Masuk“Aakkhh….”
Aluna berteriak kencang. Seluruh benda yang ada di atas meja makan jatuh dan hancur berantakan. Kata-kata yang diucapkan oleh Xavier tadi sukses membuatnya geram. Bagaimana tidak, dari segi manapun dia jauh baik dari Zoe. Pekerjaan, harta dan kecantikannya yang tidak kalah dengan Zoe. Namun pria itu terus menyuarakan penolakan.“Apa yang kamu lakukan Kak?”Adam yang baru pulang dari kegiatan kampusnya, terkejut melihat pecahan piring dan juga gelas yang berserakan di lantai begitupun dengan makanannya.“Xavier, dia terus menolakku. Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi, Dam!” kata Aluna. Ia terduduk di kursi setelah mengamuk sejadi-jadinya.Adam mengusap punggung Aluna dan memeluk kakaknya untuk memberi semangat sekaligus dukungan.“Pak Xavier tidak akan pernah melepaskan cintanya Kak,” kata Adam.Aluna mendongak. Matanya menyipit tajam, tak suka dengan apa yang dikatakanZoe menatap lurus ke depan. Tangannya terus bergerak memilin bajunya. Ia tak tahu harus berbicara seperti apa dan bagaimana untuk menghibur Nora. Ia tahu betul bagaimana perasaan Nora saat ini. Meski wanita itu menunjukkan senyumnya, hatinya pasti sedang menangis saat ini.“Huh…,” desah Nora setelah terdiam cukup lama. Mereka sedang ada di taman untuk mencari udara segar.Zoe menoleh menatap Nora. Sebuah senyum ia lemparkan saat wanita itu tersenyum kepadanya.“Kamu tahu, hatiku rasanya begitu lega setelah mengatakan semuanya. Aku seperti orang yang tidak memiliki beban,” ujar Nora.Zoe tersenyum manis. Ia memberanikan diri menggenggam tangan Nora. “Tante yang kuat ya,” ucap Zoe. Nadanya terdengar pelan, namun penuh arti.Nora membalasnya dengan senyum. “Sebenarnya Tente ingin sekali menampar dan meluapkan kemarahan Tante, tapi Tente menahannya.”“Marah juga tidak akan menyelesaikan semuanya. Semua s
Zoe mengerjapkan matanya. Matanya terlihat menatap kanan dan kiri tempatnya berada saat ini. Dinding berwarna putih dan bau disinfektan menyadarkan Zoe bahwa saat ini masih berada di rumah sakit.Setelah bercengkrama dengan Xavier tadi, Zoe tertidur didekapan Xavier. Tubuh pria itu selalu bisa membuat dirinya nyaman dan tenang.“Sudah bangun?”Zoe yang baru saja mengumpulkan nyawanya, terperanjat kaget. Di sampingnya ternyata ada Nora yang tersenyum ke arahnya. Senyuman itu begitu tipis. Jelas sekali wajah Nora terlihat lelah. Kerutan-kerutan di wajahnya mulai terlihat. Hanya dalam beberapa hari, semuanya merubah Nora. Sikapnya, cara berpikirnya dan perilakunya.“Maaf, tadi saya mengantuk sekali, jadi tidur sebentar. Tapi ternyata saya kebablasan,” ungkap Zoe.Nota tersenyum simpul. Ia lebih mendekat kepada Zoe. “Mau jalan-jalan bersama?” tawar Nora.Zoe terlihat berpikir. Kepalanya menatap ke kanan
Zoe mengembang senyumnya saat Xavier menoleh ke arahnya. Pria itu sedang membersihkan tubuh papanya.Tangan Zoe bergetar saat tiba-tiba ayahnya menghubunginya. Entah dari mana Baskoro memiliki nomornya. Hanya adik dan teman-teman dekatnya yang tahu nomornya yang baru.Zoe menghela napas panjang, ia mengabaikan panggilan dari ayahnya dan lebih memilih menatap Xavier, pria itu beberapa kali tersenyum padanya sebelum akhirnya berjalan ke arahnya.“Kamu begitu telaten merawat papamu,” puji Zoe.Xavier tersenyum tipis. “Hanya aku yang ada, jadi mau tidak mau aku harus melakukannya bukan,” jawab Xavier.Zoe tersenyum manis. Tangannya mengusap kepala Xavier. “Anak pintar,” pujinya lagi.Xavier tertawa lebar. Ia merasa seperti anak kecil yang mendapatkan pujian karena telah mengerjakan tugas dengan baik dan benar.“Aku bukan anak kecil yang suka diusap kepalanya,” kata Xavier.“Lalu apa kesukaanmu?” tanya Zoe meladeni guyonan Xavier.“Kamu!” jawab Xavier yang sukses membuat pipi Zoe merona me
Zoe membeli beberapa makanan ringan dan kue untuk dibawa ke rumah sakit. Ia membulatkan tekadnya untuk meminta bantuan pada Xavier.Ia tidak mungkin meminta bantuan pada Adam atau yang lainnya. Adam sedang kesusahan. Pria itu sudah sibuk mengurus kakaknya yang sedang sakit.Memilih menaiki taxi, Zoe segera pergi ke rumah sakit. Ia mengatakan pada supri taxi arah dan tujuannya. Taxi itu berjalan meninggalkan kompleks perumahan Sofia.Jalanan yang lengang membuat perjalanannya tidak terlalu lama. Supir taxi menurunkan Zoe tepat di depan pintu masuk rumah sakit.Berjalan perlahan, Zoe dibuat mengernyitkan keningnya saat melihat Xavier berjalan entah dari mana.“Eros!” panggil Zoe yang membuat Xavier langsung menoleh.Xavier tersenyum simpul. Kedua tangannya terbuka lebar siap memeluk tubuh kecil Zoe.“Dari mana?” tanya Zoe manja. Ia berada di dekapan Xavier saat ini.“Hanya
Zoe mengernyitkan keningnya. Matanya menatap penuh tanya sosok Sofia. “Apa ada orang seperti itu? Bukankah kamu bisa mendapatkan laki-laki manapun dengan mudah,” balas Zoe.Sofia tersenyum tipis. “Ada. Dan aku sangat menyukainya.”Zoe mengulum senyum menanggapi ucapan Sofia. Kali ini ia benar-benar merasa jika Sofia terlihat berbeda. Sikap dan cara menatap serta gaya bicaranya, semuanya terlihat bukan seperti Sofia.“Oh ya…katakan padaku, apa yang membuatmu ke sini? Kita lupakan masalahku, mari kita bahas tentang kamu,” ucap Sofia mengalihkan pembicaraan.Zoe menarik napasnya dalam-dalam. Ia menarik sudut bibirnya dengan terpaksa. Ia sebenarnya malu harus bicara pada Sofia, tapi jika bukan Sofia siapa lagi yang bisa dimintai pertolongan.Ini adalah kali pertama ia meminta bantuan pada Sofia. Jika bukan karena telah vakum lama menjadi streamer dua satu plus, pasti ia tak akan sebingung ini.“Sebenarny
“Apa katamu? Coba ulangi lagi apa yang kamu katakan tadi,” sergah Baskoro. Ia yang tadinya membelakangi Zoe, kini memutar tubuhnya menatap Zoe dengan binar kebencian.“Jadi kamu ingin melihat Ayahmu mati!” seru Biskoro.Zoe menggusar rambutnya yang terurai ke belakang. “Lalu Ayah ingin melihatku mati. Jika Ayah masih terus berjudi maka aku yang akan mati Ayah…,” lirih Zoe. suaranya terdengar pilu.“Aku mohon berhentilah berjudi, Ayah,” mohon Zoe memelas. Sisa-sisa air matanya masih tertinggal di pipinya.Baskoro tidak menjawab pria itu justru mengingatkan kembali tujuannya datang menemui Zoe. “Aku tunggu uang darimu esok lusa. Jika kamu tidak memberinya aku akan mendatangi tempat tinggalmu yang sekarang.”Tidak ada jawaban yang diberikan oleh Zoe, wanita itu hanya menatap punggung ayahnya yang sudah berjalan menjauh.Zoe menghela napas panjang dan beratnya. Tangannya bergerak membuka salah satu aplikasi mobile banking. Tangannya mengelus dadanya saat melihat jumlah saldo di rekeningny







