Share

Bab 4

last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-24 20:57:55

Pelakor Itu Tanteku

"Fa, kamu tidak masak untuk makan siang?" tanya tante masuk ke kamarku.

"Tidak, Tan. Tadi Mas Pram telepon nanti pulang kerja sekalian membawa makanan."

"Oh," jawab tante singkat dan ikut merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Aku masih sibuk membaca ulang pesan lama dari Mas Pram. Sesuatu yang biasa, tapi membuatku semakin cinta dengan suamiku.

"Bau aroma, Pram," celetuk tante yang membuatku begitu kaget.

Aku melihat Tante Lili memeluk bantal yang di pakai Mas Pram dengan memejamkan matanya.

Kenapa dengan Tante? Apa yang sedang dia pikirkan?

"Tan," panggilku sambil menepuk tangannya.

"E - Eh, ada apa, Fa?" jawab dia begitu gugup.

"Harusnya Sifa yang tanya. Tante kenapa meluk bantalnya Mas Pram? Tadi aku dengar Tante juga menyebut nama Mas Pram," tanyaku menatap Tante Lili serius.

"Ngawur saja kamu, Fa. Mana mungkin aku menyebut nama suami kamu. Aku peluk bantal karena emang terbiasa, entah bantal siapapun."

Terlihat jelas kalau Tante Lili sedang ngeles, tadi jelas banget kok apa yang dia ucapkan.

Apa Tante sedang memikirkan hal yang aneh-aneh? Tapi masa iya, dia memikirkan hal seperti itu dengan suamiku. Ah ... mikir apa aku ini. Tidak mungkin lah Tante seperti itu. Tapi, ucapan tadi? Apa aku salah dengar?

"Mama ...," terdengar panggilan Fadil yang mengalihkan pikiranku.

Aku langsung bergegas keluar menuju kamar Fadil. Aku lihat Fadil belum mau bangun dari kasurnya, meskipun dia sudah bangun dari tidurnya.

"Fadil sudah bangun, Nak? Ayo ke kamar Mama!" ajakku. Tapi sepertinya Fadil masih ingin tiduran di kasurnya. Akhirnya aku pun menunggu Fadil di kamarnya.

Tidak berapa lama, aku mendengar suara mobil Mas Pram.

Tumben sudah pulang jam segini?

Aku berusaha mengajak Fadil untuk keluar, tetapi dia belum mau. Aku putuskan untuk tetap berada di kamarnya karena kalau aku tinggal pasti menangis.

Nanti Mas Pram pasti akan mencariku ke sini, kalau di kamar tidak ada.

Aku menemani Fadil dan mengelus punggungnya yang masih terlihat ngantuk.

"Fadil masih mau bobok?" tanyaku.

Fadil tidak menjawab dan matanya sudah terpejam. Aku menyanyikan lagu nina bobok kesukaannya. Dia pun terlihat sudah pules lagi tidurnya.

Saat ingin menyelimuti Fadil, tiba-tiba aku ingat kalau Tante Lili ada di kamarku. Dengan cepat aku langsung beranjak dari kasur. Alhasil Fadil yang sudah tertidur pulas terbangun. Aku segera menggendongnya dan bergegas menuju kamarku.

Pintu kamar tertutup? Terus Mas Pram ke mana? Tante Lili? Pikiranku sudah yang tidak-tidak.

"Mas, Mas Pram," teriakku sembari menggedor pintu kamar yang terkunci.

Kenapa harus di kunci?

"Mas, buka pintunya!"

"Se - sebentar, Fa, tadi ada kecoa masuk. Ini baru di cari sama Pram. Pintu tidak sengaja Tante kunci," jawab Tante Lili sangat tidak masuk akal.

Berarti, Mas Pram sama Tante Lili di dalam hanya berdua? Bertiga sama kecoa?

Tidak berapa lama, pintu kamar dibuka. Aku melihat wajah Mas Pram dan Tante Lili yang terlihat begitu tegang.

Aku menatap mereka dengan tatapan curiga. Aku lihat Mas Pram dari ujung kepala sampai ujung kaki, begitu juga dengan Tante Lili.

Tidak ada yang mencurigakan. Mas Pram masih rapi dengan hem yang dia pakai tadi pagi. Rambut Tante Lili terlihat kurang rapi, mungkin karena habis tiduran, pikirku.

"Tadi aku mencarimu, Sayang. Ternyata ada Tante Lili di kamar. Saat aku mau keluar, tiba-tiba ada kecoa di dekat meja rias kamu," jelas Mas Pram.

"I - Iya, Fa. Kamu sendiri tahu 'kan kalau Tante paling takut dengan kecoa dan tikus. Tante reflek menutup dan mengunci pintu, Fa."

Mereka berdua berlomba menjelaskan padaku apa yang terjadi. Padahal aku belum bertanya sepatah katapun pada mereka.

"Aku di kamar Fadil, Mas. Aku pikir kamu akan mencariku ke sana."

"Aku permisi dulu, ya," ucap tante menyela pembicaraan dan langsung keluar dari kamar.

Mas Pram mengambil Fadil dari gendonganku. Dia mengajakku ke ruang makan. Di sana banyak sekali bungkusan berisi makanan.

"Banyak sekali, Mas, beli makanannya?"

"Ngga apa-apa, Sayang. Semua makanan ini menu kesukaanmu."

Aku langsung membuka semua makanan tersebut dan menempatkan di piring.

"Ya sudah, mendingan Mas Pram ganti baju dulu! Setelah itu kita makan bersama! Aku akan panggil Tante Lili."

Aku berjalan menuju kamar Tante Lili. Pintu kamarnya tidak tertutup rapat. Aku melihat dia senyum-senyum sendiri. Seperti mengatakan sesuatu, tapi kurang jelas.

"Tan. Ayo kita makan siang bersama! Mas Pram beli makanan banyak sekali," ajakku dengan membuka pintu kamarnya lebih lebar.

"Baik, Fa."

Tante Lili langsung keluar dan menuju ruang makan bersamaku.

Di meja makan, Mas Pram dan Fadil sudah menunggu. Mas Pram memakai kaos hitam kesukaanku.

Dia memang suami yang selalu membuatku jatuh cinta setiap saat. Padahal awal bertemu, aku sangat sebel dengan dia, tapi Mas Pram tidak pernah putus asa mendekatiku. Sampai akhirnya kami bersatu dalam ikatan pernikahan.

Kami semua sudah duduk di meja makan. Menu makanan yang dibeli Mas Pram sangat komplit.

"Kamu mau makan pake apa, Mas?" tanyaku menawarkan.

Aku mengambilkan cumi saus tiram kesukaannya.

"Aku juga mau dong, Fa," ucap tante, dia menyodorkan piringnya.

Aku pun mengambilkan untuk Tante Lili juga.

Seperti biasa, aku makan sambil menyuapi Fadil. Saat menoleh ke arah Mas Pram, aku melihat dia seperti sedang memikirkan sesuatu. Entah apa.

"Mas, kamu kenapa?" tanyaku memastikan.

"Tidak apa-apa, Sayang," jawabnya lembut dan mengulas senyum.

"Tumben kamu pulang jam segini, Pram?" sela tante.

"Kangen sama istriku dan juga Fadil," jawab Mas Pram ketus.

Aku melihat sikap mereka berdua seperti ada yang aneh. Mereka begitu kaku akhir-akhir ini. Mas Pram juga cuek dengan Tante Lili. Sedangkan Tante Lili sering kupergoki menatap Mas Pram diam-diam.

Sebenarnya ada apa dengan mereka?

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 42

    Pelakor Itu TantekuSatu bulan setelah kepulangan Tante Lili di rumah Ayah dan Ibu. Keadaannya masih tetap sama. Tante Lili hanya bisa berbaring. Dan semua aktivitasnya harus dibantu. Hari ini, aku dan Mas Pram berencana untuk menengok Tante Lili. Dan membujuk dia agar mau dibawa ke rumah sakit._"Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam. Kalian sudah datang. Ayo masuk! Ibumu sedang di kamar Lili," terang Ayah dengan menyambut kedatangan kami.Aku dan Mas Pram langsung menuju kamar Tante Lili. Sedangkan Fadil, dia bersama Mbak Tutik bermain di halaman. Kami memang sengaja mengajak Mbak Tutik agar aku bisa membantu Ibu mengurus Tante Lili selama di sini. Dan kami akan menginap untuk beberapa hari."Assala'mualaikum.""Wa'alaikumsalam. Pram, Fa," sapa ibu yang duduk di samping Tante Lili.Tante Lili hanya bisa menatap kami. Dia memang mulai sulit untuk berbicara. Dan lebih merespon dengan tatapannya. Sungguh tidak tega melihat keadaannya yang semakin hari semakin parah.Sudah berkali-kali

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 41

    Pelakor Itu TantekuAku dan Mas Pram sudah sepakat untuk memberitahu Ayah dan Ibu tentang keadaan Tante Lili saat ini.Kami memutuskan untuk pulang ke rumah Ayah dan Ibu. Karena tidak mungkin, kami mengabari hal ini hanya lewat telepon."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam. Sifa, Pram, kalian datang ke sini kok tidak memberi kabar dulu." Ibu terlihat sedikit kaget dengan kedatangan kami yang tiba-tiba. "Ayo, masuk!" ajak ibu dengan mengambil Fadil dari gendongan Mas Pram.Kami langsung duduk di ruang depan."Ibu tinggal sebentar, ambil minum dan kue. Kebetulan Ibu habis bikin kue kesukaanmu, Fa. Pas sekali kalian datang ke sini.""Ti - tidak usah, Bu. Ayah mana, ya? Sifa mau bicara sama Ayah dan Ibu." "Iya, tapi kalian kan habis perjalanan lumayan jauh. Istirahat dulu, nyantai-nyantai, baru kita bicara. Memangnya mau bicara soal apa, Fa? kamu terlihat serius banget.""Soal Tan - Tante Lili, Bu."Kini pandangan Ibu langsung tertuju ke arahku dengan tatapan yang dalam."Lili lagi. Apal

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 40

    Pelakor Itu Tanteku"Apa, Bu? Tante Lili kabur?"Baru semalam kulewati kebahagiaan bersama Mas Pram. Sekarang pikiranku sudah mulai cemas dan tidak tenang. Ibu memberi kabar, kalau Tante Lili kabur dari rumah. "Kenapa, Fa?" tanya bapak mertua dengan wajah yang penasaran."Kenapa, Sayang? Siapa yang kabur?""Tan - Tante Lili, kabur." "Fa, Ibu minta maaf, karena tidak bisa menjaga tantemu. Ibu sudah kunci kamarnya, tapi dia izin mau ke belakang. Dia pergi tanpa membawa pakaiannya."Tidak bisa dipungkiri, kalau aku merasa takut. Takut kalau Tante Lili akan datang untuk merusak rumah tanggaku bersama Mas Pram, lagi."Bu - bukan salah Ibu. Tapi, memang Tante Lili yang sudah kelewatan. Apa mungkin dia akan ke kota ini lagi, Bu?""Ibu juga tidak tahu, Fa. Kemarin, dia memang keberatan Ibu ajak pulang. Ibu suruh dia resign dari tempat kerjanya. Tapi, dia menolak."Apa sebenarnya rencana Tante Lili sekarang?"Kamu simpan baik-baik surat perjanjian waktu itu, Fa! Kalau Lili macam-macam lagi,

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 39

    Pelakor Itu Tanteku"Kalau berkenan, Mas Pram bisa dibawa pada Ustadz Faiz. In Syaa Allah, beliau bisa menangani keadaan Mas Pram saat ini," terang Pak Burhan selesai menandatangani surat perjanjian. Beliau menjadi salah satu saksi dalam surat perjanjian tersebut. Pak Burhan adalah RT di tempat tinggal Panji. Dan saran dari Pak Burhan disetujui semua pihak keluarga. Mereka yakin kalau Pak Burhan tidak mungkin berbohong atau punya niat tidak baik pada kami.Akhirnya, Pak Burhan langsung mengantar kami ke tempat Ustadz Faiz. Sedangkan Tante Lili, dia tidak dilepaskan begitu saja. Ayah dan Ibu akan membawanya pulang ke rumah. Mereka tidak mengizinkan Tante Lili tinggal satu kota denganku dan Mas Pram, lagi. Sesampainya di rumah Ustadz Faiz, aku terdiam sejenak. Pak Burhan dan semua keluarga nemandangku. Sepertinya mereka paham dengan sikapku itu. "Mari!" ajak Pak Burhan pada kami. "Assalamu'alaikum, Ustadz.""Wa'alaikumsalam," jawab ustadz dengan sikap yang begitu ramah. Aku berdiri

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 38

    Pelakor Itu Tanteku"Jangan, Mbak! Jangan bawa Lili ke pihak berwajib. Lili ngga mau di penjara. Lili mohon, Mbak! Lili minta maaf!" Kata-kata yang terus terucap dari mulut Tante Lili.Hal yang tidak pernah terbayangkan sedikitpun, kalau hubungan Tante Lili dengan kami akan seperti ini.Tangan Ibu terus menyeretnya. Dan Tante Lili tetap berusaha berontak. Ibu langsung menghentikan langkahnya. Dengan mata berkaca-kaca, Ibu menatap Tante Lili begitu tajam. "Minta maaf? Kamu bilang minta maaf? Kamu tahu, berapa banyak hati yang tersakiti karena ulahmu? Terutama Sifa, keponakanmu sendiri."Aku memang belum banyak bicara, karena masih syok dengan apa yang kulihat tadi. Bahkan, degupan jantung yang kencang masih begitu terasa. "Ini soal hati, Mbak. Aku sendiri juga tidak tahu, kenapa bisa mencintai, Pram. Kenapa harus aku yang disalahkan atas semua ini. Tidak adil. Benar-benar tidak adil."PLAKKKKJawaban itu, membuatku mendaratkan sebuah tamparan untuk kesekian kalinya pada Tante Lili.

  • Pelakor Itu Tanteku   Bab 37

    Pelakor Itu Tanteku"Sudah pindah? Mak - maksud Bapak bagaimana, ya?" tanyaku pada seorang Bapak yang mengaku pemilik rumah yang di tempati pamannya Panji."Iya Mbak, mereka cuma nempatin rumah ini untuk satu bulan saja, tapi belum ada seminggu mereka sudah mengosongkan rumah ini. Kelihatannya mereka buru-buru."Tubuhku rasanya begitu lemas. Entah apa maksud dengan semua ini. Aku takut. Benar-benar takut."Ba - Bapak tahu dengan Ustadz yang menempati rumah ini?""Ustadz, Mbak? Saya malah tidak tahu kalau ada Ustadz. Saya permisi dulu, Mbak."Aku langsung berlari menuju mobil, di mana semua keluarga ada di dalam."Kenapa, Fa? Kenapa kamu terlihat bingung seperti itu?" tanya ayah dengan wajah penasaran."Sifa harus segera telepon Panji, Yah."Dadaku terasa bergemuruh dengan begitu banyak pertanyaan yang bergelayut dalam pikiran.Aku harus segera menelepon Panji. Apa maksud dari semua ini? Dengan cepat kutekan nama Panji dalam ponselku. "Panji, kamu di mana sekarang?" tanyaku tanpa mem

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status