Share

10. Celana Dalam Siapa?

Zeva menghempaskan diri pada kasurnya. Kemudian mengatur posisi yang baik untuk meluruskan kaki. Dia kelelahan, setelah pulang bekerja harus bersusah payah membujuk Savana untuk balikan padanya. Usahanya tak sia-sia, wanita itu memberi kesempatan ke dua dengan syarat Zeva harus memperbaiki imagenya yang buruk dan Zeva pun diminta untuk berusaha supaya naik jabatan. Atau bahkan, membuat Perusahan sendiri.

Savana adalah motivasi hidupnya. Tentu saja sebagai laki-laki dia harus berusaha memenuhi yang Savana mau. Terlebih, Savana minta uang mahar yang tinggi jika mereka sampai maju ke pelaminan.

Bel pintu berbunyi. Zeva mengumpat. Baru saja dia berhasil istirahat melepas aktivitas yang menguras energi. Akan tetapi malah ada tamu tak diundang malam-malam begini. 

"Tamu laknat dari mana yang ganggu istirahat gua?" Zeva yang bertelanjang dada memakai T-shirt, sebelum membuka pintu apartemen.

Pintu dibuka. Dia melihat sosok pria tegap nyengir ke arahnya. Tak lama, pria itu merangkul sampai Zeva merasa sesak karena terlalu kencang rangkulannya. "Bang Zev!"

"Eh, Edrick! Ayo masuk!" Zeva mengacak rambut adiknya, lalu menarik leher Edrick dengan lengan kekarnya, membuat Edrick tertatih menyesuaikan langkah Zeva.

Edrick meringis saat tubuhnya diseret oleh Zeva. Sungguh sambutan yang membuat badan terasa sakit. Leher Edrick terasa pegal dibuatnya. "Gua ini adik lo, Bang Zev. Bukan hewan ternak yang mau dikurbankan."

Zeva hanya tertawa saat Edrick protes. Mereka dari dulu kelakuannya lebih bar-bar dari ini jika bertemu. Maklum saja, sejak kecil Edrick satu kamar dengan Zeva. Terpaut usia 8 tahun, membuat Edrick kecil sering digendong oleh Zeva saat kelelahan bermain sore hari.

"Lo kenapa gak bilang kalau mau ke sini?"

"Bang Zev adalah Abang gua, kenapa gua harus repot-repot kasih laporan kalau mau maen ke sini. Lagian, setelah lo keluar di penjara, malah jarang nengokin gua."

"Bukan gitu, gua bisa stock makanan yang banyak kalau tahu lo nginep di sini. Gua tahu porsi makan lo kaya orang yang lagi mukbang. Gak ada kenyangnya. Iya 'kan?"

Edrick tersenyum sambil mengiyakan dalam hati. Meskipun di depan para wanita Edrick sosok yang dingin tak tersentuh. Namun di depan Zeva, Edrick lebih bebas dan gokil dari yang orang lain lihat.

Mereka akhirnya mengobrol banyak hal sampai larut malam. Edrick berhenti mengobrol saat melihat mata Zeva mulai meredup tanda mengantuk. Akhirnya, Edrick pun memutuskan untuk mengajak kakaknya istirahat.

"Pinjem celana pendek dong Bang, Zev. Gua mau tidur, nih."

Zeva menggelengkan kepala. "Lo kebiasaan banget, sih. Bukannya bawa sendiri."

"Hahaha ... Kenapa, sih, Bang? Bukannya dari dulu kita biasa satu pakai?"

Zeva merotasi bola mata. " Ya udah, ambil sana! Ambil satu jangan dua."

"Gua masih waras, mana mau pakai celana dua lapis saat tidur." Edrick berkata sambil melangkah ke kamar Zeva.

Edrick menghentikan langkah di depan lemari, mencoba menebak letak lipatan celana pendek. Saat dia membuka lemari, dan benar saja letaknya di situ. Namun, dia kaget saat menemukan kotak kado yang terbuka, sehingga dia tahu isinya adalah pakaian dalam wanita. 

Edrick terkekeh, berlari menghampiri Zeva sambil mengangkat benda itu. "Bang! Ini punya lo? Hahaha ... Ayah akan bunuh lo, kalau lo sampai nekad jadi transgender."

Zeva terbelalak, mengejar Edrick yang sudah kabur duluan sambil mengacung-acungkan benda keramat itu, layaknya bendera.

"Kembalikan benda itu!"

"Jawab dulu! Ini untuk apa? Apa lo pakai ini buat pesugihan?"

"Sembarangan!" Zeva menerkam adiknya hingga mereka terjatuh di kasur Zeva. Mereka rebutan celana dalam wanita hingga tarik-tarikan. "Edrick! Awas jangan sampai robek! Benda ini punya kisah tersendiri buat gua."

"Mbak Savana pasti membatalkan pertunangan, kalau sampai dia tahu ada celana dalam wanita lain di apartemen lo, Bang!"

"Makannya, lo jangan bilang siapa-siapa, apalagi Savana. Kalau lo buka mulut, celana dalam ini gua jejalin ke mulut lo."

Zeva melonggarkan tangannya, teringat pada Savana. Jika dia ingin menikah, maka harus siap melepas kenangan apa pun dengan wanita lain. Zeva mendengkus dan berkata, "Ya udah! Ambil aja kalau lo suka!"

Edrick mendadak ingin muntah mendengar ucapan Zeva lalu melempar benda itu ke sembarang tempat. "Amit-amit."

Zeva tersenyum sambil menatap Edrick. "Lagipula, ini milik wanita kesayangan lo. Balikin aja sama lo sana!"

Edrick mengerutkan dahi, kebingungan atas pernyataan Zeva. Edrick mengangkat bahu sambil menggelengkan kepala pada Zeva. "Maksud Bang Zev?"

"Tadi pulang dari kantor, lo ketemuan 'kan sama cewek di gang sepi? Nah, ini milik cewek itu."

Jantung Edrick berpacu tak beraturan. Hanya satu wanita yang dia temui yaitu Vianca. Butuh waktu beberapa menit untuk Edrick memahami bahwa Zeva dan Vianca pernah bermalam bersama. Edrick hanya ingin meminta maaf pada Vianca, tapi malah mendapat kenyataan yang di luar dugaannya.

Zeva berkata kembali, "Tenang aja! Gua gak akan bilang sama bokap, kalau lo pernah ketemu sama PSK. Selama lo jaga rahasia gua, gua bisa jaga rahasia lo."

Ah tidak, perkataan itu membuat Edrick ingin memaki dirinya sendiri. Setidaknya, dia ikut andil dalam terpuruknya kisah hidup Vianca. Namun lebih dari pada itu, saat tahu hidup Vianca dalam kesulitan dia ingin kembali sebagai sosok yang baru. Bukan sebagai pengganggu seperti dulu, tapi sebagai pelindung Vianca.

"Kenapa lo diem?" tanya Zeva saat melihat Edrick diam.

Edrick yang menunduk akhirnya mengangkat kepala menatap Zeva. "Gua kaget, kenapa lo bisa kenal sama Vianca, Bang?"

"Gua juga sama kaget, saat tahu lo bisa kenal sama dia. Jadi, kita sama-sama kaget."

"Tapi gua nemui dia cuma untuk minta maaf!"

Zeva tersenyum. "Mustahil! Gua mergok lo nyeret tubuh wanita itu ke gang sepi, gak mungkin cuma buat minta maaf. Pasti kalian ciuman 'kan?"

Edrick mendengkus. "Tolonglah, Bang Zev! Gua bukan pria mesum macam lo. Banyak alasan lain kenapa gua bertemu dia, selain ciuman."

Zeva menatap lekat ke arah Edrick. "Alasan lain apa yang bikin lo harus sampai minta maaf di gang sepi kaya gitu?"

"Gua gak bisa cerita, itu privasi. Yang jelas, gua punya satu kesalahan yang besar pada Vianca."

Zeva terlalu gengsi untuk mengatakan bahwa dirinya sangat penasaran tentang hal apa yang terjadi antara Edrick dan Vianca. Lagipula, dia harus mulai fokus menjalani hidup dengan Savana dan berhenti ikut campur urusan Vianca.

Namun, Zeva merasa harus bertanya satu hal pada adiknya ini. "Edrick! Lo suka sama Vianca? Wanita itu gak mungkin bisa masuk dalam keluarga kita. Ayah dan Ibu gak akan setuju dengan latar belakang keluarganya yang gak jelas."

"Enggak, gua hanya ingin minta maaf. Sekalian menebus kesalahan. Justru, gua yang harus tanya sama lo, Bang Zev. Lo cinta banget sama dia sampe-sampe benda pribadi milik dia dijadikan kenangan kaya gitu?"

Zeva bungkam, wajahnya pucat kembali.

Edrick melanjutkan ucapan. "Bahkan celana dalam itu di simpan di kotak kado. Benar-benar konyol, bucin yang meresahkan."

Mira Restia

Team Zeva - Vianca atau Team Edrick - Vianca ?? (•‿•)

| 1
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dan Sinaru
sangat bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status