“Kakak seharusnya nggak di sini.” Bianca menyentuh luka Indra yang sudah ia balut dengan kasa bersih seadanya. Meski berkali-kali ia mengatakan hal yang sama, tapi ia tetap tidak bisa melepaskan dekapannya pada pria itu.
Indra mengecup kening Bianca dengan lembut. “Aku nggak akan ke mana-mana, Bianca,” bisik Indra. Jemarinya menelusuri jejak luka Bianca di pelipis, lalu menuruni tulang pipinya, dan menyentuh bibir bawah wanita itu. Sekali lagi, ia menundukkan kepala untuk mencium Bianca.
Bianca tak lagi memberontak, ia justru membalas ciuman Indra dengan kelembutan yang sama.
“Bi….” Indra menyeka air mata Bianca yang kembali menetes. “Aku nggak apa-apa. Kita akan baik-baik aja. Kita akan cari jalan keluarnya sama-sama.” Indra mempererat dekapannya. Menghapus sisa jarak di antara tubuh mereka berdua di bawah selimut.
Bianca sama sekali tidak menjawab. Dadanya nyeri dan bahagia dalam waktu yang bersamaa
Ketika kembali dengan dua cangkir kopi yang mengepulkan uap panas, Bianca masih terlelap dengan damai. Indra meletakkan cangkir kopi di atas nakas, lalu duduk di sisi ranjang sepelan mungkin. Jemarinya terulur, menyentuh helai rambut Bianca yang menutupi wajahnya. Indra membungkukkan badan, mencium lembut kening wanita itu. Sekarang, setelah semua yang terjadi kepada mereka, ia semakin teguh berjanji untuk terus melindungi wanita itu, apa pun harganya. Bianca menggeliat pelan karena sentuhan Indra. Kedua mata indahnya mengerjap, mencoba menyingkirkan kantuk. Aroma tubuh Indra kini membaur dengan wangi kopi yang membuat Bianca sedikit terjaga. “Kak…,” gumam Bianca, masih separuh sadar. Matanya terasa begitu berat terbuka, entah karena kelelahan atau karena tangis yang tak kunjung usai. Namun, samar-samar akhirnya ia bisa kembali melihat sosok Indra yang berada di sampingnya. Senyum Bianca terkulum otomatis. Ternyata sebahagia itu menemukan orang paling kau say
Wajah Bianca terangkat tinggi, kedua tangannya terlipat di dada sambil menenteng tas Hermes mungil seharga mobil mewah.“Apa kata kamu? Perbaiki semuanya? Kamu pasti bercanda. Kamu lupa siapa aku?” Bianca tersenyum begitu anggun. “Aku Bianca Peruka, aku bukan orang yang akan perbaiki barang-barang rusak, Dandy. Aku akan buang dan beli yang baru, semudah itu.”Dandy menggeram marah. Andai tangannya tidak sedang terikat, dan tidak ada orang-orang di sekitar mereka semua, Dandy pasti sudah mengoyak mulut Bianca. Ia akan memberikan pelajaran yang pantas untuk membungkam keangkuhan wanita itu.“Sombong kamu, Bianca! Kamu pikir kamu hebat?!”Bianca tersenyum tipis. “Kamu sudah punya jawaban sendiri sekarang, kan? Silakan bandingin aku sama perempuan selingkuhan kamu itu. Ah! Kalau dipikir-pikir kalian jadi semakin cocok dengan seragam yang sama. Dan sepertinya aku belum bilang terima kasih ya sama kamu?” Bianca ma
Sebuket anggrek tersemat indah di atas makam bertuliskan nama Calistia Sandra. Embusan angin sore membuat aroma anggrek itu samar-samar membaur dengan aroma bunga kamboja yang tumbuh subur di area pemakaman.Kelopak putih dan merah mudanya berguguran di atas pusara makam, seakan menjadi taburan bunga otomatis untuk makam yang jarang dikunjungi.Lagi-lagi, Bianca harus berdiri di samping makam orang yang disayanginya. Ia bahkan sudah tidak tau bagaimana caranya menceritakan apa yang ia rasakan kini. Karena sejujurnya, seluruh hidup Bianca sudah terlalu menyakitkan.“Bi….” Tini meremas tangan Bianca di sampingnya, tapi Bianca tetap bergeming.“Semuanya sudah selesai dengan baik, Bi, dan berhenti menyalahkan dirimu sendiri.”Kedua mata Bianca mengerjap perlahan. Hatinya terasa kebas. Kematian Sandra kembali mengurung Bianca dalam lautan rasa bersalah tanpa dasar.“Justru dia pasti berterima kasih sama kamu, Bi
Senja memudar, cahaya jingganya membias dari jendela ruang perawatan Damian. Betapa ajaibnya takdir, padahal beberapa waktu yang lalu, tidak akan ada orang yang berani berpikir jika Damian akan terjatuh. Pria itu berdiri terlalu gagah di atas singgasananya, hingga mereka pikir ia takkan mungkin mengalami hal buruk, meski ia terus melakukan hal menjijikan.Namun hari ini, ia hanya seorang pria yang bahkan tak bisa menggerakan seujung jari pun di hadapan putrinya. Dulu sekali, Bianca sangat takut kepada malam. Ia tidak takut gelap, ia tidak takut hantu. Ia hanya gadis kecil yang takut terlelap. Karena saat ia jatuh tertidur, maka ia akan tersedot masuk ke dalam pusaran mimpi buruk yang sangat mengerikan.Usianya 11 tahun saat mendengar permintaan sang ibu untuk menutup mata, dan ketika ia kembali membuka mata, ibunya sudah menghilang. Wanita itu menjatuhkan diri dengan seluruh kesadarannya, lalu tewas di depan mata Bianca.Jiwa kecil Bianca san
Malam ku terjaga, berganti hari, berganti pagi.Akankah datang malamku tanpa mimpi buruk lagi?Jika kau di sini, di hariku yang tak pasti.Selamatkan Aku, dan peluklah Aku.Night Flower (Ind Vers) Yeeun Ahn.***Malam datang perlahan. Lambat tapi pasti. Kini lampu-lampu mulai menyala, mencoba menghalau kelam yang dibawa malam. Namun, tidak peduli sebanyak apa lampu yang menghiasi kehidupan Bianca, jiwanya tetap terjebak dalam sebuah pusaran hitam yang gelap.Ia menatap ayahnya dengan mata yang sembab. Luka yang terpendam belasan tahun kini pecah berantakan. Tidak ada darah, tidak ada luka ternganga, tapi jiwa Bianca aus dilalap pedih.Bertahun-tahun ia terus menanyakan hal yang sama, lalu tenggelam dalam jawaban menyakitkan yang sama juga.“Apa Ayah benar-benar benci kami?”Bagi seorang anak, pertanyaan itu meny
"Apa karena aku bukan anak kandung Ayah?"Indra memalingkan wajahnya. Itu adalah rahasia yang terkunci rapat selama bertahun-tahun lamanya. Tidak ada seorang pun yang bisa mengatakan tentang itu, dan Indra pikir, rahasia kelam keluarga Peruka selalu tersimpan rapat, hingga hari ini."Bi, kamu harus tenang dulu.""Kakak sudah tau soal itu?" tanya Bianca dengan suara bergetar. Melihat Indra yang hanya terdiam tanpa jawaban, membuat tangis Bianca pecah semakin lirih. "Kakak sudah tau kan? Terus kenapa Kakak tetap diam? Kenapa kalian bohongi aku?""Bianca, aku minta maaf. Tapi ini semua demi kamu.""Demi aku?" tanya Bianca getir. "Demi aku? Apa Kakak tau betapa aku lelahnya mengharap kasih sayang Ayah. Apa Kakak tau bagaimana rasanya?" Bianca menatap sang ayah yang menangis tanpa suara."Setiap hari, setiap detik selama 28 tahun, aku selalu berharap Ayah sayang aku. Aku selalu berusaha berubah jadi lebih baik demi Ayah. Tapi ternyata
“Nona Sheila.”Panggilan itu menghentikan gerakan jemari Sheila yang menelusuri selimut Bianca.“Sudah waktunya.” Anthoni kembali menambahkan. Pria yang hampir seusia kakeknya itu menganggukan kepala. Ia memang tidak menunjukkan air mata, tapi siapa pun bisa melihat luka di kedua mata tua itu. Ia berdiri dengan jas hitamnya di ambang pintu, menunggu Sheila yang masih berbaring meringkuk di samping tubuh Bianca.Pemandangan itu mengingatkan Anthoni pada masa-masa belasan tahun yang lalu. Setiap ia tanpa sengaja melihat kakak beradik itu, mereka pasti berada di posisi yang sama. Saat Bianca terlelap, maka Sheila akan terjaga di sampingnya. Gadis itu terus berusaha terjaga selama beberapa waktu, bersiap-siap jika sang Kakak akan kembali jatuh ke lautan mimpi buruk.Meski matanya sudah begitu lelah, tapi Sheila akan tetap terjaga. Ia merapatkan tubuhnya sedekat mungkin dengan Bianca, berharap bisa terbangun saat merasakan
3 Bulan Kemudian. “Miles Group telah menanda tangani perjanjian untuk mengakusisi bisnis PT. Peruka Cosmetics, di mana Miles Group akan menjadi pemegang saham mayoritas dengan jumlah saham 75% dalam perusahaan patungan dengan nama PT. Peruka Miles Indonesia. “PT. Peruka Miles Indonesia sendiri adalah bagian dari anak perusahaan Miles Group yang beroperasi dalam bidang consumer goods yang meliputi beberapa jenis kategori produk. Di antara lain adalah Personal Care, Beverages, Food and Pharmacy. “Dengan perusahaan patugan tersebut, Miles Group dan Peruka Cosmetics akan terus mengembangkan produk perawatan kulit yang mempunyai unsur aktif biologis yang dapat memberikan keuntungan medis. “Selain memproduksi produk kesehatan dan kosmetik kulit, saat ini Peruka Cosmetics juga sudah memiliki klinik kesehatan dan kecantikan dengan fasilitas yang modern dan ditangani langsung oleh dokter-dokter cosmetodermatologist.” Se