Sudah tengah hari keduanya tidak keluar dari kamar sama sekali hanya untuk menghabiskan waktu berdua dengan kegiatan panas yang baru saja selesai beberapa wkatu lalu, Linda membelakangi Nelvan karena malu menatap wajah lelaki itu.
Bisa-bisanya ia begitu mudahnya tergoda untuk di sentuh oleh Nelvan, lelaki itu tidak memaksanya bahkan Nelvan meminta ijin yang artinya memberikan kesempatan untuk Linda menolak, tapi Linda justru dengan mudahnya menerima tawaran Nelvan.
“Aghh..!”
“Kenapa membelakangiku? Bukankah aku pemain yang hebat?” Nelvan tanpa permisi memainkan milik Linda, meremasnya dari belakang dengan satu tangan bebas.
Linda menggigit bibir bawahnya ketika jari nakal Nelvan menarik ujung dari sebuah benda yang sangat sentif sehingga menimbulkan rasa ngilu yang membuat ingin lagi. Nelvan menarik Linda untuk berbalik menatapnya, mendaratkan kecupan lembut di kening Linda.
“Istirahatlah, aku akan kembali sore atau ma
Nelvan pulang tepat pukul delapan kurang beberapa menit, saat itu Linda juga baru selesai menyantap makan malamnya di buat menoleh saat Nelvan masuk ke dalam kamar sembari melonggarkan dasinya, melepaskan kancing lengan baju sebelum di gulung sampai siku.“Kau sudah makan?” tanya Nelvan, Linda mengangguk.Nelvan duduk dengan helaan nafas panjang terlihat sangat nyaman dengan lega bisa istirahat.“Bagaimana denganmu? Apa kau sudah makan?” tanya Linda balik. Nelvan mengangguk sebelum memperbaiki duduknya menghadap Linda, menjadikan paha gadis itu sebagai bantal.“Aku sangat lelah, jadi tolong biarkan aku di posisi ini sebentar.” Nelvan memejamkan mata, Linda tak bergerak ia justru di buat kaget karena permintaan Nelvan, tapi lelaki itu benar-benar terlihat kelelahan sehingga Linda tidak tega mengusir Nelvan untuk pindah dari pangkuannya.“Apa Hans mengantarmu?”“Tidak, pengawalku yang lain
Beberapa orang menatap Nelvan heran ketika lelaki itu berdiri di rak yang di penuhi oleh benda kebutuhan wanita, untungnya rasa malu Nelvan tidak begitu besar berkat masker yang ia pakai. Begitu banyak jenis benda di deretan rak itu sampai Nelvan tidak tau mana yang sedang Linda butuhkan.“Apa bedanya sayap dengan yang tidak?” gumam Nelvan.“Dia pasti sangat menyayangi kekasihnya sampai rela membelikan pembalut wanita, sangat jarang ada lelaki seperti ini, dia pasti menahan malu demi kekasihnya.” ucap ibu-ibu yang lewat di belakang Nelvan.Nelvan mendengus, ia mengambil satu produk pada masing-masing benda yang ada di rak itu, terserah mana yang akan di pakai oleh Linda yang jelas ia membelikan semuanya, biar Linda yang memilih mana yang akan dia pakai.Menahan malu, Nelvan berdiri di depan kasir untuk membayar, penjaga kasir menatap Nelvan heran melihat begitu banyak pembalut di beli. Nelvan memalingkan wajah, “Segera di tot
Seharian mereka berdua tidak ada yang keluar dari kamar, selain Linda yang sedang menahan nyeri datang bulan, Nelvan juga sedang menemani Linda tanpa mau meninggalkan gadis itu sendirian.Ada hal baru yang Nelvan rasakan saat dekat dengan Linda, gadis itu memang pernah berkata tidak akan mencintainya tapi siapa yang tau waktu akan berlalu dan membuat Linda menarik kata-katanya kembali.Dengan penuh hati-hati Nelvan memperbaiki selimut untuk Linda saat gadis itu masih tidur, mungkin rasa sakitnya sudah tidak sesakit tadi sehingga Linda bisa memejamkan matanya dengan tenang, tak lama terdengar ketukan di pintu membuat Nelvan segera membukanya karena ia tau itu adalah Hans.“Pesawat akan siap nanti malam.” Ucap Hans.“Bukankah sudah aku bilang untuk menundanya beberapa hari lagi?” Nelvan menahan Hans untuk masuk tapi asisten sekaligus temannya itu sudah masuk tanpa permisi dan melihat Linda yang sedang tidur.Hans berbalik menc
Keinginan Nelvan untuk tinggal beberapa hari lagi di Seattle harus musnah ketika sebuah panggilan penting datang mengintrupsi. Pagi hari ia dan Linda sudah menempuh perjalanan menuju Los Angeles, pertemuan mendadak ini baru di beritahu oleh Hans saat pukul sembilan malam dan pagi hari Nelvan harus segera bergegas untuk menempuh perjalanannya.Saat di perjalanan, Linda benar-benar di abaikan karena Nelvan terlihat sangat serius menggunakan tab, di layar tersebut menampilkan beberapa grafik yang tidak Linda ketahui alhasil ia hanya diam dan akan berbicara ketika Nelvan yang mengajaknya duluan.Wajah serius Nelvan seperti ini sungguh menambah ketampanan lelaki yang pada dasarnya memang berparas menawan, tapi kenapa sifatnya selalu membuat Linda bertanya-tanya.Suatu saat Linda pasti akan terbiasa, hanya butuh waktu untuk membiasakan diri karena perubahan sifat lelaki itu yang tidak bisa terbaca.“Kau nanti ikut denganku.” Ucap Nelvan tanpa mengal
“Kalian terlihat sangat cocok, kapan hari pernikahan kalian di lakukan?” tanya Julius, sepupu Nelvan.“Yang pasti tidak akan lama lagi.” Jawab Nelvan yakin.Dalton tak lama datang menghampiri tiga orang yang kini sedang duduk di ruang tamu apartemen besar miliknya, Linda menoleh ke arah ayah Nelvan yang wajahnya sangat sangar dan menakutkan.“Bagaimana dengan mantan calon istrimu itu?” ucap Dalton.“Polisi sedang memburunya, aku hampir mati karena tindakan Bella dan Romy, tapi sekarang tinggal menunggu Bella keluar dari persembunyiannya, aku tidak begitu peduli dengan wanita itu karena aku sudah memastikan kehidupannya tidak akan berjalan lancar saat sudah berurusan denganku.”Linda terdiam, hanya dirinya seorang wanita duduk di antara tiga lelaki dewasa, terlebih Linda tidak terlalu paham dengan pembahasan yang sedang mereka bicarakan, yang pasti Linda hanya tau jika wanita bernama Bella yang pernah
Sudah larut malam tapi Linda tidak bisa tidur, ia masih kepikiran dengan sosok Julia meskipun wanita itu sudah meninggal. Setidaknya Linda bisa tau sedikit mengenai siapa Julia di kehidupan Nelvan sebelumnya agar membuat Linda yakin jika Nelvan tidak sedang mempermainkan perasaan.Linda benar-benar tidak bisa tidur tapi untungnya ponsel yang tergelatak di samping ia berbaring berdering, panggilan video dari Allexin, adiknya yang paling tampan di seluruh dunia.“Kau belum tidur?” tanya Linda tepat ketika ia melihat wajah Allexin di layar ponsel pemberian lelaki itu.“Aku baru selesai latihan dan baru saja tiba di rumah, besok aku libur sekolah jadi jika tidak keberatan apa aku bisa menghubungi Lindaku tersayang?” jawab Allexin dan kembali bertanya pada Linda.Linda terkekeh pelan, tapi ketika cahaya menyinari terang wajah Allexin di sana Linda melihat lebam di wajah adiknya, kening Linda mengernyit, “Jangan bilang kau di
Linda berjalan menjauh dari Maggie dan Nelvan, tapi Nelvan segera mengejar Linda agar masalah tidak semakin memburuk.“Linda, wait!” seru Nelvan, tapi tangan Nelvan di cekal oleh Maggie, lelaki itu berhenti dan menatap ibunya.“Sejak kapan? Sejak kapan kamu sudah bisa berjalan selancar ini?” tanya Maggie.Nelvan melepaskan tangannya, “Aku jelaskan nanti setelah aku berhasil menghentikan Linda untuk pergi,” kemudian Nelvan mengejar Linda yang kini sedang menganmbil beberapa barang miliknya di kamar sebelah lalu keluar namun secepat mungkin Nelvan menutup pintu.Linda sedikit mendongak menatap lelaki yang jauh lebih tingga darinya, lelaki itu kini sudah menguasai pintu tanpa membiarkan Linda keluar.“Minggir Tuan Xander, saya tidak akan mengganggu Anda lagi.” Linda mendorong Nelvan pelan tapi Nelvan menahan kedua bahu Linda, terpaksa Linda kembali mendongak.Tatapan yang di berikan Linda dan kali
Beberapa saat menempuh perjalanan akhirnya Linda sampai di tempat yang harusnya tidak ia tinggalkan, setelah turun dari kendaraan terakhir untuk tiba di rumahnya, tatapan Linda jatuh pada benda berwarna coklat yang melingkari tangannya. Benda itu berwarna merah sebelum layar kecilnya mati.“Sepertinya kehabisan daya, akan aku isi lain kali saja.” Linda melepas dari tangannya, memasukkan benda itu kedalam tasnya lalu berjalan ke rumah.Sebuah rumah yang tak terlalu besar, pintu rumah di buka oleh Linda dan di dalam rumah tersebut kondisinya sangat sepi, sepertinya Allexin sedang tidak tidak di rumah, tapi Linda lebih memilih mengecek ke kamar Allexin karena siapa tau saja adiknya itu sedang tidur.Tapi tetap tidak ada, Linda menutup kembali pintu kamar Allexin dan memilih menghubungi remaja yang sebentar lagi akan enam belas tahun itu, dering ponsel tak di jawab oleh Allexin bahkan Linda sampai menghubungi sebanyak sepuluh kali tapi tidak juga di angk