Bab 3

"Siapa itu?"

Saat aku memberanikan diri untuk berseru, tiba-tiba bunyi ketukan itu juga berhenti.

Namun, Snowy malah menyalak lebih kencang lagi, "Guk! Guk! Guk!"

Gonggongan Snowy itu terdengar seolah ia bisa merasakan sesuatu yang mengerikan.

Entah berapa lama kemudian, tiba-tiba angin bertiup masuk dari balkon melalui jendela dan itu sontak membuatku merasa kedinginan. Akal sehatku pun kembali, jadi aku memutuskan untuk pergi ke pintu dan melihat siapa yang datang.

Saat aku memandang keluar dari lubang intip pintuku, otakku mulai berimajinasi.

Bahwa ada sepasang mata pria yang menyalang dengan serakah sambil menatapku seolah-olah berniat melahapku hidup-hidup.

Untung saja itu hanya imajinasiku. Tidak ada siapapun di luar ....

Aku memegang ponselku dengan erat, layarnya masih menunjukkan tampilan untuk menelepon polisi. Aku menyuruh Snowy untuk tetap di sampingku, lalu membuka pintu.

Memang tidak ada siapa-siapa di luar sana selain sebuah kotak besar. Ada sebuah tulisan di atasnya dengan spidol.

"Mainan Baru untuk Si Pemandu".

Aku memperhatikan sekeliling seperti pencuri, tetapi tidak melihat siapa pun nyang mencurigakan. Bagaimanapun juga, aku hanya melakukan siaran langsung saat hari sudah malam dan hampir tidak ada siapa pun di sekitar.

Aku berpikir sejenak, tetapi lalu kalah oleh rasa penasaran sehingga aku menyeret kotak itu masuk.

Setelah membukanya, kakiku sontak menjadi lemas. Hampir saja aku terjatuh ke atas lantai.

Ternyata ada banyak sekali barang-barang yang belum pernah kulihat. Ada cangkir hisap berbentuk gurita, sebuah mainan tikus kecil yang lincah dan lembut, bahkan ada pula belalai gajah yang bentuknya seperti yang ada di manusia.

Semua mainan ini tampak jauh lebih berkualitas dibandingkan mainan biasa, bahkan bisa dibilang mirip karya seni.

Aku tahu ini sangat mencurigakan, tetapi seperti Hawa yang tergoda oleh apel, aku refleks memasukkan tanganku ke dalam kotak itu dan mengeluarkan mainan belalai gajah yang lurus.

Saat tombol nyalanya ditekan, hidung itu benar-benar melengkung ke atas dan ke bawah. Mirip sekali dengan aslinya.

Aku memegang belalai itu dengan pikiran kosong seperti orang kerasukan, lalu ....

Tidak lama kemudian, erangan yang terkadang tinggi dan terkadang rendah pun bergema di dalam kamarku. Jantungku berdebar dengan begitu kencang.

Pada detik-detik terakhir, aku sontak bangkit berdiri dengan tegak. Namun, tidak kusangka mainan ini ternyata memiliki mekanisme tersembunyi.

Seperti belalai gajah sebenarnya yang mengisap air, sesuatu yang hangat pun mengalir keluar.

Aku menggigit bibir bawahku dengan kencang. Sekujur tubuhku terasa begitu lemas tidak bertenaga.

Entah berapa lama kemudian aku baru bisa menggerakkan ujung jariku sedikit dan tenagaku perlahan kembali.

Aku merangkak masuk ke dalam bak mandi dengan rambut yang tergerai di atas bahuku. Satu-satunya suara yang terdengar hanyalah desahan pelanku.

"Memalukan sekali .... Ini pertama kalinya aku merasa seperti ini."

Rasanya aku ingin menenggelamkan diriku saja. Aku benar-benar tidak menyangka akan menggunakan mainan yang diberikan oleh orang asing.

Namun, kuakui mainan itu memberiku sensasi euforia yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Saat teringat akan kotak yang berisi mainan-mainan sehebat itu, jantungku pun berdetak makin cepat. Imajinasiku langsung ke mana-mana.

Entah seperti apa sensasi dari mainan lainnya ....

Drrrtt!

Tiba-tiba, lamunanku buyar akibat getaran ponsel di sampingku.

Aku sontak tertegun karena refleks mengaitkan getaran notifikasi yang masuk itu dengan jenis getaran lain yang membuat orang merasakan euforia.

"Aduh, aku ini benar-benar nggak tertolong lagi!"

Aku sontak menutupi wajahku dengan tangan. Rasanya aku makin tidak tahu malu semenjak berkecimpung dalam industri ini.

Sesaat kemudian, pesan yang masuk ke ponselku itu membuatku bergidik.

Pesan itu berasal dari nomor yang tidak dikenal, tetapi foto profilnya adalah belalai gajah yang baru saja kumainkan.

Pesan itu juga hanya berisikan sebaris kalimat ....

[Hei, Pemandu, apa barusan mainnya enak?]

Semua imajinasi kotor yang membayangi pikiranku seketika lenyap, tubuhku sontak bergidik ketakutan.

Aku bahkan harus berulang kali menghapus balasanku sebelum akhirnya bisa mengetikkan balasan yang benar.

[Siapa kamu sebenarnya!]

Balasan yang kuterima adalah sebuah pesan suara. Setelah berpikir selama beberapa saat, aku akhirnya mengklik pesan suara itu. Suara menawan seorang pria pun terdengar.

"Nggak penting aku ini siapa. Yang penting, kalau kamu nggak mau video ini jadi viral, turuti saja perintahku."

Sesaat kemudian, sebuah video pun dikirimkan kepadaku. Tampilan awal video itu adalah seorang wanita yang berbaring telentang di atas karpet dengan sekujur tubuh yang tampak memerah.

Wanita itu adalah aku.