Share

7. Doa Eva atau Aan?

Kudorong gerbang rumah pelan lalu menutupnya rapat kembali. Mengangkat kaki sampai ke pintu rumah yang masih tertutup.

“Assalamualaikum. Mas..., Mas Fahmi...” panggilku setelah membuka pintu. Namun hening. Tak kudapati balasan.

“Mungkin Mas lagi di kamar,” kataku sambil mangut-mangut dan melangkahkan kaki menuju kamar. Akan tetapi, lagi-lagi tak kutemukan siapa pun di sana.

“Ya Allah Mas Fahmi ke mana? Apa jangan-jangan dia pergi karena kesal sama aku?”

Dengan segera, aku berlari ke arah lemari baju Mas Fahmi. Aku berniat mengecek apakah pakaian Mas Fahmi masih tertata di sana ataukah tidak.

“Alhamdulillah, masih,” ucapku setelah membuka lemari pakaian milik suamiku.

“Kalau Mas Fahmi nggak pergi, terus dia ke mana?”

Kembali kulangkahkan kaki menuju bagasi. Aku ingin melihat apakah mobil masih berada di sana.

“Kosong.”

Ya, bisa kulihat. Bagasi sempit yang hanya memuat mobil kami itu kini terlihat lenggang karena si mobil telah entah ke mana dibawa.

“Berati Mas Fahmi lagi pe
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status