Share

Acara Pernikahan

Tidak terasa satu bulan telah terlewati. Keadaan Rendy telah membaik bahkan diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Dan bertepatan di hari pernikahan putrinya dengan Levin, seorang CEO muda putra dari mantan sahabat Rendy sendiri.

Selama itu juga Anna tidak lagi berangkat ke sekolah. Ia fokus menyiapkan diri sebagai pembelian wanita. Levin mengirim anak buah mengatur acara. Dan menyewa jasa desainer ternama untuk membuatkan gaun pengantin mewah buat Anna. Biarpun pernikahannya dengan Anna hanya sebatas pemanfaatan semata, Levin tetap mengadakan acara meriah. Walau tidak mengundang orang-orang terdekatnya.

Di dalam kamar, Anna sedang didandani oleh seorang perias terkenal di Kalimantan. Wajah pucatnya berhasil disulap bagaikan sosok bidadari. Gaun pengantin yang ia kenakan sangat menawan dan mewah. Harganya pun tidak ramah di dompet.

"Kamu sangat cantik sekali," puji perias menatap wajah Anna di pantulan kaca.

Bahkan Anna sendiri tidak menyangka, wajahnya bisa secantik itu. "Terima kasih!" ucap Anna tersenyum manis memandang wajahnya sendiri di kaca cermin.

"Hey, apakah sudah selesai? Kenapa lama sekali. Aku sudah lelah menunggu," gertak Levin tiba-tiba masuk setelah sekian lama menunggu Anna ruang tengah rumah kontrakan sempit kediaman keluarga Rendy.

Pandangan mata Levin tertuju pada cermin di depan Anna. Tatkala melihat bagaimana wajah Anna, Levin sempat termangu sesaat. Mulutnya terbuka sedikit, Anna sangat jauh berbeda dari gadis yang ia temui di rumah sakit satu bulan lalu. Tahi lalat di bawah mata sebelah kanan yang Levin ingat sebagai ciri dari gadis itu.

"Apakah mataku telah salah melihat? Kenapa dia sangat cantik sekali?" batin Levin menggeleng tidak percaya.

"Kenapa melihatku begitu, Kak?" tanya Anna menatap Levin.

Ingat tujuannya, sentak Levin menyadarkan pikirannya. "Cepatlah! Pak penghulu sudah menunggumu," gertak Levin menarik paksa tangan Anna, membawanya pergi keluar dari kamar menuju ke ruang tengah, memang di sana sudah ada pak penghulu dengan beberapa orang tetangga sekitar rumah.

Deg! Jantung Anna berdetak sangat kencang. Tatapan semua orang di sana tertuju kepada dirinya. Selain terkesima dengan kecantikan Anna, sebagian dari mereka ada yang mencaci maki. Iri atas apa yang Anna dapatkan.

"Nasib beruntung untuk Anna. Sudah miskin, anti pergaulan, wajahnya pas-pasan bisa mendapatkan lelaki kaya raya kayak Tuan Levin," bisik tetangga Anna.

"Jangan senang dulu! Harusnya Pak Rendy curiga, orang miskin macam mereka mana mungkin dapat menantu kaya. Ya siapa tau saja Anna mau dijadikan korban proyek," tambah yang satunya juga berbisik.

Begitu selesai melaksanakan ijab dan qabul, saatnya mereka menempati pelaminan yang dipasang di halaman rumah. Bersama Levin, Anna duduk bersanding di atas pelaminan. Menjabat tangan para tamu undangan silih berganti. Tidak ketinggalan senyuman penuh kebahagiaan yang keduanya tunjukkan di wajah masing-masing.

Sungguh Anna sangat bahagia mendapatkan suami idaman semua orang. Meski begitu, Anna masih bertanya-tanya, di dunia ini banyak wanita. Lebih baik dari dirinya. Orang berharta seperti diri Levin, mencari wanita sangatlah gampang. Kenapa Levin malah memilih dirinya yang masih SMA? Berasal dari keluarga miskin pula. Jelas Anna terheran-heran dengan pilihan Levin.

"Aku tidak tau apa tujuan pernikahanku ini. Entah Kak Levin benar-benar ingin menjadikanku istri atau ada maksud lain di balik semua. Terpenting bagiku menyelamatkan nyawa Papa. Pengorbananku tidaklah seberat pengorbanan yang selama ini Papa lakukan membesarkanku," batin Anna menatap wajah ayahnya yang sedang duduk di kursi sebelah Fatiya di bawah pelaminan.

"Mulai detik ini jangan panggil aku Kakak lagi. Aku suamimu bukan saudara tertuamu. Jadi panggil aku dengan hormat sebagai suami!" titah Levin tegas.

Anna menoleh, mereka langsung saling panah tatapan satu sama lain. Aura mata Levin yang menggoda, membuat Anna terkagum.

"Panggil aku, Mas!" perintah Levin kembali menghadap ke depan.

"Baik, Mas," sahutnya gelagapan.

Ketika Levin lengah, Anna menatapnya dari samping. Masih belum percaya, pria tampan dan sekaya Levin telah menjadi suaminya sahnya hari ini.

"Kenapa setiap kali aku menatap Mas Levin, jantungku selalu berdetak kencang? Apakah aku sudah mulai jatuh cinta? Mungkin karena wajah tampannya," batin Anna nyaris saja ia jantungan karena seharian jantungnya berdetak kencang.

Pada sesi foto bersama, Rendy dan Fatiya berfoto riang dengan Anna dan Levin. Sebagai orang tua, mereka sangat bahagia. Putri semata wayang mereka mendapatkan suami yang berasal dari saudagar kaya. Dijamin hidupnya bahagia.

Siang telah berganti sore. Tamu undangan keluarga Rendy yang jumlahnya beribu-ribu kini bisa dihitung dengan jari. Tinggallah pengantin yang masih bersanding di atas pelaminan.

Keringat bercucuran membasahi wajah Anna yang mengenakan pakaian tebal. Make-upnya juga telah luntur terkena keringat.

Seorang pria berusia sekitar 29 tahunan naik ke atas pelaminan menghampiri Levin. Kalau dilihat-lihat, pria itu sudah berada di acara pernikahan Levin dan Anna semenjak tadi pagi.

"Pak Levin, bisakah kita berbicara sebentar! Saya tidak bisa menunggu acara sampai selesai. Ada tugas lain yang harus saya urus," bisik Hasby terdengar samar-samar oleh Anna. "Pak Agung juga telah berada di sini."

"Duluan ke samping sana!" perintah Levin menunjuk dengan mulut kontrakan kecil keluarga Anna.

Hasby mengangguk sembari turun dari pelaminan pergi ke tempat yang Levin perintahkan.

"Mas Levin, kamu mau kemana?" tanya Anna memegang erat pergelangan tangan Levin menahan langkah kakinya menyusul Hasby.

"Ada sesuatu yang harus aku urus dengan orang itu! Kamu tunggu saja aku di sini!" ujar Levin melepaskan jari-jari kecil Anna yang memegang erat pergelangan tangannya.

Pada akhirnya Anna membiarkan Levin pergi menyusul pria itu tadi yang sudah berada di samping rumah.

Tampak dari jauh, di sana juga ada seorang pria dengan usia yang dua kali lipat dari Levin sendiri. Mereka tampak berbicara serius.

"Aku sudah memenuhi syarat mendapatkan warisan yang Ayah angkatku inginkan. Sekarang apakah aku memilikinya?" tanya Levin melipat tangan di dada.

"Semua harta yang Tuan Ryder pegang jatuh ke tanganmu. Surat rumah, perusahaan, dan tanah perkebunan miliknya tercatat atas namamu. Selamat! Kamu sekarang resmi menjadi CEO muda di kantor AJ Crop," ujar Agung, pengacara ayah angkat Levin sembari menyerahkan amplop coklat yang berisi surat warisan.

Levin mengambil amplop di tangan Agung sambil tersenyum manis. "Terima kasih." Mereka saling jabat tangan satu sama lain.

"Sama-sama." sahut Agung tersenyum.

"Selamat juga buat Pak Levin! Aku doakan semoga perusahaan AJ Crop semakin berkembang pesat. Aku percaya dengan ahli bisnismu. Berkatmu selama tiga tahun belakangan ini, perusahaan  AJ Crop berhasil membangun lima belas cabang baru. Kamu memang berbakat," ujar Hasby ketika menjabat tangan Hasby.

"Apakah ada hal penting yang ingin kalian sampaikan?" tanya Levin menatap silih berganti Agung dan Hasby. "Jika tidak ada lagi kata-kata penting dari kalian, maka aku permisi dulu! Aku ingin segera menjalankan malam pertama dengan istriku," tutur Levin menyimpan dokumen pemberian dari pengacara di balik jasnya yang berwarna gold itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status