Shasha yang membonceng Kaisar, tidak memegang pinggang perwira polisi itu. Kalau butuh pegangan, dia memegang besi yang ada di belakang jok motor. Hubungan mereka memang masih dalam batas pertemanan, belum melangkah lebih jauh. Kaisar belum secara gamblang menyatakan perasaannya, begitu juga Shasha yang tidak akan mungkin bergerak terlebih dahulu.“Pastikan kamu duduk dengan nyaman, Sha,” ucap Kaisar saat mereka meninggalkan kompleks rumah Shasha.“Aman, Mas,” sahut Shasha yang meletakkan tasnya di antara mereka berdua.“Kalau aku bawa motornya kekencangan, bilang ya,” pesan Kaisar.“Udah pas kok kecepatannya, Mas,” sahut Shasha lagi.“Kalau kamu mau pegangan aku, enggak apa-apa kok, Sha,” cetus Kaisar.Shasha tertawa kecil. “Bukan mahram, Mas. Enggak boleh pegang-pegang.”“Belum mahram, Sha. Berarti kudu dihalalkan dulu biar bisa pegang-pegang. Iya ‘kan, Sha?” celetuk Kaisar sambil melihat Shasha lewat kaca spion motor.Shasha hanya menanggapinya dengan tertawa dan tidak mengatakan a
Kaisar dan Shasha jadi salah tingkah setelah mereka kepergok saling bertatapan. Mereka sama-sama membuang muka ke arah yang berlawanan. Shasha bahkan mengipasi diri dengan tangan karena tiba-tiba dia merasa gerah dan wajahnya bisa dipastikan memerah.Setelah beberapa saat, Kaisar mengajak Shasha pergi dari sana. Kaisar pamit pada teman-teman yang dia temui saat berjalan menuju pintu keluar. Mereka langsung pergi ke bioskop yang berada di Jalan Solo untuk menonton film. Sepertinya semesta mendukung mereka, masih ada dua kursi kosong di barisan paling belakang saat tadi memesan tiket via aplikasi. Spot terbaik untuk menonton film. Padahal kalau akhir pekan biasanya bioskop penuh, apalagi hari Minggu seperti sekarang.Mereka berdua menonton film dengan serius. Sambil sesekali mengomentari adegan film atau saling menawari popcorn ukuran large yang tadi dibeli sebagai teman menonton. Begitu film selesai, mereka keluar dari teater dengan wajah puas dan ceria."Mas Kai, aku ke toilet dahul
Shasha terpaku mendengar pernyataan cinta dari Kaisar. Gadis itu tentu saja merasa bahagia karena ternyata mereka punya perasaan yang sama. Namun, dia tidak mau melangkah lebih jauh tanpa meminta restu dahulu dari sang mama."Coba dengarkan lagu ini, Sha!" Kaisar kembali memutar lagu di gawainya.... Menantimu hingga saat cintaku temukan dirimu. Usai sudah sampai di sini. Berdiri melabuhkan asmara.Menikah denganku. Menempatkan cinta. Melintasi perjalanan usia. Menikah denganmu. Menetapkan jiwa. Bertahtakan kesetiaan cinta. Selamanya .... (Menikahimu - Kahitna)"Aku bukan pria romantis, Sha. Beginilah aku apa adanya. Pria yang tidak pernah bisa menjanjikan setiap saat selalu ada di sampingmu, tapi aku akan selalu mendukungmu. Sebagai abdi negara aku harus selalu siap kalau ada panggilan tugas dan meninggalkan keluarga," ucap Kaisar sesudah lagu romantis itu berakhir."Menjadi istriku juga tidak mudah, Sha. Harus siap aku tinggal setiap saat. Entah ditinggal tugas atau meninggal saat b
Setelah membersihkan diri dan berwudu, Kaisar pergi dengan Rendra ke masjid untuk menunaikan salat Magrib. Selama memungkinkan kedua pria itu selalu menjalankan salat berjemaah di masjid. Namun, kalau keadaan tidak memungkinkan mereka menjalankan salat di kantor atau di rumah atau di mana saja sedang berada. Sesibuk apa pun, salat lima waktu tidak pernah mereka tinggalkan.Bakda Magrib sepulang dari masjid, Kaisar makan malam dengan keluarga Bu Dewi. Dia tidak bisa berlama-lama karena setelah Magrib mendapat telepon dari kantor. Jadi, begitu selesai makan, Kaisar pamit untuk pergi ke kantor. Ada rapat mendadak karena situasi mendesak dari kasus yang dia tangani. Mau tidak mau perwira polisi itu harus pergi meski merasa tidak enak hati sebab langsung pulang usai makan tanpa sempat berbasa-basi. Untung saja keluarga Bu Dewi memaklumi situasi dan pekerjaan Kaisar.Shasha yang belum selesai makan tetap mengantar Kaisar sampai ke depan. “Hati-hati di jalan, Mas. Jangan lupa istirahat,” pes
Waktu terus berlalu hingga tiba saatnya Dita harus memajukan operasi caesar-nya karena luka jahitan bekas operasi caesar sebelumnya menipis. Jarak kehamilan yang sekarang dengan operasi sebelumnya tidak sampai satu tahun sehingga jaringan yang terbentuk masih belum normal. Jahitan yang belum rapat sempurna sudah tertarik atau melebar lagi karena terdesak kandungan yang makin besar. Karena itu demi keselamatan ibu dan bayi, dokter memutuskan untuk mempercepat kelahiran jabang bayi.Setelah menjalani operasi caesar, Dita melahirkan bayi laki-laki yang wajahnya sangat mirip dengan Rendra. Bayi mungil itu diberi nama Almair Syabil Daneswara, yang sejak di dalam kandungan dipanggil Ale.Tujuh hari setelah kelahiran Ale, kedua orang tua baru itu mengadakan acara akikah. Mereka mengundang banyak orang dan tak lupa menyumbang ke panti asuhan sebagai ungkapan rasa syukur karena Ale sudah lahir dengan selamat.Malam harinya, Kaisar datang ke kediaman Bu Dewi. Dia sebenarnya diundang Rendra un
Shasha akhirnya tetap duduk menemani Kaisar makan. Sebenarnya tadi dia hanya menggoda perwira polisi itu. Tidak mungkin juga Shasha meninggalkan tamu spesial yang sudah ditunggu-tunggu kedatangannya itu."Mas Kai, sibuk banget ya sampai jarang kirim pesan. Balas pesan juga lama banget." Gadis itu membuka pembicaraan yang terdengar seperti sedang merajuk."Iya, maaf. Ada banyak kasus yang harus aku tangani. Makanya aku juga baru bisa datang sekarang. Kenapa? Apa kamu kangen sama aku?" Kaisar melirik Shasha yang sedang memainkan kedua tangan di atas meja."Memangnya Mas Kai enggak kangen sama aku?" Shasha menoleh ke samping kanan di mana Kaisar duduk. Membuat keduanya tanpa sengaja saling berpandangan. Dia lalu buru-buru mengalihkan pandangan sambil tersenyum malu.Kaisar tertawa kecil. "Kangenlah. Kangen banget. Apalagi aku belum dapat jawaban dari kamu. Aslinya aku juga deh-degan. Namun, karena tugas jadi prioritas utama, jadi aku tidak bisa sering-sering menghubungi kamu."Shasha men
Kaisar tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Shasha. "Pada dasarnya, aku tidak keberatan istriku bekerja asal tetap menjalankan tugas utamanya sebagai istri dan ibu kalau sudah punya anak. Aku bukan pria kolot yang ingin istrinya di rumah saja. Istri boleh kerja tapi ada syaratnya. Dia juga harus mau ikut ke mana pun aku ditugaskan," ujarnya."Berarti seumpama aku jadi istri Mas Kai, aku masih boleh kerja?" tanya Shasha agar mendapat kepastian.Kaisar menyengguk. "Boleh, tapi aku tidak mau tinggal berjauhan. Bekerja di sekitar daerah di mana aku ditugaskan."Shasha tersenyum lalu menganggut berulang kali. "Kalau memang tidak ada sinyal internet untuk kerja online, ya aku kerja offline. Entah apa pun nanti, asal aku masih bisa menghasilkan uang sendiri dan halal.""Apa kamu tidak yakin aku mampu menafkahi kamu dan anak-anak kita nanti, Sha?" Gantian Kaisar yang bertanya. Harga dirinya merasa sedikit tersentil."Jangan tersinggung, Mas. Aku percaya Mas Kai sangat mampu menafkahi keluarg
Kaisar tersenyum, lalu bertanya, "Jadi, kamu sudah siap mengikuti sidang pranikah dan menjadi ibu Bhayangkari, Sha?"Shasha kembali menyengguk seraya tersenyum malu."Aku mau dengar jawabanmu, Sha." Kaisar meraih tangan kiri Shasha dan menggenggamnya erat."Bismillahirrahmanirrahim. Alesha Candraningtyas, apa kamu mau menerima pinangan Kaisar Musafee, sebagai suami dan imammu?" Kaisar menatap mata Shasha dengan intens. Ada harapan yang terpancar di sana.Shasha juga menatap netra Kaisar. Mencari kesungguhan di sana sebelum memberi jawaban. "Insya Allah, aku mau. Tapi, Mas Kai harus minta restu dulu sama Mama dan Rendra." Gadis itu langsung menundukkan pandangan setelah menjawab Kaisar."Alhamdulillah. Terima kasih, Sha. Pasti aku akan meminta restu mereka berdua." Kaisar mencium tangan Shasha yang dia genggam."Eh, Mas Kai." Shasha terkejut mendapat perlakuan seperti itu dari Kaisar. Dia lalu menarik paksa tangannya."Maaf, Mas Kai. Kita belum muhrim, tidak boleh seperti ini,” tukas S