*Azzam Daffa Al Kaivan*
Aku tengah mengelus-elus punggung istriku. Aku tahu dia sangat ketakutan. Aku juga takut. Tapi aku berusaha tegar. Sungguh suatu keajaiban. Rupanya Allah meridhai usaha Caca yang ingin punya anak kembar. Bahkan Allah langsung kasih tiga. Wow ... mau tak mau aku harus ektra menjaganya apalagi selama hamil Caca tetap saja pecicilan. Masih kuingat saat perpisahan kelas dua belas dimana dengan santainya Caca ikut naik ke panggung bersama anak-anak Pramuka melakukan dance cover. Saat itu usia kandungannya sudah tujuh bulan. Aku dan para penonton yang berada di bawah dibuat senam jantung takut terjadi apa-apa. Empat nyawa soalnya yang harus dijaga. Tapi istriku justru cuek dan tetep saja joget. Ckckck.Untuk ngidam, justru akulah yang ngidam. Sedangkan Caca luar biasa ngebo. Apa saja dimakan. Gak pernah menyusahkan, duh pokoknya makin cinta deh."Mas.""Hem.""Mas yakin mau dampingi Caca.""Insya Allah, lagian sud*Azzam Daffa Al Kaivan*"Kamu udah selesai, Dek.""Udah Mas, baru aja.""Gimana ada kendala gak?""Gak ada, Aslan triplet gimana Mas?""Tenang, ada Abah Aslan semua beres."Terdengar suara tawa Umi Aslan di seberang sana. Duh, baru juga ditinggal sehari udah kangen akunya."Mas Azzam mau oleh-oleh apa?""Apa aja yang penting nanti makannya disuapin sama Dek Caca yang cantik, bidadarinya Mas Azzam di dunia dan akhirat. Amin.""Amin. Ya Allah Mas, Adek kenyang di gombalin mulu sama Mas Azzam.""Hahaha. Soalnya Mas kan cinta banget sama Adek. Makanya pengin selalu memberimu kebahagiaan biar kamu selalu kenyang dan gak mau berpaling dari Mas," sahutku. Caca hanya tertawa."Ya udah, Caca tutup dulu ya Mas, mau cari makan.""Iya. Hati-hati ya Umi ... Aslan Kuartet kangen banget sama Uminya.""Oke. Assalamu’alaikum.""Wa’alaikumsalam."Klik.Caca sedang berada di UPI Bandung. Dia b
*Farida Almeera*Aku membuka amplop yang berisikan akta ceraiku. Seminggu semenjak kejadian Zulaikha yang berusaha menjerat Gus Azzam, aku dan Gus Fadil memutuskan berpisah. Karena mau dipaksa pun percuma. Kami tak pernah saling mencintai.Abah dan Umi sangat sedih dan merasa bersalah kepadaku. Tapi aku berusaha memberikan pengertian bahwa ini sudah menjadi garis takdirku. Alhamdulillah mereka menyadari kekhilafan mereka dan tak lagi memaksaku dalam hal apapun.Sudah tiga bulan aku menyandang status janda dan aku sangat menikmatinya. Saat ini kesibukanku adalah mengajar di pondok Abah dan aktif dalam komunitas bakti sosial yang bergerak untuk membantu para anak jalanan agar bisa membaca dan menulis. Dan aku sangat bahagia.Saat aku menuju ke tempat anak-anak asuhku, aku melihat seorang wanita yang tengah berjalan tertatih dengan perut membesar. Aku meminta Kang Darno menghentikan mobilnya."Kang stop Kang, lihat ada ibu-ibu yang butuh bantuan kita."
Fara Salwa Humaira. Adalah nama cantik yang dipilih oleh Kang Rasyid. Hampir sebulan Kang Rasyid berada di sini. Keadaannya sudah mulai stabil bahkan dia sudah mulai aktif menghandel kembali bisnis fotokopi dan studio fotonya. Aku ingat Kang Rasyid memang senang memotret. Dan hasilnya sangat bagus."Ning.""Kang."Kang Rasyid tersenyum sumringah ke arahku dan kemudian mengelus lembut putrinya yang tengah tertidur."Baru pulang Kang?""Iya Ning, banyak orderan foto kelulusan dan pernikahan.""Syukurlah.""Njenengan kenapa gak nikah lagi Ning?""A-apa maksudnya Kang?""Kenapa njenengan gak mau nikah lagi. Padahal banyak Gus yang melamar njenengan katanya."Aku terdiam, aku tak tahu harus mengatakan apa padanya. Kemudian aku menghembuskan nafasku perlahan."Untuk apa menikah Kang, kalau jatuhnya saya tidak akan pernah bahagia.""Ning. Kenapa Ning bicara seperti itu?""Sekarang saya yang balik tanya. Kenapa Kang Rasyid gak
*Fadil Abdul Ramadhan*"Pergi ....""Hahahaha ... mana kamu Azzam? Hahaha .... Aku cinta kamu ... Aku mau jadi istrimu. Hahaha."Aku menangis melihat wanita yang kucintai sedang ditangani oleh seorang psikiater dan para perawat. Setelah kejadian itu, aku segera membawa Zulaikha ke Jakarta. Dengan meminta bantuan Mas Fatur, aku akhirnya menemukan rumah sakit untuk merawat Zulaikha.Masih kuingat perkataan dokter yang menangani Zulaikha saat itu."Istri anda mengalami tekanan demi tekanan sejak kecil. Status sebagai anak istri kedua adalah awal kondisi psikisnya terganggu. Ditambah lagi cinta pertama yang tak berbalas yang berujung pada sebuah obsesi membuat kondisinya semakin parah.""Apa bisa sembuh Dok?""Insya Allah. Yang penting dukungan dari keluarga sangat penting."Aku menghembuskan nafasku. Aku harus kuat, ini demi Zulaikha dan diriku sendiri. Sudah cukup selama ini aku menjadi seorang pengecut, saatnya aku harus bangkit demi kebahagiaa
* Lailatul Mukaromah*Cinta tak berbalas mungkin itulah kisahku. Dia adalah cinta pertamaku. Aku bertemu dengannya secara tak sengaja. Usiaku waktu itu masih 17 tahun.Saat itu aku sedang berjalan bersama para sahabat mondokku di Bumiayu. Kami baru saja membolos ngaji. Di tengah perjalanan kami dihadang oleh tiga preman, kami berteriak dan tiba-tiba saja ada seorang lelaki yang menolong kami. Dia menghajar ketiganya. Hingga ketiga preman itu lari."Kalian tidak apa-apa?""Tidak Mas," ucapku."Pulanglah kalian ke pondok, bukannya ini seharusnya jam ngaji. Ini teguran untuk kalian. Lain kali jangan seperti ini."Lelaki itu pun berlalu bahkan tak menyebutkan namanya saat kutanya."Mas," teriakku.Dia menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap kami."Nama kamu siapa?" Aku bertanya antusias.Dia tak bergeming bahkan pergi begitu saja. Tapi wajahnya sudah terpatri dalam memoriku.Hingga lima tahun setelah aku lulus Aliyah, a
Seorang remaja berusia 17 tahun tengah mengendap-ngendap menuju ke suatu titik. Disana ada remaja lain tengah sibuk berlatih pernafasan.Si remaja tadi tersenyum jahil dan melirik pada genggaman tangannya."Hihihi. Kena kamu kali ini."Dia lalu berjalan pelan ... pelan ... 1, 2, 3."Kacang ... kacang ... kacang ...." teriaknya dan menyebar segenggam kacang tanah ke arah tubuh remaja satunya."Huwaa ... Abah ... Umi ... Mas ... huwa ...."Si remaja lari terbirit-birit dan hampir saja terpeleset. Untung keseimbangan tubuhnya bagus sekali."Hahaha ... hahaha ... Ya Allah ... Ngakak aku ... hahaha." Azada tertawa terpingkal-pingkal melihat reaksi Aidan.Ya Aidan fobia terhadap kacang tanah gara-gara saat usianya 5 tahun dia pernah secara sengaja memasukkan biji kacang tanah melalui hidungnya karena penasaran. Akibatnya, dia harus dibawa ke rumah sakit dan dengan bantuan dokter akhirnya kacang itu berhasil dikeluarkan. Sejak saat itu Ai
"Sssstttt.... Itu si Aslan Triplets.""Mana ... Mana .... ""Arah jam 9.""Uhhh ... Heran deh kok bisa mereka seganteng itu sih. Emak Bapaknya bikinnya gimana ya?""Mau aku jadi salah satu istri mereka.""Emangnya kamu lebih suka yang mana?""Aku? Aku suka lelaki cuek bin dingin kayak Kang Aidan.""Kalau aku suka lelaki humoris nan romantis ... Kayak Kang Azada.""Kalau aku suka sama kakak mereka. Sudah kalem, pembawaannya tenang, ganteng lagi hihihi.""Hahahaha."Begitulah percakapan para santriwati yang melihat Aslan triplets. Jangan salah guys Aslan triplets sangat terkenal. Kenapa? Karena selain sangat jarang ada kembar tiga mereka juga ganteng. Klepek-klepek dah para fansnya.Belum lagi duo ‘A’ yang terkenal sebagai pembuat masalah. Bukan jenis kenakalan yang berat sih. Paling bolos ngaji, tidur di kelas, suka keluar pondok, kalau gak ada ustaz pada suka nongkrong jajan di kantin, dapat surat dari fans yang seab
Di sebuah kali yang begitu jernih airnya dengan pemandangan gunung dan pepohonan yang masih hijau, terdengar suara tiga remaja berusia empat belas tahun tengah bermain-main di aliran sungai. Mereka adalah tiga remaja yang sengaja dikirim oleh para orang tua untuk belajar ngaji di rumah Abah Daud, seorang ustaz terkenal di kampung Sidomulyo, Wonosobo. Mereka akan tinggal selama dua minggu selama liburan semester."Astaghfirulloh, Jujut, Surti! Kalian mau ngapain?""Aku mau renang dan menyelam dulu," sahut Jujut lalu melepas semua atribut khas santrinya dengan baju renang model celana pendek dan kaos pendek."Kalian gak takut dilihat orang? Kalau tiba-tiba ada yang ngintip gimana?" tutur seorang santriwati berpakaian tunik ungu dan menggunakan rok panjang."Kamu itu terlalu khawatiran Mimih Perih, percaya deh gak ada orang disini. Kalau pun ada. Mereka itu pangeran yang lagi nyari bidadari," celoteh Surti sambil memasang kemben pada tubuhnya sehingga tereksposlah s