Share

8. Terluka

Author: Mira Restia
last update Last Updated: 2021-07-24 17:20:34

Vianca sudah memakai pakaian putih-hitam karena hari ini ada panggilan kerja. Namun, walaupun masih pagi, dia diresahkan oleh kehadiran Melvin di depan rumahnya. Kakaknya itu, nampak kumal, serta belum mengganti pakaian hang out. Sepertinya, Melvin semalaman habis party bersama teman-temannya.

Vianca berada dibalik pintu, dia tidak ingin berurusan dulu dengan kakaknya. Dia tahu, kakaknya akan datang jika sudah kehabisan uang.

"Vi ... Vi ... buka pintunya! Kakak tahu kamu ada di dalam!" teriak Melvin.

Vianca terperanjat, berdiri dibalik pintu, tetap bertahan menunggu kakaknya itu pergi. Namun, cukup sulit membuat Melvin pergi. Vianca beberapa kali melihat jam di tangannya, cemas karena khawatir akan terlambat.

Melvin lagi-lagi mengetuk pintu, kali ini lebih kencang karena sudah cukup pusing dari tadi menunggu. "Woy, buka, woy! Adik sialan, gak tahu diri! Udah syukur kamu disekolahin sama bokap, pas udah gede malah pelit kaya gini."

Vianca melirik ke sisi jendela, ada wajah Melvin di sana, sedang mengintip. Memang, cuma kelihatan sedikit karena terhalang gorden, tapi Vianca melihat mata Melvin melotot sambil memukul kaca hingga kacanya bergetar. 

Buru-buru Vianca menyembunyikan amplop berisi uang ke dalam rak sepatu, sebelum membuka pintu untuk kakaknya. Dia tidak bisa bersembunyi lagi. 

Baru saja suara kunci terdengar, pintu sudah didorong kencang, membuat Vianca sedikit terdorong oleh pintu.

"Lama sekali kamu buka pintu!"

"Sorry! Aku lagi pakai headset tadi."

"Alesan aja, kamu mau pergi ke mana?" tanya Melvin.

"Ada panggilan kerja hari ini, aku hampir terlambat. Kita bisa ngobrol lain waktu aja, Kak!"

Melvin mengangkat kedua alisnya, memperhatikan Vianca dari atas hingga bawah. Matanya tertuju pada tas warna maroon yang berada di lengan Vianca. Melvin merebut tas tersebut, menumpahkan semua isinya ke lantai. Melvin mengumpat, karena dia tidak mendapatkan apa-apa selain  uang pecahan dua puluh ribu tiga lembar.

"Jangan diambil, itu cuma pas-pasan  buat ongkos." Vianca mengambil benda yang jatuh tercecer. Ada bedak, lipstik, ponsel, dan dompet. Vianca berdiri lantas memukul lengan Melvin dengan tas itu. "Balik sana ke tempatmu!"

Melvin tidak mendengarkan Vianca, dia berjalan tergesa-gesa menuju kamar, mencari uang simpanan Vianca. 

Vianca mengacak rambutnya, resah. "Tolong jangan buat berantakan kamarku, Kak. Kakak gak akan dapat apa-apa, karena aku pun sudah tak punya uang."

Melvin tak menghiraukan Vianca. Namun, pria itu tidak mendapatkan apa-apa. Lalu dia pun pergi tanpa rasa bersalah sama sekali.

Vianca berdebar, dia takut ketahuan menyembunyikan uang di rak sepatu. Saat Melvin benar-benar pergi, barulah perasaan dia mulai membaik lalu cepat-cepat memasukan uang itu ke dalam tasnya. Merapikan pakaian sejenak, dia pun cepat-cepat pergi ke Perusahaan Tri Golden. Dia hampir terlambat.

***

Vianca duduk dengan peserta tes yang lain. Dia sedang menanti hasil tes tulis yang dia jalani tadi, yang akan diumumkan sesudah jam makan siang. Semua rangkaian tes akan dilakukan di hari yang sama, kecuali medical cek up. Jadi, jika lolos tes tulis kali ini, akan interview di hari ini juga.

Risa, wanita cantik yang duduk bersamanya nampak mumpuni untuk dijadikan karyawan. Rasa percaya diri dan attitude Risa membuat Vianca minder. Tapi Vianca harus tetap bertahan, karena seharusnya setiap orang punya rejeki masing-masing.

"Jam istirahat berapa menit lagi ya, Vi? Aku mau ke toilet dulu, anter, yuk!" ajak Risa.

"Sekitar 10 menit lagi, boleh, yuk!"

Vianca berjalan berdua dengan teman barunya. Dia berharap, Risa dan dirinya sama-sama diterima karena jumlah karyawan yang akan diterima berjumlah lima orang dari 20 pelamar yang dipanggil hari ini. Sementara Risa masuk toilet dia menunggunya di luar, di sebuah lorong sambil mengutak-atik handphone.

Vianca tertegun, saat melihat pria tampan yang berada di depannya, pria yang pernah memboking dirinya. Awalnya Vianca ragu itu adalah Zeva, karena penampilannya jauh berbeda. Rambut Zeva lebih rapi dan tentunya dengan pakaian rapi juga, id card yang terpasang di saku kemeja pria itu membuat Vianca tersadar bahwa Zeva bekerja di tempat ini.

Vianca kebingungan, apakah dia harus menyapa Zeva akan tetapi pria itu sedang bersama dua orang yang nampaknya orang penting dan mempunyai jabatan tinggi. Lalu, beberapa detik kemudian mata pria itu memandang ke arah dirinya. 

Tidak lama Zeva memandang Vianca, sempat membulatkan mata, akan tetapi setelah itu mengalihkan pandangan, seakan-akan mereka tidak pernah saling mengenal, apalagi bermalam bersama.

Tiga pria itu melangkah sambil berbincang. Melewati Vianca yang sedang mematung menatap pria yang sudah berubah sikap. Bahkan, ketiganya tidak ada yang menyahut saat Vianca mengucapkan salam selamat siang. 

Mungkinkah, Zeva ataupun rekan bisnisnya sedang membicarakan hal penting sehingga tidak menyadari ada wanita yang berusaha menyapa walau segan. Vianca berusaha mengerti keadaan ini.

Risa menepuk bahu Vianca sambil tersenyum. "Kok ngelamun, Vi?"

Vianca terperanjat, kejadian barusan membuat dirinya tidak konsen. "Gak, kok. Gak ngelamun."

"Lagi lihatin cogan, ya? Pasti lagi lihatin yang tengah itu." Risa menunjuk Zeva. "Emang, sih. Dia itu ganteng banget."

***

Vianca kembali ke rumah hampir jam tujuh malam karena macet. Di dalam benaknya, hal yang paling dia ingin lakukan saat tiba di rumah adalah scrubing dan mandi. Hal itu mampu membuat dirinya kembali segar.

Lantas, dia menggapai handuk dan mulai membersihkan diri. 

Setelah dia merapikan diri dengan mengenakan pakaian tidur, dia menjatuhkan diri ke kasur sambil tangan tak lepas dari ponsel. Mencoba mengirim pesan pada pria yang mengganggu pikirannya.

"Hallo, Zeva! Apa kabar? Tadi aku melihatmu di Tri Golden, kamu kerja di sana? Aku juga sedang tes di Tri Golden. Kamu tahu? Aku lulus tes, dan sudah bisa bekerja lusa. Bahkan, tidak ada orang curang yang meminta sogokan. Aku senang akhirnya aku bisa lolos kerja dengan usahaku sendiri."

Vianca membulatkan mata saat tahu pesannya dibalas dengan cepat oleh Zeva. "Lo hebat! Selamat, ya! But sorry, Vi. Jika kita bertemu lagi di mana pun itu, anggap saja kita tidak pernah saling kenal. sorry."

Vianca mengerutkan dahi atas jawaban Zeva. "Kenapa? Aku salah apa? Apa kenal denganku adalah hal yang memalukan?"

"Sorry, Vi. Lo tahu sendiri keluarga gua kaya gimana. Mereka bakal rese kalau sampai ketahuan gua pernah BO cewek."

Vianca tidak membalas lagi. Dia khawatir balasannya akan melukai harga dirinya. Dia tahu hidupnya kelam, tapi mendengar langsung dari mulut Zeva membuat hatinya perih. Padahal, sebelumnya dia sudah berkhayal akan mentraktir Zeva karena sudah diterima kerja. Dia ingin melihat ekspresi pria itu memberi selamat, tapi rasanya percuma.

Sebenarnya, bagi Vianca suatu hal yang wajar jika antara dirinya dan mantan pelanggan di kemudian hari saling melupakan. Akan tetapi, dia tidak mengerti mengapa malah terasa berat ketika orang yang melakukan hal itu adalah Zeva. Pria yang membuatnya ketakutan setengah mati, yang membuat hari-harinya jadi berisik. Akan tetapi malah menjadi lebih berwarna.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pelampiasan Pria Angkuh   52. Savana Tertekan

    Savana baru pulang dari luar negeri. Dia kembali ke rumah orang tuanya dengan hati bahagia. Bahagia saat melihat di internet orang-orang ramai-ramai menghujat Vianca. Pasti saat ini Vianca stres berat, suruh siapa merebut Zeva dari dirinya. Sungguh sangat beruntung, dia adalah seorang selebgram berwajah cantik yang disayangi para netizen. Selama penampilan good looking, jika berkeluh kesah di sosial media akan cepat mendapatkan simpati orang lain.High heels Savana berbunyi saat melangkahkan kaki menuju rumah. Dia saat ini menggunakan mini dress warna maroon sebagai lambang keberanian. Selain itu, kakinya sudah sembuh total membuat dia bebas bergerak. Mungkin, nanti malam dia harus mengadakan pesta, pesta atas penderitaan Vianca.Langkah Savana terhenti. Rupanya, di depan orang tuanya yang megah bernuansa art Deco itu ada seorang pria tinggi bertubuh atletis sedang berdiri menantinya.Mata tajam Zeva tersebut terus menatap ke arah wanita yang pernah singga

  • Pelampiasan Pria Angkuh   51. Mertua Jahat

    Sudah sekian lama Zeva tidak menginjakan kaki di rumah ibunya ini. Sejak memilih hidup bersama Vianca, sejak saat itu pula Zeva tidak pernah ke rumah orang tuanya. Namun, semuanya tidak berubah orang tua Zeva tidak pernah bisa sedikit saja mengerti dirinya.Semilir angin malam bertiup halus di depan wajah Zeva. Dia berjalan dari area parkir, menuju ke dalam rumah dengan langkah yang hampa. Dia mengingat video itu kembali, alasan istrinya memilih pergi jauh dari hidupnya."Bi, di mana mamah?" tanya Zeva pada asisten rumah tangga."Beliau sedang ada di kamar."Zeva tak berkata apa-apa lagi, dia menuju kamar ibunya yang berada di lantai dua dengan langkah yang terburu-buru. Sementara itu, dia juga tahu saat ini ayahnya sedang berada di luar kota.Zeva mengetuk pintu. "Mah, ini Zeva!"Lama Zeva menunggu, hingga akhirnya ibunya yang berada di dalam kamar menyahut panggilannya. "Zeva, masuk saja."Zeva membuka pintu, dia melihat sang ibu se

  • Pelampiasan Pria Angkuh   50. Istri yang Pergi

    Keadaan rumah dikunci dari luar. Zeva membuka gerbang dengan kunci cadangan yang dia bawa. Rumahnya sepi, asisten rumah tangga sudah jelas sedang mudik. Namun, istrinya juga tidak ada di rumah. Zeva hanya berpikiran bahwa Vianca sedang pergi ke mini market membeli sesuatu.Namun, sang rumah menampakan kesunyian pula. Seolah dia pun merasakan sedih ditinggal sang nyonya rumah. Sementara itu, tuan rumah tak memiliki prasangka apapun karena merasa baik-baik saja dengan istrinya.Vianca baik, menerima semua kekurangan Zeva, tak mungkin Vianca pergi sembarangan. Kecuali wanita itu sudah berada di puncak kelelahan. Zeva membersihkan badan, mandi di bawah guyuran shower dan merasakan setiap rintik air yang menetes ke tubuhnya dalam kegalauan. Dia terbayang wajah Vianca.Vianca selalu ada di rumah ketika Zeva pulang. Zeva tak menuntut Vianca selalu menyambutnya. Namun, rasanya berbeda saat wanita itu sudah tak melakukan ritual sederhana. Yaitu, hanya sekadar senyum meny

  • Pelampiasan Pria Angkuh   49. Pelakor Viral

    Savana mendapat pesan 'WA dari ibunya. Dia merasa terharu ternyata ibu dan ibu mertuanya sangat sayang padanya. Hingga rela melabrak wanita yang sudah dia ketahui bernama Vianca itu.Awalnya, dia posting di sosial media untuk mencari perhatian orang lain. Setelah berhasil menjadi selebgram dengan kisah cinta yang rumit, rupanya dia mendapatkan kenyamanan. Hal itu dikarenakan, apapun yang dia posting selalu mendapat dukungan.Terbersit dalam hatinya untuk mengunggah video ini. Apalagi jika dia menambahkan soundtrack lagu yang menyayat hati. Pasti setiap orang yang melihat akan iba akan kisah cintanya.Savana tanpa ragu melakukan hal itu. Toh, apapun yang dia lakukan tidak akan membuat Zeva kembali padanya. Dia kini benar-benar menyerah, dan hanya ingin balas dendam pada Vianca. Jika dirinya tak bahagia, maka Vianca juga harus mendapatkan luka yang sama.Akhirnya, video itu berhasil terkirim ke publik dengan judul. "Penggerebegan pelakor mantan suamik

  • Pelampiasan Pria Angkuh   48.I bu Mertua Galau

    "Kamu wanita playing victim. Yang sebenarnya korban adalah anak saya, Savana." Ibunya Savana mulai berkata-kata lagi, tapi saat ini dengan intonasi yang pelan. Dia pun takut anaknya Vianca menangis lagi."Saya tahu, tapi Savana korban dari kelakuan Zeva. Saya tidak tahu menahu kisah Zeva dan Savana seperti apa. Yang saya tahu, Mas Zeva sudah putus dari Savana sebelum menikah dengan saya.""Berarti Zeva dan Savana putus gara-gara kamu, kamu biang kerok semua masalah.""Mas Zeva bilang, saat itu Savana dan Adam kakaknya Zeva ada hubungan, maka dari itu Zeva kesal.""Jangan so tahu kamu. Malah fitnah anak saya."Ibunya Vianca berkata kembali. "Kamu, wanita murahan! Jangan pernah sekali-kali mencoba memfitnah menantu kesayangan saya. Kamu mau melahirkan berapa belas anak pun dari Zeva, tetap saja kamu wanita murahan yang tidak akan mendapat tempat di kehidupan saya."Ibunya Zeva emosi saat melihat teman akrabnya sekaligus besannya sakit hati ole

  • Pelampiasan Pria Angkuh   47. Ditampar Ibu Mertua

    Di rumah baru ini, Vianca melewati berbagai hal. Terutama menyaksikan tumbuh kembang anaknya yang sudah mau satu tahun. Anak nya sudah bisa jalan, sering menggapai benda-benda bahaya disekitar. Vianca kewalahan dan kecapean akan hal itu, tapi itu adalah hal yang menyenangkan dalam hidupnya. Saat melihat canda tawa Rafael, Vianca merasa hidupnya sempurna.Rafael pun tak pernah kekurangan kasih sayang ayahnya. Zeva saat pulang bekerja selalu mengajak anak itu bermain baik di rumah maupun di taman dekat rumah. Mengajak Rafael mandi bola dan yang lainnya.Vianca selalu sibuk di sore hari menyiapkan hidangan kesukaan Zeva. Namun memang, hasil masakan Vianca tidak mengecewakan. Zeva selalu lahap bahkan sampai nambah dua kali sangking bersemangatnya menyantap hidangan dari istrinya itu.Yang kurang dari hidup mereka adalah. Tidak adanya restu dari orang tua mereka. Terlebih Savana pergi ke luar negeri dengan alasan berobat, dia

  • Pelampiasan Pria Angkuh   46. Tempat Pulang

    Savana meletakan ujung pena untuk menandatangani surat gugatan cerai dari Zeva. Tangannya bergetar, air matanya berderai. Dia tak pernah mengira nasibnya akan menjadi janda di usianya yang sangat muda. Apa kata orang nanti?Apalagi, saat ini dirinya masih di atas kursi roda. Ingin mendapat perhatian malah dapat celaka yang berkali lipat.Keluarga Savana begitu terpandang dan disegani. Hal itu semakin membebani batin Savana. Dia kembali terisak mengingat bagaimana nanti reaksi ibunya yang mengetahui kejadian ini.Savana tak sanggup menandatangani kertas itu. Surat tersebut malah dibanjiri air mata dan Savana segera meletakan kembali surat itu ke nakas.Dia menelepon Adam, pria yang pernah menenangkan jiwanya walaupun statusnya adalah suami orang.Adam mengangkat telepon. Dan sepertinya mendengar rintihan Savana. "Hallo, Savana! Kamu menangis?"

  • Pelampiasan Pria Angkuh   45. Toxic

    Vianca melihat istri Melvin membawa kado yang besar. Tadinya dia tidak fokus pada kado yang keluarga itu bawa. Vianca menjadi lega, sepertinya kedatangan Melvin bukan untuk hal yang jahat, tapi untuk berkunjung layaknya saudara."Vianca, ini untuk anak kamu!""Makasih banyak, kak!"Siapa namanya anakmu itu.""Namanya Rafael Nichole. Panggilannya Rafael atau Rafa, tapi kadang aku panggil aja Dek Fael."Lucu banget panggilannya."Cindy masuk ruangan tamu sambil membawa Rafael. "Wah, ada Kak Melvin di sini. Ya, ampun, kak Melvin kemana aja, gak pernah mudik. Ibu sama aku hampir lupa punya kakak cowok.""Iya, maafin Kaka Cindy. Sini bawa dedeknya, kakak mau lihat wajahnya mirip Vianca atau Zeva.""Wajahnya mirip tantenya, dong hahaha." Cindy mendekat ke arah Melvin.Melvin menatap Rafael dengan lekat. "Ganteng banget, mirip gua ternyata.""Huhuuuuu ...." Cindy bersorak meledek Melvin."Saat lahiran berapa kilo?

  • Pelampiasan Pria Angkuh   44. Semua Orang Layak Bahagia

    Vianca sudah menunggu Cindy di depan pintu. Saat Cindy tiba dengan menggunakan mobil Edrick, Vianca sangat heran karena wajah adiknya itu murung sambil buru-buru masuk kamar tanpa ucap salam."Edrick, katanya kamu mau pulang sore, tapi malah pulang semalam ini.""Sorry, Vi. Aku keterusan mainnya.""Lain kali jangan gitu, lalu kenapa Cindy kelihatan kesal? Apa yang kamu perbuat padanya.""Aku tidak melakukan apa-apa. Mungkin dia lelah.""Oh, gitu.""Ya." Edrick tertunduk, takut ketahuan bohong. "Ya, sudah, aku pulang dulu, Vi.""Hati-hati di jalan.""Oke."Vianca berjalan menuju kamar Cindy. Dia melihat Cindy berbaring di kasur dengan selimut menutupi perut."Udah mau tidur? Udah cuci kaki dan cuci muka belum? Atau kamu mau mandi air hangat?""Aku lagi bete, mau tidur aja.""Jangan gitu, dong jorok, tahu.""Bodo amat, lagi bete.""Emang kesal sama siapa, sama Edrick!""Ya sama sia

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status