk.Tok, tok, tok!Setiap ketukannya terdengar begitu kencang seolah-olah siapa pun itu yang datang tidak akan berhenti sampai tujuannya tercapai.Aku sontak tersadar dan menyadari bahwa tujuan skenario hari ini sebenarnya adalah untuk memancing pria misterius itu keluar.Napas Jake terdengar terengah-engah seolah-olah dia akhirnya bisa kembali menenangkan diri setelah membuat keputusan besar. Dia pun mengisyaratkanku untuk mengenakan mantelku lag

  • Pekerjaan Memalukan   Bab 7

    [Halo, Pemandu! Tumben hari ini mulainya lebih awal?]Satu per satu penonton siaran langsung menyapaku, tetapi aku balik menyapa secara asal. Aku hanya berharap bisa melewati hari ini dengan aman.Sayangnya, seiring berjalannya siaran langsung, makin banyak orang menyadari ada yang salah.[Hei, si pemandu kenapa? Kelihatannya dari tadi gelisah sekali.][Dia terlihat seperti mau menangis. Dia kenapa, ya?][Apa hari ini nggak ada produk baru?]Namun, beberapa penonton yang memang berpengalaman dalam masalah ranjang sontak menyadari sesuatu. [Kenapa menurutku seperti ....]Sensasi aneh itu kembali membanjiriku dan aku pun kehilangan kendali.Tepat sebelum situasi menjadi kacau balau, ruang siaran langsungku kembali diblokir.Aku refleks berteriak sambil mencengkeram sandaran kursi komputer dengan erat.Rasanya aku seperti mau pingsan.Penampilanku membuat si pria misterius merasa senang, dia pun menghadiahiku dengan sebuah pesan baru.[Hari ini cukup sampai di sini. Jalan kita masih panja

  • Pekerjaan Memalukan   Bab 6

    Aku sontak memahami solusi yang Jake maksud, mulutku pun menganga lebar.Jangan bilang aku harus tinggal serumah dengan Jake ...."Atha, aku bukannya mau memanfaatkanmu, tapi menurutku hanya ada cara ini. Kalau kamu memang nggak setuju ... kita lapor polisi saja. Asalkan kita hati-hati, mungkin orang itu nggak akan tahu."Jantungku langsung berdebar dengan kencang. Menurutku melapor polisi adalah tindakan yang berisiko. Ini masalah yang melibatkan privasi dan aku tidak berani mengambil risiko.Setelah membulatkan tekad, aku menggigit bibirku dan mengangguk."Oke, aku setuju.""Ka ... kamu benar-benar setuju?"Ekspresi Jake terlihat tidak percaya.Aku hanya bisa menghela napas sambil tersenyum dengan getir. Apa boleh buat, hanya ini jalan keluarnya.Kami berdua pun membuat kesepakatan. Jake akan langsung menjemputku besok di rumah setelah bersiap-siap.Setelah berpamitan dengan Jake, aku kembali ke rumahku. Akan tetapi, langkahku sontak berhenti.Karena ada sebuah kotak baru di depan pi

  • Pekerjaan Memalukan   Bab 5

    Aku takut ketahuan, jadi aku tidak berani naik bus ataupun kereta. Aku akhirnya menyetop taksi.Akan tetapi, pria misterius itu terus memerintahkanku.[Buka!][Setel ke mode paling kuat!]Karena aku sudah keluar dari rumah, menurutku tidak mungkin juga pria satu ini terus mengawasiku.Meskipun begitu, aku tetap mematuhi perintahnya karena merasa takut.Tiba-tiba, si sopir taksi mengendus-endus dan menatapku dengan bingung melalui kaca spion."Kamu ada mencium bau sesuatu nggak?"Aku yang bersandar di kursi karena tidak kuat menahan sensasi dari mainan kupu-kupu itu sontak duduk dengan tegak dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa."Ng ... nggak kok."Sopir itu kembali mengendus dengan bingung, lalu bertanya kepadaku."Nona, kok wajahmu merah sekali? Lagi demam?"Aku membuka kamera depan ponselku. Ternyata wajahku memang tampak merah padam, tetapi kesannya tidak natural."Mungkin karena agak kepanasan," kilahku sambil langsung menutupi mukaku.Entah apa yang sopir itu pikirkan, yang j

  • Pekerjaan Memalukan   Bab 4

    Aku mengklik video itu dengan jari yang gemetar dan isi video itu sesuai dengan apa yang kubayangkan.Padahal tadi sensasi yang kurasakan begitu hebat, tetapi sekarang yang kurasakan hanyalah takut.Saking takutnya, aku pun mulai menangis. Aku langsung memutuskan untuk menelepon polisi.Sayangnya, orang asing ini seperti hantu saja. Dia kembali mengirimiku sebuah pesan.[Hei, Pemandu, jangan harap lapor polisi, ya! Atau kupastikan kamu akan viral. Setiap pria juga bisa menyaksikan betapa jalang dan murahannya dirimu.]Padahal layar ponselku sudah menunjukkan tampilan menelepon polisi, tetapi aku jadi tidak berani menekan tombol panggil. Aku akhirnya hanya bisa bertanya dengan pasrah.[Kamu mau apa?]['Kan sudah kubilang, kamu cukup patuhi saja perintahku. Nah, ayo menurutlah. Sekarang, kamu merangkak ke ruang tamu dan gunakan gurita itu.]Saking ketakutannya, aku akhirnya hanya bisa pasrah mematuhi perintah orang asing itu sambil menangis. Aku pun merangkak selangkah demi selangkah di

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status