FAZER LOGIN“Sudah mendapatkan informasinya?” tanya Nora pada Baskara–asisten pribadinya. Baskara maju beberapa langkah, lebih mendekat pada Nora yang saat ini sedang menikmati sarapan paginya. Meja makan pagi ini masih kosong, Xavier masih berada di kamarnya. Semalam tuan muda dari keluarga pratama itu baru datang dan belum keluar dari kamarnya hingga pagi ini. Xavier memang jarang sekali menginjakkan kakinya di kediaman ini. Setelah lulus dari sekolah menengah atas, Xavier memilih tinggal di luar hingga sekarang. Xavier hanya akan pulang jika Jonatan–ayahnya pulang dari luar negeri. “Ini, Nyonya.” Baskara menyerahkan amplop coklat yang ada di tangannya. Selama beberapa hari ini dia diperintahkan untuk mengikuti dan mencari tahu informasi tentang seorang wanita bernama Zoe. Nora tersenyum miring. Matanya membaca tuntas informasi yang dikumpulkan oleh Baskara. Mulai dari ayah sampai adik Zoe. Semuanya ia baca tanpa terlewat sedikitpun, dan seperti dugaannya, Zoe hanyalah wanita dari keluarga
Zoe menahan napasnya. Ini tentu bukan pertama kalinya dia melepas pakaiannya. Waktu itu dia juga pernah melakukannya. Namun, entah kenapa rasanya sekarang begitu berat untuk melakukan hal ini.“Melepas bajuku?” Zoe tersenyum centil. Ia memainkan anak rambutnya sambil terus berusaha mengulur waktu.“Safano: ayo lakukan. Biarkan kami melihatmu!”“Ganga: memberimu 500 koin.”“Diego: memberimu 750 koin.”“Anak mama: ayo hibur kami. Jawab setuju dan aku akan berikan yang kamu mau!”Zoe menghela napas panjang dan berat. Bibirnya mencebik seolah-olah tengah kesal. Suara manja dan centilnya kembali menyapa para penontonnya.“Sayang sekali aku tidak bisa melakukan hal itu. Beberapa hari yang lalu aku sedang terluka di bagian dadaku, jadi… aku tidak bisa melakukannya.”“Sekali lagi aku minta maaf ya,” ucap Zoe sambil menangkupkan tangannya. Bola mata Zoe bergerak membaca setiap komentar bernadakan kekecewaan dari para penontonya, meski tidak semua. Zoe tersenyum lebar. “Bagaimana kalau kita me
Zoe menghela napas berat. Kata-kata Xavier terus menari-nari dipikirannya, bahkan ketika dia hendak melakukan live. Malam ini dia akan kembali live setelah sekian lama tidak menyapa para penggemarnya. Dari kata-kata yang diucapkan Xavier, dia bisa menyimpulkan bahwa pria itu hanya menginginkan tubuhnya tanpa ingin terikat lebih jauh. Entah akan seperti apa akhir hubungan tak jelas ini nantinya, tapi yang bisa dia lihat, dia akan tertahan di samping Xavier tanpa kepastian dan status yang jelas.“Sudahlah sebaiknya aku segera memulai live ku saja,” kata Zoe mencoba menghentikan kerumitan dalam otaknya.Menarik napas panjang, Zoe mulai menekan ikon untuk memulai live. Senyum manis dan lambaian tangan menyambut, para penontonnya yang mulai masuk sedikit demi sedikit.Mata Zoe bergerak, membaca satu persatu penonton yang menonton livenya malam ini, tidak ada nama Eros di sana padahal selama ini Eros tidak pernah sedetikpun ketinggalan menonton livenya.Senyum ceria itu tak selebar sebelum
Zoe melangkah masuk ke dalam lift, tubuhnya sedikit membungkuk ketika melewati Aluna. Zoe keluar dari apartemen Xavier karena mengira pria itu memilih menunggu di luar karena adanya Aluna tadi. Namun, siapa yang menyangka bahwa percakapan mereka masih terus berlanjut hingga di depan lift. Dan sialnya dia harus mendengar apa yang tak ingin didengarnya.Xavier–pria itu mengatakan dengan sangat jelas bahwa dia sama sekali tidak menganggapnya sebagai sosok yang spesial.“Maaf, mengganggu pembicaraan kalian,” ucap Zoe memecah kesunyian di dalam lift. Saat ini di dalam lift hanya ada Xavier dan dirinya, sementara Aluna–wanita itu memilih untuk tidak ikut masuk entah karena apa.Xavier menyeringai. Kakinya melangkah dua langkah, mendekat tepat di belakang Zoe.Kepala Xavier sedikit menunduk, maju ke depan. Bibirnya sejajar dengan telinga Zoe. Dari dinding lift, Xavier bisa melihat wajah wanitanya yang ditekuk.“Cemburu…?”Zoe mensengus. Tangan Xavier yang hendak merengkuh pinggangnya, ia he
“Xavier….”Aluna tersenyum manis menyapa Xavier yang kebetulan membuka pintu apartemennya bahkan sebelum dia menekan bel. Mungkin inilah yang dinamakan jodoh. Tanpa dipanggil mereka sudah datang sendiri.Membayangkannya hal itu, pipi Aluna memerah. Rasa tertariknya pada Xavier memang begitu besar, jadi wajar saja jika dia mudah tersipu bahkan hanya karena sebuah khayalannya yang belum tentu terwujudnya.“Apa aku mengganggu?” tanya Aluna dengan suara lemah lembut. Tangannya menenteng lunch box yang dibawanya dari rumah mamah Xavier.Xavier mendesah malas. Matanya terlihat enggan menatap wajah Aluna. Wanita di depannya ini sudah seperti hama yang terus berkeliaran di sekitarnya. “Tante Nora yang memintaku kemari untuk mengantarkan ini.” Aluna menyerahkan lunch box yang dibawanya, tapi saya Xavier sama sekali tidak memperdulikannya. Tangan pria itu bahkan tidak bergerak sedikitpun dari posisinya yang sedang bersedekap dada.Aluna menggigit bibir bawahnya. Rasa tidak percaya diri itu mul
“Surprise….”Xavier mendengus kesal, matanya menatap malas pada sosok Reyhan dengan senyum sejuta pesona di wajahnya. Dari sekian banyak hari dan waktu, kenapa sahabatnya itu harus datang di waktu yang tidak tepat.Xavier menolehkan kepalanya ke belakang, memastikan bahwa Zoe tidak atau belum keluar dari kamar, sementara tangannya menahan pintu agar Reyhan tidak masuk ke dalam.“Buka dong, aku bawa kabar bagus nih!” ucap Reyhan berusaha untuk masuk ke dalam.“Aku sibuk! Datang saja lain waktu,” sahut Xavier menolak kedatangan Reyhan mentah-mentah.Reyhan menghela napas panjangnya. Kakinya ia gunakan untuk menahan daun pintu ketika Xavier akan menutup pintu apartemennya. Matanya memelas memohon agar diperbolehkan masuk.“Aku benar-benar sibuk, Rey!” ujar Xavier menekankan setiap kalimat yang meluncur dari mulutnya. “Kembalilah dua jam lagi, oke?”Reyhan mengernyitkan keningnya. Xavier memang tidak terlalu suka menerima tamu, tapi kelakuan sahabatnya ini membuat sisi hatinya bertanya-t







