Share

9. Pria Lain

Penulis: Mira Restia
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-29 03:56:43

Bukan hal yang mudah bagi Vianca berpura-pura tidak mengenal Zeva. Setelah beberapa malam dilewati bersama, tapi Zeva malah menyuruh wanita itu melupakan segala kenangan tentang mereka. Vianca bekerja ditempatkan di bagian resepsionis, dan mau tidak mau dia harus melihat Zeva berjalan tanpa melihat ke arahnya.

Vianca terperanjat dari lamunan tentang Zeva, dari jarak beberapa meter ada pria tegap yang berdiri menatap lekat ke arahnya. Vianca menyipitkan mata, merasa pernah melihat pria itu, namun jarak pandangnya agak jauh sehingga dia takut salah orang.

Pria itu mendekat, semakin mendekat dan tiba-tiba jantung Vianca berpacu tak terkendali. Bayangan kejadian saat SMA melintas dipikirannya. Hal yang pernah membuat dirinya putus asa dalam meraih cita-cita. 

"Selamat pagi, Pak!" sapa Vianca

"Via!" Pria itu tidak menjawab ucapan salam. Malah, memanggil nama kecil Vianca.

Risa yang berada di samping Vianca tercengang karena Vianca dipanggil dengan begitu akrab oleh anak salah satu pemilik perusahaan Tri Golden. Dia Edrick, anak bungsu Pak Aris, atau adiknya Zeva.

"Kabar kamu gimana?" tanya Edrick tanpa tersenyum, nada suaranya melemah.

"Baik," jawab Vianca dan tertunduk.

Edrick terdiam cukup lama sambil menatap lekat pada Vianca, seolah ada hal yang akan dia sampaikan. Namun, tertahan di lidah. Edrick kemudian gelagapan, dan memilih pergi, saat sadar ada Adam dan Zeva sedang berjalan ke arahnya.

Edrick dan Adam pun berlalu setelah sebelumnya, Vianca dan Rissa mengucap salam.

Sementara itu, Zeva melihat sekilas Edrick menyapa Vianca. Zeva malah berasumsi bahwa Edrick diam-diam suka open BO sama wanita nakal juga.

"Kamu kenal sama Pak Edrick? Kenapa kalian kelihatan akrab?" tanya Rissa.

"Teman sekolah."

"Apa teman sekolah?" tanya Rissa tak percaya sambil menatap Vianca dari atas sampai bawah.

Vianca paham, pasti Rissa tak percaya  bahwa dirinya pernah satu sekolah dengan anak pengusaha kaya. "Aku dulu sempat sekolah di SMA favorit karena dapat beasiswa. Tapi cuma sampai kelas 11 karena alasan suatu hal. Lalu pindah karena merasa itu bukan tempat yang cocok buatku."

Rissa menggaruk kepala merasa tak enak sudah bertanya. "Oh, gitu."

Vianca tersenyum, sambil berharap Rissa tidak bertanya alasan dia pindah lebih mendalam. Karena sebenarnya alasan Vianca keluar sekolah itu gara-gara Edrick. Orang yang melakukan perundangan pada Vianca, yang akibatnya mental Vianca sering down sampai sekarang.

Vianca masih ingat dengan jelas, selain menghina secara Verbal, Edrick pernah melempar Vianca dengan kotoran lumpur. Semua itu sudah berlalu pastinya. Kini Edrick bukan siswa nakal lagi, tapi pemuda sukses yang berwibawa. Namun, luka lama tidak bisa begitu saja terhapus di batin Vianca.

***

Vianca merasa ada orang yang mengikutinya dari belakang. Lantas dirinya mempercepat langkah kakinya. Dan suara langkah kaki itu semakin cepat mengikutinya. Vianca menoleh ke belakang dan melihat pria tegap menatap ke arahnya.

Dia hendak pulang mencari

kendaraan umum. Namun tidak jadi, karena pria yang bertemu dengannya tadi pagi memanggil namanya.

"Via!" sapa Edrick.

Vianca tidak menjawab panggilan itu. Gila saja jika Edrick mau melakukan kejahatan seperti saat Sekolah dulu. Apalagi, dia termasuk anak pemilik perusahaan, memalukan jika membully karyawan biasa seperti Vianca.

Edrick mengedarkan pandangan, khawatir ada yang melihat dirinya. "Ikut denganku sebentar, mau?"

Vianca menggeleng. "Mohon maaf, saya harus segera pulang."

"Gimana kalau sekalian aku antar kamu pulang."

Vianca terkekeh. "Kita tidak ada urusan apa pun. Saya bisa pulang sendiri, maaf!"

Vianca melangkahkan kaki, menjauhi Edrick. Namun pria itu berhasil menahan tangan Vianca, dan menyeretnya ke sebuah jalanan gang yang sepi.

"Saya mau pulang."

Vianca memberontak, dia memukul tangan Edrick yg mencengkeramnya dengan erat. Vianca lantas terhenti saat melihat pria itu mematung dengan tatapan teduh.

"Kamu sekarang tinggal di mana? Gimana keadaanmu? Apa hidupmu baik-baik saja?"

Pertanyaan bertubi dari Edrick tidak satu pun dijawab oleh Vianca. Hanya ada satu kalimat yang Vianca utarakan, yaitu keinginannya untuk pulang "Saya mau pulang."

Mendengkus, Edrick lalu perlahan mengutarakan sesuatu. "Kamu harus tahu sesuatu, Via! Sebenarnya, aku tidak bisa tenang saat kamu keluar dari sekolah gara-gara aku. Saat itu ingin sekali minta maaf tapi aku masih terlalu egois buat bilang bahwa aku salah."

Edrick melanjutkan ucapan, setelah sebelumnya melihat reaksi Vianca malahan memalingkan wajah. "Aku dengar dari orang kamu jadi wanita gak bener sampe open BO kaya gitu. Aku semakin merasa bersalah, hidupmu hancur gara-gara aku. Kamu  siswi berprestasi, harusnya lulus dengan baik jika saja aku tidak mengganggumu."

"Tidak juga, hidupku sudah hancur bahkan sebelum bertemu denganmu. Kita bertemu atau pun tidak, tetap saja aku seperti ini. Maka tidak usah merasa bersalah! Dan tolong, biarkan aku pergi."

"Tidak bisa! Aku harus menebusnya! Aku akan bertanggung jawab dan memperbaiki hidupmu. Beri aku sedikit kesempatan, Via."

Vianca mengerutkan dahi. "Tidak usah repot-repot. Urusi saja urusan masing-masing, permisi!"

Vianca setengah berlari hingga nafasnya tersengal. Bertemu dengan pria itu hanya membuka luka lama. Edrick pernah menghinanya secara verbal, dan bagi Vianca hal itu sangat membekas. Vianca menoleh ke belakang, sekadar memastikan bahwa Edrick tidak mengikuti, tapi malahan dirinya menubruk seorang pria.

"Maaf!" ucap Vianca menundukkan kepala.

Wajah Vianca terangkat, dan dia terpaku di tempat saat tersadar pria di hadapannya adalah Zeva. Vianca berusaha tersenyum walau hatinya sedang terluka. Terlebih, Zeva tidak sendirian dia sedang menggandeng seorang wanita, entah mau dibawa kemana wanita itu.

Meskipun Zeva dan Savana terlihat tidak berada dalam situasi yang baik. Namun, Vianca melihat dari sorot mata Zeva bahwa wanita yang berada di samping Zeva begitu berarti. Vianca tidak suka akan hal itu.

"Oh, maafkan saya orang asing. Permisi!"

Zeva mengerutkan dahi karena tersindir dengan ucapan Vianca. Mata Zeva tak lepas menatap Vianca yang berlalu dengan tergesa-gesa. Zeva sadar, seharian ini sudah memperlakukan Vianca bagai mahluk gaib. Vianca jelas terlihat olehnya, tapi Zeva tidak melirik walau sekadar menyapa.

"Kamu kenal sama wanita itu?" tanya Savana sinis.

Terperanjat sejenak, Zeva pun mengalihkan pandangan pada Savana. "Tidak!"

"Jangan bilang! Kamu mau minta balikan sama aku, sementara kamu sendiri berhubungan sama wanita itu. Aku ini wanita, tahu lah ciri-ciri wanita lain saat cemburu kaya gimana."

Zeva terkekeh. "Aku pernah lihat dia kerja di Tri Golden, mungkin aja dia diam-diam kagum padaku. Tapi aku sama sekali gak peduli juga, sih."

Savana merotasi bola mata. "Oke, sementara ini aku percaya sama kamu. Karena dilihat dari penampilan cewek tadi, dia bukan type kamu. Gak ada satu pun barang mahal yang menempel di badannya, pasti dia hanya pesuruh di tempat kerja Adam. But, aku gak suka banget lihat tampang songongnya saat bicara padamu. Cih!"

Zeva tertegun. Dia bahkan tidak benar-benar menyimak ucapan Savana. Dia menyadari satu hal, saat ini Vianca sedang tidak baik-baik saja. Ada satu hal yang membuat wanita itu terluka. Zeva tak habis pikir, hatinya ikut merana saat Vianca terluka.

Mira Restia

Kasih komen yang banyak, aku butuh semangat saat menulis.

| 1
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
liza sarah
novel kedua dr mbak mira yg kubaca. sm bagusnya dgn novel satu lg. penasaran dgn ceritanya. lanjut thor...
goodnovel comment avatar
Syantik bingit
please next thor
goodnovel comment avatar
Teh Warniasih
lanjut Thor Aku Selalu Nunggu Lanjutan Nya......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pelampiasan Pria Angkuh   52. Savana Tertekan

    Savana baru pulang dari luar negeri. Dia kembali ke rumah orang tuanya dengan hati bahagia. Bahagia saat melihat di internet orang-orang ramai-ramai menghujat Vianca. Pasti saat ini Vianca stres berat, suruh siapa merebut Zeva dari dirinya. Sungguh sangat beruntung, dia adalah seorang selebgram berwajah cantik yang disayangi para netizen. Selama penampilan good looking, jika berkeluh kesah di sosial media akan cepat mendapatkan simpati orang lain.High heels Savana berbunyi saat melangkahkan kaki menuju rumah. Dia saat ini menggunakan mini dress warna maroon sebagai lambang keberanian. Selain itu, kakinya sudah sembuh total membuat dia bebas bergerak. Mungkin, nanti malam dia harus mengadakan pesta, pesta atas penderitaan Vianca.Langkah Savana terhenti. Rupanya, di depan orang tuanya yang megah bernuansa art Deco itu ada seorang pria tinggi bertubuh atletis sedang berdiri menantinya.Mata tajam Zeva tersebut terus menatap ke arah wanita yang pernah singga

  • Pelampiasan Pria Angkuh   51. Mertua Jahat

    Sudah sekian lama Zeva tidak menginjakan kaki di rumah ibunya ini. Sejak memilih hidup bersama Vianca, sejak saat itu pula Zeva tidak pernah ke rumah orang tuanya. Namun, semuanya tidak berubah orang tua Zeva tidak pernah bisa sedikit saja mengerti dirinya.Semilir angin malam bertiup halus di depan wajah Zeva. Dia berjalan dari area parkir, menuju ke dalam rumah dengan langkah yang hampa. Dia mengingat video itu kembali, alasan istrinya memilih pergi jauh dari hidupnya."Bi, di mana mamah?" tanya Zeva pada asisten rumah tangga."Beliau sedang ada di kamar."Zeva tak berkata apa-apa lagi, dia menuju kamar ibunya yang berada di lantai dua dengan langkah yang terburu-buru. Sementara itu, dia juga tahu saat ini ayahnya sedang berada di luar kota.Zeva mengetuk pintu. "Mah, ini Zeva!"Lama Zeva menunggu, hingga akhirnya ibunya yang berada di dalam kamar menyahut panggilannya. "Zeva, masuk saja."Zeva membuka pintu, dia melihat sang ibu se

  • Pelampiasan Pria Angkuh   50. Istri yang Pergi

    Keadaan rumah dikunci dari luar. Zeva membuka gerbang dengan kunci cadangan yang dia bawa. Rumahnya sepi, asisten rumah tangga sudah jelas sedang mudik. Namun, istrinya juga tidak ada di rumah. Zeva hanya berpikiran bahwa Vianca sedang pergi ke mini market membeli sesuatu.Namun, sang rumah menampakan kesunyian pula. Seolah dia pun merasakan sedih ditinggal sang nyonya rumah. Sementara itu, tuan rumah tak memiliki prasangka apapun karena merasa baik-baik saja dengan istrinya.Vianca baik, menerima semua kekurangan Zeva, tak mungkin Vianca pergi sembarangan. Kecuali wanita itu sudah berada di puncak kelelahan. Zeva membersihkan badan, mandi di bawah guyuran shower dan merasakan setiap rintik air yang menetes ke tubuhnya dalam kegalauan. Dia terbayang wajah Vianca.Vianca selalu ada di rumah ketika Zeva pulang. Zeva tak menuntut Vianca selalu menyambutnya. Namun, rasanya berbeda saat wanita itu sudah tak melakukan ritual sederhana. Yaitu, hanya sekadar senyum meny

  • Pelampiasan Pria Angkuh   49. Pelakor Viral

    Savana mendapat pesan 'WA dari ibunya. Dia merasa terharu ternyata ibu dan ibu mertuanya sangat sayang padanya. Hingga rela melabrak wanita yang sudah dia ketahui bernama Vianca itu.Awalnya, dia posting di sosial media untuk mencari perhatian orang lain. Setelah berhasil menjadi selebgram dengan kisah cinta yang rumit, rupanya dia mendapatkan kenyamanan. Hal itu dikarenakan, apapun yang dia posting selalu mendapat dukungan.Terbersit dalam hatinya untuk mengunggah video ini. Apalagi jika dia menambahkan soundtrack lagu yang menyayat hati. Pasti setiap orang yang melihat akan iba akan kisah cintanya.Savana tanpa ragu melakukan hal itu. Toh, apapun yang dia lakukan tidak akan membuat Zeva kembali padanya. Dia kini benar-benar menyerah, dan hanya ingin balas dendam pada Vianca. Jika dirinya tak bahagia, maka Vianca juga harus mendapatkan luka yang sama.Akhirnya, video itu berhasil terkirim ke publik dengan judul. "Penggerebegan pelakor mantan suamik

  • Pelampiasan Pria Angkuh   48.I bu Mertua Galau

    "Kamu wanita playing victim. Yang sebenarnya korban adalah anak saya, Savana." Ibunya Savana mulai berkata-kata lagi, tapi saat ini dengan intonasi yang pelan. Dia pun takut anaknya Vianca menangis lagi."Saya tahu, tapi Savana korban dari kelakuan Zeva. Saya tidak tahu menahu kisah Zeva dan Savana seperti apa. Yang saya tahu, Mas Zeva sudah putus dari Savana sebelum menikah dengan saya.""Berarti Zeva dan Savana putus gara-gara kamu, kamu biang kerok semua masalah.""Mas Zeva bilang, saat itu Savana dan Adam kakaknya Zeva ada hubungan, maka dari itu Zeva kesal.""Jangan so tahu kamu. Malah fitnah anak saya."Ibunya Vianca berkata kembali. "Kamu, wanita murahan! Jangan pernah sekali-kali mencoba memfitnah menantu kesayangan saya. Kamu mau melahirkan berapa belas anak pun dari Zeva, tetap saja kamu wanita murahan yang tidak akan mendapat tempat di kehidupan saya."Ibunya Zeva emosi saat melihat teman akrabnya sekaligus besannya sakit hati ole

  • Pelampiasan Pria Angkuh   47. Ditampar Ibu Mertua

    Di rumah baru ini, Vianca melewati berbagai hal. Terutama menyaksikan tumbuh kembang anaknya yang sudah mau satu tahun. Anak nya sudah bisa jalan, sering menggapai benda-benda bahaya disekitar. Vianca kewalahan dan kecapean akan hal itu, tapi itu adalah hal yang menyenangkan dalam hidupnya. Saat melihat canda tawa Rafael, Vianca merasa hidupnya sempurna.Rafael pun tak pernah kekurangan kasih sayang ayahnya. Zeva saat pulang bekerja selalu mengajak anak itu bermain baik di rumah maupun di taman dekat rumah. Mengajak Rafael mandi bola dan yang lainnya.Vianca selalu sibuk di sore hari menyiapkan hidangan kesukaan Zeva. Namun memang, hasil masakan Vianca tidak mengecewakan. Zeva selalu lahap bahkan sampai nambah dua kali sangking bersemangatnya menyantap hidangan dari istrinya itu.Yang kurang dari hidup mereka adalah. Tidak adanya restu dari orang tua mereka. Terlebih Savana pergi ke luar negeri dengan alasan berobat, dia

  • Pelampiasan Pria Angkuh   46. Tempat Pulang

    Savana meletakan ujung pena untuk menandatangani surat gugatan cerai dari Zeva. Tangannya bergetar, air matanya berderai. Dia tak pernah mengira nasibnya akan menjadi janda di usianya yang sangat muda. Apa kata orang nanti?Apalagi, saat ini dirinya masih di atas kursi roda. Ingin mendapat perhatian malah dapat celaka yang berkali lipat.Keluarga Savana begitu terpandang dan disegani. Hal itu semakin membebani batin Savana. Dia kembali terisak mengingat bagaimana nanti reaksi ibunya yang mengetahui kejadian ini.Savana tak sanggup menandatangani kertas itu. Surat tersebut malah dibanjiri air mata dan Savana segera meletakan kembali surat itu ke nakas.Dia menelepon Adam, pria yang pernah menenangkan jiwanya walaupun statusnya adalah suami orang.Adam mengangkat telepon. Dan sepertinya mendengar rintihan Savana. "Hallo, Savana! Kamu menangis?"

  • Pelampiasan Pria Angkuh   45. Toxic

    Vianca melihat istri Melvin membawa kado yang besar. Tadinya dia tidak fokus pada kado yang keluarga itu bawa. Vianca menjadi lega, sepertinya kedatangan Melvin bukan untuk hal yang jahat, tapi untuk berkunjung layaknya saudara."Vianca, ini untuk anak kamu!""Makasih banyak, kak!"Siapa namanya anakmu itu.""Namanya Rafael Nichole. Panggilannya Rafael atau Rafa, tapi kadang aku panggil aja Dek Fael."Lucu banget panggilannya."Cindy masuk ruangan tamu sambil membawa Rafael. "Wah, ada Kak Melvin di sini. Ya, ampun, kak Melvin kemana aja, gak pernah mudik. Ibu sama aku hampir lupa punya kakak cowok.""Iya, maafin Kaka Cindy. Sini bawa dedeknya, kakak mau lihat wajahnya mirip Vianca atau Zeva.""Wajahnya mirip tantenya, dong hahaha." Cindy mendekat ke arah Melvin.Melvin menatap Rafael dengan lekat. "Ganteng banget, mirip gua ternyata.""Huhuuuuu ...." Cindy bersorak meledek Melvin."Saat lahiran berapa kilo?

  • Pelampiasan Pria Angkuh   44. Semua Orang Layak Bahagia

    Vianca sudah menunggu Cindy di depan pintu. Saat Cindy tiba dengan menggunakan mobil Edrick, Vianca sangat heran karena wajah adiknya itu murung sambil buru-buru masuk kamar tanpa ucap salam."Edrick, katanya kamu mau pulang sore, tapi malah pulang semalam ini.""Sorry, Vi. Aku keterusan mainnya.""Lain kali jangan gitu, lalu kenapa Cindy kelihatan kesal? Apa yang kamu perbuat padanya.""Aku tidak melakukan apa-apa. Mungkin dia lelah.""Oh, gitu.""Ya." Edrick tertunduk, takut ketahuan bohong. "Ya, sudah, aku pulang dulu, Vi.""Hati-hati di jalan.""Oke."Vianca berjalan menuju kamar Cindy. Dia melihat Cindy berbaring di kasur dengan selimut menutupi perut."Udah mau tidur? Udah cuci kaki dan cuci muka belum? Atau kamu mau mandi air hangat?""Aku lagi bete, mau tidur aja.""Jangan gitu, dong jorok, tahu.""Bodo amat, lagi bete.""Emang kesal sama siapa, sama Edrick!""Ya sama sia

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status