MasukZoe mengembang senyumnya saat Xavier menoleh ke arahnya. Pria itu sedang membersihkan tubuh papanya.Tangan Zoe bergetar saat tiba-tiba ayahnya menghubunginya. Entah dari mana Baskoro memiliki nomornya. Hanya adik dan teman-teman dekatnya yang tahu nomornya yang baru.Zoe menghela napas panjang, ia mengabaikan panggilan dari ayahnya dan lebih memilih menatap Xavier, pria itu beberapa kali tersenyum padanya sebelum akhirnya berjalan ke arahnya.“Kamu begitu telaten merawat papamu,” puji Zoe.Xavier tersenyum tipis. “Hanya aku yang ada, jadi mau tidak mau aku harus melakukannya bukan,” jawab Xavier.Zoe tersenyum manis. Tangannya mengusap kepala Xavier. “Anak pintar,” pujinya lagi.Xavier tertawa lebar. Ia merasa seperti anak kecil yang mendapatkan pujian karena telah mengerjakan tugas dengan baik dan benar.“Aku bukan anak kecil yang suka diusap kepalanya,” kata Xavier.“Lalu apa kesukaanmu?” tanya Zoe meladeni guyonan Xavier.“Kamu!” jawab Xavier yang sukses membuat pipi Zoe merona me
Zoe membeli beberapa makanan ringan dan kue untuk dibawa ke rumah sakit. Ia membulatkan tekadnya untuk meminta bantuan pada Xavier.Ia tidak mungkin meminta bantuan pada Adam atau yang lainnya. Adam sedang kesusahan. Pria itu sudah sibuk mengurus kakaknya yang sedang sakit.Memilih menaiki taxi, Zoe segera pergi ke rumah sakit. Ia mengatakan pada supri taxi arah dan tujuannya. Taxi itu berjalan meninggalkan kompleks perumahan Sofia.Jalanan yang lengang membuat perjalanannya tidak terlalu lama. Supir taxi menurunkan Zoe tepat di depan pintu masuk rumah sakit.Berjalan perlahan, Zoe dibuat mengernyitkan keningnya saat melihat Xavier berjalan entah dari mana.“Eros!” panggil Zoe yang membuat Xavier langsung menoleh.Xavier tersenyum simpul. Kedua tangannya terbuka lebar siap memeluk tubuh kecil Zoe.“Dari mana?” tanya Zoe manja. Ia berada di dekapan Xavier saat ini.“Hanya
Zoe mengernyitkan keningnya. Matanya menatap penuh tanya sosok Sofia. “Apa ada orang seperti itu? Bukankah kamu bisa mendapatkan laki-laki manapun dengan mudah,” balas Zoe.Sofia tersenyum tipis. “Ada. Dan aku sangat menyukainya.”Zoe mengulum senyum menanggapi ucapan Sofia. Kali ini ia benar-benar merasa jika Sofia terlihat berbeda. Sikap dan cara menatap serta gaya bicaranya, semuanya terlihat bukan seperti Sofia.“Oh ya…katakan padaku, apa yang membuatmu ke sini? Kita lupakan masalahku, mari kita bahas tentang kamu,” ucap Sofia mengalihkan pembicaraan.Zoe menarik napasnya dalam-dalam. Ia menarik sudut bibirnya dengan terpaksa. Ia sebenarnya malu harus bicara pada Sofia, tapi jika bukan Sofia siapa lagi yang bisa dimintai pertolongan.Ini adalah kali pertama ia meminta bantuan pada Sofia. Jika bukan karena telah vakum lama menjadi streamer dua satu plus, pasti ia tak akan sebingung ini.“Sebenarny
“Apa katamu? Coba ulangi lagi apa yang kamu katakan tadi,” sergah Baskoro. Ia yang tadinya membelakangi Zoe, kini memutar tubuhnya menatap Zoe dengan binar kebencian.“Jadi kamu ingin melihat Ayahmu mati!” seru Biskoro.Zoe menggusar rambutnya yang terurai ke belakang. “Lalu Ayah ingin melihatku mati. Jika Ayah masih terus berjudi maka aku yang akan mati Ayah…,” lirih Zoe. suaranya terdengar pilu.“Aku mohon berhentilah berjudi, Ayah,” mohon Zoe memelas. Sisa-sisa air matanya masih tertinggal di pipinya.Baskoro tidak menjawab pria itu justru mengingatkan kembali tujuannya datang menemui Zoe. “Aku tunggu uang darimu esok lusa. Jika kamu tidak memberinya aku akan mendatangi tempat tinggalmu yang sekarang.”Tidak ada jawaban yang diberikan oleh Zoe, wanita itu hanya menatap punggung ayahnya yang sudah berjalan menjauh.Zoe menghela napas panjang dan beratnya. Tangannya bergerak membuka salah satu aplikasi mobile banking. Tangannya mengelus dadanya saat melihat jumlah saldo di rekeningny
“Kamu yakin tidak mau ikut?” tanya Xavier. Pagi ini dia akan mengunjungi ayahnya lagi.Zoe menggeleng. “Hari ini aku akan pulang ke kontrakan. Aku ingin mengambil beberapa barang yang masih ada di sana.”“Baiklah kalau begitu. Nanti pulangnya akan aku jemput. Tunggu aku di sana,” kata Xavier.Zoe mengangguk. Ia mengecup singkat bibir Xavier. Namun pria itu justru memperdalam ciumannya.Zoe memukul beberapa kali dada Xavier, agar melepaskan ciuman mereka.“Cepatlah pergi. Mamamu pasti sudah menunggu,” kata Zoe.Xavier mengangguk. Ia segera masuk ke dalam mobil dan meninggalkan halaman rumahnya.Zoe terus melambaikan tangannya hingga mobil Xavier tak terlihat. Zoe langsung masuk ke dalam, mengambil tas dan dompetnya lalu turun ke bawah. “Nona, Tuan ingin saya mengantarkan Anda,” kata petugas keamanan yang bekerja di rumah Xavier.“Tidak perlu Pak, saya bisa naik angkutan umum,” tolak Zoe lembut.“Tapi Nona….”“Saya yang akan bicara dengan Xavier. Anda tidak perlu takut,” potong Zoe.Zo
Mata Xavier memerah. Pria itu langsung membawa Zoe pulang setelah puas melayangkan tinjunya pada Adam. Xavier murka, bibirnya baru terbuka ketika mereka sampai rumah. Disepanjang jalan, pria itu sama sekali tidak membuka mulutnya. Xavier juga mengendarai mobil dengan ugal-ugalan.“Apa kata-kataku kurang jelas. Bukankah aku sudah mengatakan bahwa aku tidak suka dengan Adam, lantas kenapa kamu masih saja berduaan dengannya!” omel Xavier panjang lebar.“Apa kamu suka dengannya?!” seru Xavier.Zoe menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Xavier. Matanya menatap takut-takut pria di depannya ini. Xavier tersenyum miring. Ia mendekat, merengkuh pinggang Zoe. “Kamu tahu, tubuhmu adalah milikku. Dan hanya aku yang bisa membuatmu merasa puas, Angel.”Zoe menelan ludahnya pelan. Tenggorokannya mendadak lupa cara untuk menelan. Kata-kata yang diucapkan oleh Xavier membuat bulu kuduknya meremang.“A–aku tahu,” sahut Zoe tergagap.“Aku dan Adam hanya berbincang tadi. Dia tidak sengaja melihatk







