Share

Bab 2

Author: Fraurora
"Dasar bajingan!"

Aku refleks melihat ke bawah. Ternyata yang menjilatku adalah Snowy, anjing peliharaanku yang berjenis Samoyed.

Snowy mengibaskan ekornya sambil menatapku dengan polos dan menggonggong.

Barulah setelah itu aku teringat bahwa aku lupa memberinya makan karena selama tiga jam ini sibuk melakukan siaran langsung.

Aku pun mengelus kepala Snowy dengan rasa bersalah, lalu merapikan pakaianku dan hendak membukakan kaleng makanan Snowy.

Aku sambil berpikir harus bagaimana setelah ini.

Penjualan barang-barang ini memang sangat bagus belakangan ini, tetapi ruang siaran langsungku selalu saja diblokir.

Terkadang hanya diblokir selama satu atau dua hari, tetapi pernah juga akunku benar-benar diblokir. Akhirnya, aku harus membuka akun baru dan memulai dari awal lagi.

Masalahnya, mana mungkin membuat akun itu semudah itu? Setidaknya aku membutuhkan waktu selama satu sampai dua minggu sebelum akun baruku bisa sepopuler akun sebelumnya.

Sejak saat itu, aku membuat grup khusus dan mengundang para pelanggan lama yang sudah membeli produkku untuk bergabung ke dalamnya. Dengan begitu, mereka tetap bisa mendapatkan kabar tepat waktu setelah aku mengganti akunku.

Akibatnya, penjualan pun terus meningkat dan banyak sekali kaum pria yang membeli produk hanya supaya bisa bergabung dengan grup itu.

Tentu saja aku harus menggunggah foto-foto atau video-videoku yang sedang mengenakan pakaian-pakaian menggoda itu di grup agar bisa mempertahankan pelanggan.

Saat Snowy sedang asyik makan, ratusan pesan pun masuk ke dalam grup. Semuanya sibuk membahas apakah ada yang si pemandu lakukan setelah ruang siaran langsungnya diblokir.

Salah seorang anggota grup pun berkomentar dengan yakin: [Sekali lihat juga langsung ketahuan kalau pemandu itu kecanduan. Dia pasti nggak bisa menahan diri. Aku yakin dia sudah melalap habis kedua cokelat itu.]

Bahkan ada beberapa anggota grup yang mengunggah bukti pemesanan mereka atas pembelian barang itu, lalu mendesakku untuk mengunggah foto sebagai bonus.

Waktu pertama kali membaca kata-kata eksplisit seperti ini, aku merasa sangat tidak nyaman. Namun, sekarang entah kenapa rasanya seperti ada yang membara dalam diriku.

Aku bahkan berharap mereka akan menuliskan komentar yang lebih ekstrem seolah-olah kata-kata itu bisa mengungkapkan hasrat terdalamku.

Aku pun mengangkat ponselku dan berpose sambil memberi makan Snowy.

Aku setengah berjongkok di atas lantai dengan kerah kemeja yang terbuka lebar dan rambut yang acak-acakan.

Fotoku itu ibarat bensin yang dituangkan ke dalam api.

Ada yang memintaku untuk lebih terbuka sedikit, ada pula yang mengata-ngataiku wanita jalang yang haus belaian pria. Bahkan ada juga yang mengirimkan foto-foto mereka sendiri dan mengatakan bahwa aku membuat mereka tidak bisa menahan diri lagi.

Aku mulai menikmati sensasi ini lagi sambil memandangi foto-foto yang mereka kirimkan kepadaku.

Beberapa pria itu memang memiliki berkah yang luar biasa sampai-sampai aku tergiur.

Bagaimanapun juga, sudah beberapa tahun ini aku tidak pernah tidur dengan kaum pria. Aku bahkan nyaris lupa seperti apa sensasi sentuhan seorang pria.

Aku pun mulai membayangkan yang tidak-tidak. Rasanya aku ingin sekali jalan-jalan di luar, lalu tiba-tiba diseret ke dalam suatu gang dan digauli habis-habisan.

Imajinasi ini membuat kakiku refleks saling bergesekan, bahkan mulai terasa lemas. Karena tidak tahan lagi, aku akhirnya duduk di atas lantai.

Tiba-tiba, ada sebuah pesan muncul di grup.

[Hei, Pemandu, coba cek pintu rumahmu. Ada hadiah untukmu.]

Aku tidak mengacuhkan pesan itu. Selama beberapa waktu ini, entah sudah berapa banyak pria yang mencoba mencari tahu alamat tempat tinggalku. Bahkan ada pula beberapa orang yang mengatakan bahwa mereka sudah mencari tahu. Mereka juga mengancam akan membobol masuk ke dalam rumah saat aku sedang siaran langsung.

Awalnya aku memang kaget, tetapi lama-kelamaan aku menyadari bahwa semua pria itu hanya asal bicara.

Akan tetapi, kali ini tiba-tiba terdengarlah bunyi ketukan pintu.

Aku sontak bergidik, tubuhku langsung mematung dan tidak berani bergerak.

Snowy juga sepertinya menyadari sesuatu. Ia menengadahkan kepalanya dengan waspada, lalu menyalak ke arah pintu.

Bunyi ketukan itu makin lama makin kencang seolah-olah ada yang sedang menggedornya dan sebentar lagi akan mendobraknya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pekerjaan Memalukan   Bab 9

    Pria misterius itu pun mengarahkan kamera kepadaku dan menekan tombol daya. Aku menggelengkan kepala sambil merengek, tetapi itu justru membuatnya makin bersemangat."Sudah kubilang, kalau kamu nggak menuruti perintahku, akan kubuat kamu menjadi pusat perhatian di internet."Aku yang merasa putus asa dan ketakutan pun mencoba memohon ampun kepada pria misterius itu dengan mengerjap-ngerjapkan mataku.Akan tetapi, pria misterius itu sama sekali tidak berbelas kasihan. Dia mengambil semua mainan yang kusembunyikan di dalam lemari."Bukannya kamu selalu ingin membuat para penontonmu penasaran? Hari ini, akan kuberikan mereka tontonan yang bagus untuk dinikmati."Pria misterius itu mencari-cari di dalam kotak dan akhirnya memilih seekor tikus kecil."Ini saja. Wanita sepertimu pasti akan sangat suka dengan ini, 'kan?"Aku sontak menggelengkan kepala dengan panik, tetapi pria misterius itu makin berjalan mendekat.Prang!Tiba-tiba, kaca jendela kamarku dipecahkan."Jangan bergerak!"Jake be

  • Pekerjaan Memalukan   Bab 8

    Awalnya aku berpikir untuk terus berakting, tetapi rasa hangat saat ini dan rasa takut yang sudah melandaku selama beberapa hari terakhir membuat perasaanku terhadap Jake mulai berbeda.Saat aku mulai asyik bermesraan dengan Jake, tiba-tiba ponselku berdering.Nada dering yang dulu kusukai kini terasa berisik dan mengganggu."Nggak usah pedulikan."Jake menahan tanganku yang hendak meraih ponselku, lalu membalikkan tubuhku.Rasa takut justru menambah gairahku, aku bahkan mulai merasakan nikmatnya membalas dendam.Tiba-tiba, pintu rumahku diketuk.Tok, tok, tok!Setiap ketukannya terdengar begitu kencang seolah-olah siapa pun itu yang datang tidak akan berhenti sampai tujuannya tercapai.Aku sontak tersadar dan menyadari bahwa tujuan skenario hari ini sebenarnya adalah untuk memancing pria misterius itu keluar.Napas Jake terdengar terengah-engah seolah-olah dia akhirnya bisa kembali menenangkan diri setelah membuat keputusan besar. Dia pun mengisyaratkanku untuk mengenakan mantelku lag

  • Pekerjaan Memalukan   Bab 7

    [Halo, Pemandu! Tumben hari ini mulainya lebih awal?]Satu per satu penonton siaran langsung menyapaku, tetapi aku balik menyapa secara asal. Aku hanya berharap bisa melewati hari ini dengan aman.Sayangnya, seiring berjalannya siaran langsung, makin banyak orang menyadari ada yang salah.[Hei, si pemandu kenapa? Kelihatannya dari tadi gelisah sekali.][Dia terlihat seperti mau menangis. Dia kenapa, ya?][Apa hari ini nggak ada produk baru?]Namun, beberapa penonton yang memang berpengalaman dalam masalah ranjang sontak menyadari sesuatu. [Kenapa menurutku seperti ....]Sensasi aneh itu kembali membanjiriku dan aku pun kehilangan kendali.Tepat sebelum situasi menjadi kacau balau, ruang siaran langsungku kembali diblokir.Aku refleks berteriak sambil mencengkeram sandaran kursi komputer dengan erat.Rasanya aku seperti mau pingsan.Penampilanku membuat si pria misterius merasa senang, dia pun menghadiahiku dengan sebuah pesan baru.[Hari ini cukup sampai di sini. Jalan kita masih panja

  • Pekerjaan Memalukan   Bab 6

    Aku sontak memahami solusi yang Jake maksud, mulutku pun menganga lebar.Jangan bilang aku harus tinggal serumah dengan Jake ...."Atha, aku bukannya mau memanfaatkanmu, tapi menurutku hanya ada cara ini. Kalau kamu memang nggak setuju ... kita lapor polisi saja. Asalkan kita hati-hati, mungkin orang itu nggak akan tahu."Jantungku langsung berdebar dengan kencang. Menurutku melapor polisi adalah tindakan yang berisiko. Ini masalah yang melibatkan privasi dan aku tidak berani mengambil risiko.Setelah membulatkan tekad, aku menggigit bibirku dan mengangguk."Oke, aku setuju.""Ka ... kamu benar-benar setuju?"Ekspresi Jake terlihat tidak percaya.Aku hanya bisa menghela napas sambil tersenyum dengan getir. Apa boleh buat, hanya ini jalan keluarnya.Kami berdua pun membuat kesepakatan. Jake akan langsung menjemputku besok di rumah setelah bersiap-siap.Setelah berpamitan dengan Jake, aku kembali ke rumahku. Akan tetapi, langkahku sontak berhenti.Karena ada sebuah kotak baru di depan pi

  • Pekerjaan Memalukan   Bab 5

    Aku takut ketahuan, jadi aku tidak berani naik bus ataupun kereta. Aku akhirnya menyetop taksi.Akan tetapi, pria misterius itu terus memerintahkanku.[Buka!][Setel ke mode paling kuat!]Karena aku sudah keluar dari rumah, menurutku tidak mungkin juga pria satu ini terus mengawasiku.Meskipun begitu, aku tetap mematuhi perintahnya karena merasa takut.Tiba-tiba, si sopir taksi mengendus-endus dan menatapku dengan bingung melalui kaca spion."Kamu ada mencium bau sesuatu nggak?"Aku yang bersandar di kursi karena tidak kuat menahan sensasi dari mainan kupu-kupu itu sontak duduk dengan tegak dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa."Ng ... nggak kok."Sopir itu kembali mengendus dengan bingung, lalu bertanya kepadaku."Nona, kok wajahmu merah sekali? Lagi demam?"Aku membuka kamera depan ponselku. Ternyata wajahku memang tampak merah padam, tetapi kesannya tidak natural."Mungkin karena agak kepanasan," kilahku sambil langsung menutupi mukaku.Entah apa yang sopir itu pikirkan, yang j

  • Pekerjaan Memalukan   Bab 4

    Aku mengklik video itu dengan jari yang gemetar dan isi video itu sesuai dengan apa yang kubayangkan.Padahal tadi sensasi yang kurasakan begitu hebat, tetapi sekarang yang kurasakan hanyalah takut.Saking takutnya, aku pun mulai menangis. Aku langsung memutuskan untuk menelepon polisi.Sayangnya, orang asing ini seperti hantu saja. Dia kembali mengirimiku sebuah pesan.[Hei, Pemandu, jangan harap lapor polisi, ya! Atau kupastikan kamu akan viral. Setiap pria juga bisa menyaksikan betapa jalang dan murahannya dirimu.]Padahal layar ponselku sudah menunjukkan tampilan menelepon polisi, tetapi aku jadi tidak berani menekan tombol panggil. Aku akhirnya hanya bisa bertanya dengan pasrah.[Kamu mau apa?]['Kan sudah kubilang, kamu cukup patuhi saja perintahku. Nah, ayo menurutlah. Sekarang, kamu merangkak ke ruang tamu dan gunakan gurita itu.]Saking ketakutannya, aku akhirnya hanya bisa pasrah mematuhi perintah orang asing itu sambil menangis. Aku pun merangkak selangkah demi selangkah di

  • Pekerjaan Memalukan   Bab 3

    "Siapa itu?"Saat aku memberanikan diri untuk berseru, tiba-tiba bunyi ketukan itu juga berhenti.Namun, Snowy malah menyalak lebih kencang lagi, "Guk! Guk! Guk!"Gonggongan Snowy itu terdengar seolah ia bisa merasakan sesuatu yang mengerikan.Entah berapa lama kemudian, tiba-tiba angin bertiup masuk dari balkon melalui jendela dan itu sontak membuatku merasa kedinginan. Akal sehatku pun kembali, jadi aku memutuskan untuk pergi ke pintu dan melihat siapa yang datang.Saat aku memandang keluar dari lubang intip pintuku, otakku mulai berimajinasi.Bahwa ada sepasang mata pria yang menyalang dengan serakah sambil menatapku seolah-olah berniat melahapku hidup-hidup.Untung saja itu hanya imajinasiku. Tidak ada siapapun di luar ....Aku memegang ponselku dengan erat, layarnya masih menunjukkan tampilan untuk menelepon polisi. Aku menyuruh Snowy untuk tetap di sampingku, lalu membuka pintu.Memang tidak ada siapa-siapa di luar sana selain sebuah kotak besar. Ada sebuah tulisan di atasnya den

  • Pekerjaan Memalukan   Bab 2

    "Dasar bajingan!"Aku refleks melihat ke bawah. Ternyata yang menjilatku adalah Snowy, anjing peliharaanku yang berjenis Samoyed.Snowy mengibaskan ekornya sambil menatapku dengan polos dan menggonggong.Barulah setelah itu aku teringat bahwa aku lupa memberinya makan karena selama tiga jam ini sibuk melakukan siaran langsung.Aku pun mengelus kepala Snowy dengan rasa bersalah, lalu merapikan pakaianku dan hendak membukakan kaleng makanan Snowy.Aku sambil berpikir harus bagaimana setelah ini.Penjualan barang-barang ini memang sangat bagus belakangan ini, tetapi ruang siaran langsungku selalu saja diblokir.Terkadang hanya diblokir selama satu atau dua hari, tetapi pernah juga akunku benar-benar diblokir. Akhirnya, aku harus membuka akun baru dan memulai dari awal lagi.Masalahnya, mana mungkin membuat akun itu semudah itu? Setidaknya aku membutuhkan waktu selama satu sampai dua minggu sebelum akun baruku bisa sepopuler akun sebelumnya.Sejak saat itu, aku membuat grup khusus dan meng

  • Pekerjaan Memalukan   Bab 1

    Hari sudah larut malam dan aku sedang berbaring di atas sebuah ranjang besar nan empuk.Tanganku diikat di kepala tempat tidur. Di depanku tampak sesosok pria yang tidak terlihat begitu jelas.Tidak jauh dari situ, kamera sudah dipasang. Lampunya yang berwarna merah tampak berkedip.Pria itu memegang seekor tikus kecil yang mencicit sambil tertawa dengan jahat."Bagaimana biasanya kamu menunjukkannya di depan kamera? Sini kubantu."...Namaku Agatha Naran, seorang pemilik toko online.Aku memutuskan untuk mendirikan bisnisku sendiri setelah lulus kuliah karena aku tidak terbiasa dengan lingkungan kerja.Aku memulai bisnisku dengan berjualan pakaian. Sayangnya, pakaian yang kujual itu sering dikembalikan oleh pelanggan dan produk-produk yang sedang populer mudah sekali untuk ditiru. Aku bekerja keras selama dua tahun, tetapi keuntungan yang kudapatkan tidak seberapa.Sampai suatu hari, anjing peliharaanku membawa sebuah alat yang biasanya kugunakan ke depan kamera saat aku sedang siaran

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status