Share

Bab 3

last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-24 20:56:31

Pelakor Itu Tanteku

Selesai membersihkan rumah, aku langsung menuju dapur untuk mengecek bahan makanan dan juga bumbu.

"Emm ... ternyata banyak yang sudah habis. Aku harus segera belanja sekarang. Mumpung masih pagi. Lagian nanti siang masih harus masak juga," ucapku sendiri.

Aku segera ganti baju dan sedikit memoles wajah dengan bedak tipis-tipis dan juga lipstik agar tidak terlihat pucat. Aku menggendong Fadil dan menunggu taksi online yang sudah ku pesan.

Sebenarnya di rumah ada mobil dan motor yang terparkir di garasi. Tapi apa daya, aku memang takut menyetir mobil ataupun menaiki motor. Aku trauma membawa kendaraan sendiri karena pernah mengalami kecelakaan. Memang tidak parah, tapi entah kenapa setelah kejadian itu aku sama sekali tidak berani membawa kendaraan sendiri.

Tidak berapa lama taksi yang ku pesan sudah datang. Aku bergegas masuk untuk berangkat ke supermarket. Selain belanja bahan makanan dan bumbu dapur, aku juga ingin membeli baju tidur yang dari kemarin sudah menjadi planing.

Hampir dua puluh menit perjalanan, akhirnya sampai juga di supermarket yang kutuju.

Aku langsung masuk dan mengambil keranjang, mencari bahan makanan dan bumbu yang habis dengan membaca catatan yang sudah kutulis dari rumah.

Selesai belanja kebutuhan rumah, aku menuju ke toko pakaian untuk mencari baju tidur. Aku memilih baju tidur yang bahannya halus dan modelnya bagus. Karena ingin terlihat cantik saat malam hari menemani Mas Pram.

"Ini bagus juga ...," ucapku sendiri sambil memegang baju tidur yang ada di depanku.

"Si - Sifa ...? Kamu Sifa 'kan?" Tiba-tiba ada yang memanggilku dengan tanya ragu-ragu.

"Iya. Kamu siapa, ya? tanyaku balik tak kalah penasaran.

"Coba tebak! Aku kasih clue, ya. Hitam, gendut, kumisan lariii ...."

Aku mulai mengingat-ingat kata-kata itu. Kata-kata yang selalu di ucapkan olehku dan teman lainnya saat masih duduk di bangku SMP.

"Pak Bagio, benar 'kan jawabannya? Mmm ... berarti kamu satu sekolah juga denganku waktu SMP. Tapi aku masih belum ingat siapa kamu."

"Ya sudah, kita kenalan lagi! Namaku Panji. Sudah ingat?"

"Panji? Panji, Panji ... sebentar aku ingat-ingat dulu."

Aku berusaha mengingatnya. Hingga akhirnya tahu siapa dia. Aku tertawa lepas setelah ingat semua.

"Surat yang selalu kamu masukkan ke dalam tasku saat jam istirahat. Kamu salah satu penggemarku 'kan? Ha ha ha ...."

Panji terlihat menahan malu saat aku bicara seperti itu. Tetapi sekarang dia sangat berbeda. Dulu hitam dan kurus. Sekarang tampan dan sedikit kekar, kulitnya juga bersih.

"Ini anakmu, Fa? tanya Panji sembari memegang pipi Fadil.

"Iya. Ini anakku. Kamu sudah punya anak berapa?" tanyaku balik.

"Anak?"

"Iya, anak. Memangnya ada yang salah dengan pertanyaanku?"

Panji menjawab dengan tawa sangat kencang.

Drrtt drrtt drrtt ....

Terdengar getaran ponsel milik Panji yang menghentikan obrolan kami. Dia pun langsung mengangkat teleponnya. Selesai telepon, Panji pamit karena ada kepentingan. Tapi sebelum dia pergi, kami sempat tukaran nomor.

Aku mengambil kembali baju tidur yang sudah kupilih tadi, lalu membawa ke kasir.

Selesai belanja semuanya, aku memesan taksi online lagi untuk pulang.

"Terima kasih, Fadil. Kamu tidak pernah rewel. Anak mama yang baik," ucapku pada Fadil yang sedang tidur di gendongan.

-

Baru saja sampai di rumah dan membuka pintu, tiba-tiba Tante Lili datang.

"Lho, kok sudah pulang, Tan? Memangnya tidak masuk kerja," tanyaku

"Aku tidak enak badan, Fa. Jadi tadi izin pulang."

"Oh," jawabku singkat dan langsung masuk ke dalam.

Sekilas aku mencium bau parfum Mas Pram di baju Tante Lili.

Kenapa baju Tante bau parfumnya Mas Pram? Ah ... mungkin karena mereka tadi satu mobil, bisa saja tidak sengaja menempel. Pikirku tidak ada yang aneh.

Aku masuk ke kamar Fadil untuk menidurkan dia. Setelah itu langsung ke dapur menata semua belanjaan yang sudah kubeli tadi.

Tante Lili datang mendekatiku.

"Habis belanja, Fa?"

"Iya. Oh ya, Tan, besok aku minta izin mau bersihin kamar."

"Kamarku? Tidak usah, Fa, nanti Tante sendiri yang bersihin.

"Baiklah."

Aku pun istirahat sebentar di kamar. Menunggu sampai waktu masak untuk makan siang.

Perasaanku tiba-tiba begitu rindu dengan Mas Pram. Kenapa aku ini? Tidak biasanya merasakan hal seperti ini. Lagian Mas Pram sedang kerja, pikirku dengan senyum-senyum tidak jelas.

Aku bangun dari rebahan dan mengambil plastik belanja berisi baju tidur, lalu mencobanya. "Cantik. Cantik sekali, Sifa," kataku memuji diri sendiri saat berkaca

"Lebih baik aku cuci dulu bajunya biar kering dan akan kupakai malam ini. Pasti Mas Pram senang melihatnya."

Aku segera keluar kamar menuju tempat cuci baju dan memilih mencuci dengan tangan karena bahannya halus, lembut dan juga tipis.

"Nyuci apa, Fa?" tanya tante yang tiba-tiba datang.

"Baju tidur, Tan."

"Baru?"

"Iya. Mau aku pakai nanti malam untuk menemani Mas Pram," jelasku dengan senyum malu.

"Pram?" celetuk tante terlihat kaget.

"Iya .... Kenapa, Tan? Kok kaget gitu," tanyaku penasaran.

"O - oh tidak, Fa. Nanti Pram pasti pangkling melihat kamu memakai baju tidur itu. Pasti kelihatan cantik dan seksi."

"Ah ... Tante, bikin Sifa malu saja."

Aku segera menjemur baju tidur tersebut.

Kring ... kring ... kring ....

Terdengar suara telepon rumah. Dengan cepat aku pun menuju ruang tengah untuk mengangkatnya.

"Assalamu'alaikum."

"Oh ... Mas Pram. Kenapa, Mas? Iya, ponselku ada di kamar. Barusan habis nyuci baju."

"Oke, Mas."

Aku masuk ke kamar untuk mengambil ponsel. Ternyata dari tadi Mas Pram meneleponku dan mengirim pesan romantis yang selalu dia kirim setiap hari. Katanya agar hatiku selalu berbunga-bunga.

Merebahkan tubuh di atas kasur sembari membaca beberapa pesan yang baru saja di kirim Mas Pram.

Mas Pram memang selalu membuatku merasa berarti sebagai seorang istri. Dia memperlakukanku begitu manja dan romantis. Aku sangat bersyukur memiliki suami seperti dia.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 42

    Pelakor Itu TantekuSatu bulan setelah kepulangan Tante Lili di rumah Ayah dan Ibu. Keadaannya masih tetap sama. Tante Lili hanya bisa berbaring. Dan semua aktivitasnya harus dibantu. Hari ini, aku dan Mas Pram berencana untuk menengok Tante Lili. Dan membujuk dia agar mau dibawa ke rumah sakit._"Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam. Kalian sudah datang. Ayo masuk! Ibumu sedang di kamar Lili," terang Ayah dengan menyambut kedatangan kami.Aku dan Mas Pram langsung menuju kamar Tante Lili. Sedangkan Fadil, dia bersama Mbak Tutik bermain di halaman. Kami memang sengaja mengajak Mbak Tutik agar aku bisa membantu Ibu mengurus Tante Lili selama di sini. Dan kami akan menginap untuk beberapa hari."Assala'mualaikum.""Wa'alaikumsalam. Pram, Fa," sapa ibu yang duduk di samping Tante Lili.Tante Lili hanya bisa menatap kami. Dia memang mulai sulit untuk berbicara. Dan lebih merespon dengan tatapannya. Sungguh tidak tega melihat keadaannya yang semakin hari semakin parah.Sudah berkali-kali

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 41

    Pelakor Itu TantekuAku dan Mas Pram sudah sepakat untuk memberitahu Ayah dan Ibu tentang keadaan Tante Lili saat ini.Kami memutuskan untuk pulang ke rumah Ayah dan Ibu. Karena tidak mungkin, kami mengabari hal ini hanya lewat telepon."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam. Sifa, Pram, kalian datang ke sini kok tidak memberi kabar dulu." Ibu terlihat sedikit kaget dengan kedatangan kami yang tiba-tiba. "Ayo, masuk!" ajak ibu dengan mengambil Fadil dari gendongan Mas Pram.Kami langsung duduk di ruang depan."Ibu tinggal sebentar, ambil minum dan kue. Kebetulan Ibu habis bikin kue kesukaanmu, Fa. Pas sekali kalian datang ke sini.""Ti - tidak usah, Bu. Ayah mana, ya? Sifa mau bicara sama Ayah dan Ibu." "Iya, tapi kalian kan habis perjalanan lumayan jauh. Istirahat dulu, nyantai-nyantai, baru kita bicara. Memangnya mau bicara soal apa, Fa? kamu terlihat serius banget.""Soal Tan - Tante Lili, Bu."Kini pandangan Ibu langsung tertuju ke arahku dengan tatapan yang dalam."Lili lagi. Apal

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 40

    Pelakor Itu Tanteku"Apa, Bu? Tante Lili kabur?"Baru semalam kulewati kebahagiaan bersama Mas Pram. Sekarang pikiranku sudah mulai cemas dan tidak tenang. Ibu memberi kabar, kalau Tante Lili kabur dari rumah. "Kenapa, Fa?" tanya bapak mertua dengan wajah yang penasaran."Kenapa, Sayang? Siapa yang kabur?""Tan - Tante Lili, kabur." "Fa, Ibu minta maaf, karena tidak bisa menjaga tantemu. Ibu sudah kunci kamarnya, tapi dia izin mau ke belakang. Dia pergi tanpa membawa pakaiannya."Tidak bisa dipungkiri, kalau aku merasa takut. Takut kalau Tante Lili akan datang untuk merusak rumah tanggaku bersama Mas Pram, lagi."Bu - bukan salah Ibu. Tapi, memang Tante Lili yang sudah kelewatan. Apa mungkin dia akan ke kota ini lagi, Bu?""Ibu juga tidak tahu, Fa. Kemarin, dia memang keberatan Ibu ajak pulang. Ibu suruh dia resign dari tempat kerjanya. Tapi, dia menolak."Apa sebenarnya rencana Tante Lili sekarang?"Kamu simpan baik-baik surat perjanjian waktu itu, Fa! Kalau Lili macam-macam lagi,

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 39

    Pelakor Itu Tanteku"Kalau berkenan, Mas Pram bisa dibawa pada Ustadz Faiz. In Syaa Allah, beliau bisa menangani keadaan Mas Pram saat ini," terang Pak Burhan selesai menandatangani surat perjanjian. Beliau menjadi salah satu saksi dalam surat perjanjian tersebut. Pak Burhan adalah RT di tempat tinggal Panji. Dan saran dari Pak Burhan disetujui semua pihak keluarga. Mereka yakin kalau Pak Burhan tidak mungkin berbohong atau punya niat tidak baik pada kami.Akhirnya, Pak Burhan langsung mengantar kami ke tempat Ustadz Faiz. Sedangkan Tante Lili, dia tidak dilepaskan begitu saja. Ayah dan Ibu akan membawanya pulang ke rumah. Mereka tidak mengizinkan Tante Lili tinggal satu kota denganku dan Mas Pram, lagi. Sesampainya di rumah Ustadz Faiz, aku terdiam sejenak. Pak Burhan dan semua keluarga nemandangku. Sepertinya mereka paham dengan sikapku itu. "Mari!" ajak Pak Burhan pada kami. "Assalamu'alaikum, Ustadz.""Wa'alaikumsalam," jawab ustadz dengan sikap yang begitu ramah. Aku berdiri

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 38

    Pelakor Itu Tanteku"Jangan, Mbak! Jangan bawa Lili ke pihak berwajib. Lili ngga mau di penjara. Lili mohon, Mbak! Lili minta maaf!" Kata-kata yang terus terucap dari mulut Tante Lili.Hal yang tidak pernah terbayangkan sedikitpun, kalau hubungan Tante Lili dengan kami akan seperti ini.Tangan Ibu terus menyeretnya. Dan Tante Lili tetap berusaha berontak. Ibu langsung menghentikan langkahnya. Dengan mata berkaca-kaca, Ibu menatap Tante Lili begitu tajam. "Minta maaf? Kamu bilang minta maaf? Kamu tahu, berapa banyak hati yang tersakiti karena ulahmu? Terutama Sifa, keponakanmu sendiri."Aku memang belum banyak bicara, karena masih syok dengan apa yang kulihat tadi. Bahkan, degupan jantung yang kencang masih begitu terasa. "Ini soal hati, Mbak. Aku sendiri juga tidak tahu, kenapa bisa mencintai, Pram. Kenapa harus aku yang disalahkan atas semua ini. Tidak adil. Benar-benar tidak adil."PLAKKKKJawaban itu, membuatku mendaratkan sebuah tamparan untuk kesekian kalinya pada Tante Lili.

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 37

    Pelakor Itu Tanteku"Sudah pindah? Mak - maksud Bapak bagaimana, ya?" tanyaku pada seorang Bapak yang mengaku pemilik rumah yang di tempati pamannya Panji."Iya Mbak, mereka cuma nempatin rumah ini untuk satu bulan saja, tapi belum ada seminggu mereka sudah mengosongkan rumah ini. Kelihatannya mereka buru-buru."Tubuhku rasanya begitu lemas. Entah apa maksud dengan semua ini. Aku takut. Benar-benar takut."Ba - Bapak tahu dengan Ustadz yang menempati rumah ini?""Ustadz, Mbak? Saya malah tidak tahu kalau ada Ustadz. Saya permisi dulu, Mbak."Aku langsung berlari menuju mobil, di mana semua keluarga ada di dalam."Kenapa, Fa? Kenapa kamu terlihat bingung seperti itu?" tanya ayah dengan wajah penasaran."Sifa harus segera telepon Panji, Yah."Dadaku terasa bergemuruh dengan begitu banyak pertanyaan yang bergelayut dalam pikiran.Aku harus segera menelepon Panji. Apa maksud dari semua ini? Dengan cepat kutekan nama Panji dalam ponselku. "Panji, kamu di mana sekarang?" tanyaku tanpa mem

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status