Home / Romansa / Pelayan Cantik Sang Billionaire / Bab 5. Ahli Waris Tunggal

Share

Bab 5. Ahli Waris Tunggal

last update Last Updated: 2024-09-19 23:25:47

Cahaya matahari pagi mulai merayap masuk melalui sela-sela jendela, membuat ruangan sedikit lebih terang. Tristan mengerjap-ngerjapkan matanya, tubuhnya masih terasa lelah dari malam sebelumnya. Pria tampan itu mengulurkan tangannya, menyentuh ke sisi kanan mengharapkan kehangatan tubuh wanita yang dia beli harusnya masih ada di sana. Namun, tangannya hanya menyentuh selimut yang dingin.

Tristan segera duduk tegak, matanya menyapu ruangan. Ranjang kosong. Wanita itu sudah tidak ada. “Sial, ke mana wanita itu?”

Tristan mengerutkan alis berpikir sejenak. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Napasnya memburu saat dia menyadari bahwa tidak hanya wanita itu yang hilang, tapi kemejanya juga lenyap. Detik itu juga dia melompat dari ranjang, matanya liar mencari tanda-tanda ke mana wanita itu pergi. Dia berjalan cepat menuju meja kecil di sudut ruangan. Dompetnya tergeletak di sana, tapi ketika dia membukanya, beberapa lembar uang tunai sudah hilang. Tampak senyuman sinis terlukis di wajah tampannya. 

“Berani sekali dia kabur dariku,” gumam Tristan dengan seringai dingin, wajahnya berubah gelap. “Ck! Wanita bodoh!”

Tristan merasakan adrenalin membanjiri tubuhnya. Dia merapikan rambutnya yang acak-acakan, lalu mulai memeriksa kamar dengan seksama, memastikan dirinya tidak salah. Namun, semuanya menunjukkan hal yang sama—wanita itu sudah kabur.

Kebiasaannya selalu sama. Setelah membeli seorang perempuan, Tristan bermain dengan mereka sampai dia bosan, baru kemudian melepaskannya. Namun perempuan yang baru saja dia dapatkan, melarikan diri sebelum dia memutuskan untuk membuangnya.

“Wanita sialan, hanya aku yang bisa membuangmu! Kau tidak boleh melarikan diri dariku!” geram Tristan penuh emosi. 

Wajah Tristan memerah karena amarah yang meluap-luap. Dia mengangkat ponselnya dan menekan nomor asistennya. Saat sambungan tersambung, suaranya berubah dingin dan berbahaya.

“Temukan perempuan itu,” perintah Tristan tegas tanpa basa-basi. “Dia kabur tadi malam. Cari di setiap sudut kota. Aku ingin dia ditemukan secepatnya.”

“Maaf, Tuan? Perempuan mana yang Anda maksud?” tanya sang asisten dari seberang sana. 

“Perempuan yang bersamaku selamam, Sialan! Apa aku harus menjelaskannya juga?!”

“Tuan, bagaimana cara saya menemukannya?” 

“Ck! Kau bertanya padaku? Aku sudah membayarmu mahal, Bodoh!” 

Sang asisten panik. “B-baik, Tuan. Saya akan mencari wanita yang Anda maksud.” 

Tristan memutuskan panggilan dan tersenyum sinis, seringainya semakin kejam. “Kau pikir bisa kabur dariku semudah itu. Tunggu sampai kau tertangkap. Aku akan membuatmu menyesal.”

Tristan merasa harga dirinya diinjak-injak oleh wanita yang semalam terlihat begitu lemah dan tak berdaya. Sekarang, dia dipermalukan, dan satu-satunya cara untuk menenangkan dirinya adalah dengan mendapatkan wanita itu kembali—entah bagaimana caranya. Bagaimanapun, dia yang sudah membelinya. Tidak ada yang boleh mengambil apa yang menjadi miliknya.

***

Suasana di rumah keluarga Redford pagi itu terasa tegang. Brittany dan Veronica sibuk mempersiapkan diri, mengenakan pakaian terbaik yang mereka miliki. Pagi ini, pengacara Carter—Pierre—akan datang untuk membacakan surat wasiat. Mendiang ayah Cordelia telah meninggalkan warisan yang selama ini mereka nantikan.

Brittany tersenyum menatap hangat putri kebangaannya. “Sayang, ini adalah hari kita. Kekayaan Carter akan jatuh ke tangan kita.” 

Veronica mengangguk, matanya berbinar dengan penuh harap. “Tentu saja, Mom. Cordelia hanyalah anak lemah yang tidak tahu apa-apa. Dia bahkan sudah mencemarkan nama baik keluarga.”

Brittany mendengkus kasar. “Wanita bodoh itu tidak pantas mendapatkan apa pun dari keluarga ini.”

Suara bel rumah berbunyi. Seorang pelayan segera membuka pintu, dan Pierre, pengacara Carter, masuk dengan sebuah map tebal di tangannya. Wajahnya tenang tapi tegas, sesuai dengan profesinya.

“Selamat pagi, Nyonya Brittany, Nona Veronica,” sapa Pierre sambil memberi hormat kecil. “Terima kasih sudah meluangkan waktu. Saya di sini untuk membacakan surat wasiat mendiang Tuan Carter.”

Brittany dan Veronica berdiri, saling berpandangan dengan penuh antisipasi. 

“Tentu, Pierre. Kami sudah menantikan ini,” ujar Brittany sambil tersenyum ramah, meskipun senyumnya penuh kepalsuan.

Pierre mengangguk singkat. “Sebelum saya memulai, ada satu hal. Saya harus meminta Nona Cordelia untuk hadir.”

Wajah Brittany langsung berubah, ekspresinya menjadi gelap. “Cordelia? Untuk apa dia di sini? Dia ... dia tidak perlu mendengar ini.”

Pierre mengangkat alis, tetap tenang. “Maaf, Nyonya, tapi sesuai instruksi Tuan Carter, seluruh ahli waris harus hadir.”

Brittany menahan napasnya, lalu menghela dengan berat. “Baiklah, saya akan menyuruh pelayan untuk memanggilnya.”

Tidak lama kemudian, Cordelia yang masih lemah dan pucat dibawa keluar dari kamar. Matanya bengkak karena menangis sepanjang malam. Pakaian lusuh yang dikenakannya—kemeja yang dia ambil dari Tristan—membuatnya tampak tidak pantas berada di sana. 

Saat matanya bertemu dengan Brittany dan Veronica, dia mencoba tersenyum lemah, berharap mereka akan mendengarkan penjelasannya. Namun, pandangan jijik dari ibu tiri dan saudari tirinya membuatnya kembali bungkam.

Pierre tersenyum penuh wibawa. “Baiklah, karena semua sudah hadir, saya akan membacakan isi surat wasiat Tuan Carter Redford.”

Semua di sana menatap Pierre, dan hanya Cordelia yang seakan tak peduli. Sementara Veronica dan Brittany sudah sangat tak sabar mendengar isi dari wasiat itu.  

Pierre membuka mulutnya setelah sekian lama memeriksa berkas-berkas itu. “Seperti yang kita semua ketahui, saya di sini untuk membacakan isi surat wasiat mendiang Tuan Carter Redford. Beliau telah meninggalkan instruksi yang jelas mengenai pembagian asetnya.”

Brittany menyilangkan kakinya dengan anggun, menyembunyikan kegelisahan di balik senyum palsu. Veronica yang duduk di sebelah Brittany menunjukkan senyum licik, yakin bahwa ayah tirinya tentu akan lebih memilih mereka daripada Cordelia yang lemah. 

“Kami siap mendengar berita baik itu, Pierre,” kata Brittany dengan nada yang dibuat sehalus mungkin.

Pierre mengangguk singkat, lalu mulai membacakan dokumen-dokumen itu dengan tenang. “Pertama-tama, Brittany Redford akan menerima rumah peristirahatan di Aspen, Colorado, serta sejumlah uang tunai sebesar lima ratus ribu dolar.”

Senyum Brittany perlahan memudar. Dia mengerutkan kening, sedikit terkejut dengan jumlah yang menurutnya sangat kecil. Aura wajahnya menunjukkan rasa tak puas. 

“Hanya itu?” tanya Brittany berusaha tenang. 

Pierre mengabaikan pertanyaannya dan melanjutkan, “Untuk Veronica Redford, mendiang Tuan Carter telah memberikan koleksi perhiasan antiknya serta sebuah apartemen di pusat kota New York.”

Veronica tertegun. Meski hadiah itu bernilai besar, dia berharap lebih—seperti kontrol atas perusahaan atau sebagian besar aset bernilai tinggi lainnya. Wajahnya berubah kaku, senyum yang tadi menghiasi bibirnya menghilang dalam sekejap.

“Kami seharusnya mendapatkan lebih dari ini!” gumam Veronica dengan suara rendah, matanya berkilat marah saat menatap ibunya.

Pierre tetap tenang dan melanjutkan, “Sekarang, kita sampai pada bagian utama dari surat wasiat ini. Mendiang Tuan Carter Redford telah menunjuk ahli waris utama yang akan mewarisi seluruh aset keluarga, termasuk saham mayoritas perusahaan Redford Corp, properti utama keluarga Redford, dan seluruh kekayaan finansialnya.”

Brittany dan Veronica menatap Pierre dengan mata penuh harap. Mereka yakin bahwa nama yang akan disebut adalah salah satu dari mereka. Namun, yang keluar dari mulut Pierre mengejutkan mereka hingga ke tulang.

“Seluruh warisan Carter Redford akan jatuh ke tangan Cordelia Redford.”

Keheningan panjang memenuhi ruangan. Wajah Brittany memucat seketika, sementara Veronica menatap Pierre dengan ekspresi tak percaya. Ibu dan anak itu tampak menunjukkan kemarahan tertahan. 

 “Itu tidak mungkin! Carter pasti telah membuat kesalahan! Aku ini istrinya, mana mungkin dia hanya memberikan sesedikit itu padaku!” seru Brittanu tak terima. 

“Benar, aku juga putrinya. Bukan hanya Cordelia yang merupakan putrinya!” Veronica mencengkeram lengan kursinya begitu kuat, jemarinya memutih. 

Cordelia, yang sedari tadi diam, terkejut mendengar namanya disebut sebagai pewaris tunggal. Dia tidak pernah membayangkan dirinya mendapatkan apa pun dari sang ayah. Sementara itu, Pierre tetap tenang dan profesional, meskipun suasana semakin memanas.

“Tuan Carter Redford telah meninggalkan instruksi yang sangat jelas dalam wasiat ini,” kata Pierre tegas. “Cordelia Redford adalah ahli waris tunggal dari seluruh aset dan saham keluarga Redford. Itu sudah diputuskan dengan sah.”

“Tidak bisa! Kau pasti mempermainkan kami!” Brittany, tak mampu menahan amarahnya lagi, bangkit dari kursinya dengan cepat, menunjuk Pierre dengan penuh tuduhan. “Carter pasti telah dibodohi! Dia tidak mungkin menyerahkan semuanya pada wanita ini!” Teriaknya, matanya menyala dengan kebencian.

“Cordelia, katakan sekarang! Apa yang sudah kau katakan pada Dad sebelum Dad meninggal?” Veronica ikut berdiri, matanya menyipit penuh kemarahan saat menatap Cordelia. “Kau pasti meminta Dad melakukan sesuatu. Ini semua pasti ulahmu!”

“Mom, Kak Veronica, aku sama sekali tidak melakukan apa pun.” Cordelia menggeleng, mencoba berbicara. “Aku ... aku tidak tahu apa-apa soal ini. Aku tidak pernah meminta ini. Aku bahkan tidak tahu apa pun tentang warisan.” 

“Kami yang seharusnya mendapatkan semuanya!” Brittany menatap Cordelia dengan tatapan yang begitu penuh kebencian hingga Cordelia merasa tubuhnya gemetar. “Kau telah mencemarkan nama baik keluarga ini, dan sekarang kau berani mengambil semuanya dari kami? Setelah apa yang kau lakukan?”

“Mom, tolong dengarkan aku. Aku ... aku sama sekali tidak pernah meminta semua harta milik Dad.” Cordelia gemetaran, suaranya mencicit. “Dan soal mencemarkan nama baik, itu juga—”

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi Cordelia. “Masih berani kau membuat alasan setelah semua bukti-bukti di sini?”

“M- Mom …” lirig Cordelia seraya menyentuh pipi kanannya yang ditampar oleh ibu tirinya. 

“Kau menjual diri, mempermalukan nama baik keluarga dan membuat aku dan Mom terlunta-lunta. Hebat sekali kau Cordelia, aku tidak menyangka kau tidak menganggap kami sebagai keluarga!” bentak Veronica kuat. 

“Tidak, aku tidak pernah—” Cordelia merasa tenggorokannya tercekat, ingin menjelaskan bahwa dia tidak pernah melakukan hal-hal yang dituduhkan kepadanya, bahwa dia tidak pernah berniat mencuri apa pun. Namun, suara Brittany dan Veronica terlalu keras, menutup semua usahanya untuk menjelaskan.

“Sudah cukup! Hentikan keributan ini!” potong Pierre, suaranya kuat dan tegas. “Isi surat wasiat ini sah secara hukum. Jika ada keberatan, silakan ajukan tuntutan melalui jalur yang sesuai. Tapi perlu diingat, hingga saat ini semua keputusan yang tertulis di sini akan segera dilaksanakan.”

Brittany dan Veronica saling berpandangan, raut wajah mereka penuh kemarahan dan kebencian yang semakin mendalam. Pikiran mereka mulai berputar, merencanakan cara untuk menyingkirkan Cordelia dari warisan ini—dengan cara apa pun.

Setelah Pierre selesai dan meninggalkan ruangan, Brittany dan Veronica tetap berdiri di sana, membeku dalam keheningan yang penuh kemarahan. Cordelia masih duduk di sudut ruangan, matanya mulai berkaca-kaca, merasa sendirian meski berada di tengah keluarganya sendiri.

Saat Cordelia mencoba bangkit berdiri, Veronica melangkah mendekat, wajahnya dingin penuh amarah. Dia mencengkeram rahang Cordelia, hingga membuat wanita itu merintih kesakitan. 

“Kau mungkin mendapatkan semuanya sekarang, tapi jangan pernah berpikir bahwa kau akan bisa menikmatinya lama-lama,” seru Veronica penuh kebencian mendalam pada Cordelia. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rna 1122
gila ni laki wkkkkkk
goodnovel comment avatar
Michellyn
up lagi Abi
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pelayan Cantik Sang Billionaire   Bab 71. Ending Scene 

    Kehadiran Theo dan Candena bagaikan kebahagiaan yang tak terkira di keluarga Tristan dan Cordelia. Rosalia, Bernard, dan Alstair selalu sering mengajak Theo dan Candena bermain. Tidak jarang Rosalia, Bernard, dan Alstair mengajak si kembar untuk menginap. Pun bahkan Tony yang tinggal di London kerap mengunjungi kembar. Biasanya setiap kali Tony datang pasti si kembar akan bersama dengan Tony untuk waktu yang cukup lama. Well, Tristan dan Cordelia sudah terbiasa di kala anak-anak mereka diculik oleh keluarga mereka sendiri. Tidak hanya keluarga saja, tapi Rowen dan Alan juga sangat dekat dengan si kembar. Ah, Jovian juga masuk hitungan. Bisa dikatakan si kembar sangat ramah pada orang-orang di sekeliling Tristan dan Cordelia. Menikah sering menjadi hal yang ditakutkan oleh banyak orang. Namun, Cordelia berhasil mematahkan semua itu. Ketakutan dalam pernikahan adalah ketika orang tersebut tak menemukan sosok yang sesungguhnya. Sementara Cordelia telah berhasil menemukan sosok yang men

  • Pelayan Cantik Sang Billionaire   Bab 70. Extra Part Lima 

    Sore itu, Cordelia menyambut Tristan dan si kembar yang pulang lebih cepat dari biasanya. Begitu melihat suami dan anak-anaknya melangkah masuk, Cordelia tersenyum lebar, sudah memprediksi bahwa hari mereka di kantor tidak akan bertahan lama.“Jadi, bagaimana rasanya mengasuh dua anak di kantor?” Cordelia bertanya sambil menyembunyikan tawa.Tristan hanya menggeleng kecil, wajahnya sedikit letih tapi penuh kasih. Pria tampan itu menarik Cordelia ke dalam pelukannya dan berbisik serak, “Aku butuh asupan energi merawat dua anak kita yang sangat aktif.” Cordelia tertawa mendengar keluhan kecil itu dan melingkarkan tangannya di punggung Tristan. “Nah, Daddy bilang senang karena ada Theo dan Cadena, jadi kalian boleh ikut ke kantor Daddy kapan pun kalian mau!” katanya seraya melirik si kembar dengan penuh cinta.Theo dan Cadena bersorak girang mendengar pernyataan itu, tangan kecil mereka langsung terangkat tinggi-tinggi sambil melompat-lompat di sebelah Cordelia. Sementara Tristan menata

  • Pelayan Cantik Sang Billionaire   Bab 69. Extra Part Empat

    Tiga tahun kemudian … Pagi itu, aroma sarapan yang menggoda memenuhi ruang makan, berpadu dengan suara riuh tawa dan celoteh Theo dan Cadena yang sedang menggambar di lantai bersama pengasuh mereka. Dulu, ruangan ini selalu terjaga kaku dan elegan, tapi kini berubah penuh warna ceria dengan gambar-gambar tempel dan mainan anak-anak di setiap sudut. Di tengah suasana yang hangat ini, Jovian masuk dan segera disambut teriakan penuh semangat.“Paman Jovian, ayo Main kuda-kudaan lagi!” teriak Theo sambil berlari menghampirinya, diikuti Cadena yang tak kalah antusias.Jovian yang sudah hafal dengan ritual pagi ini, hanya bisa tersenyum kecil, menghela napas sejenak sebelum merendahkan tubuhnya. “Baiklah, tapi jangan pukul Paman Jovian seperti kemarin, ya?” ujarnya sambil bercanda, berusaha menahan geli.Theo memekik kegirangan, “Iya! Iya! Ayo, Paman Jovian, jalan cepat!” Cadena, yang lebih manis, memeluk Jovian dengan erat dan ikut berteriak, “Ayo, Paman Jovian, cepat! Kami di punggung k

  • Pelayan Cantik Sang Billionaire   Bab 68. Extra Part Tiga

    Cordelia duduk di kursi ruang tamu, jarum rajutannya bergerak perlahan, membentuk sepasang sepatu bayi mungil. Senyum hangat tersungging di bibirnya, membayangkan bayi kembarnya yang sebentar lagi akan lahir. “Sayang,” panggil Tristan tiba-tiba. Cordelia terlonjak terkejut dan refleks menarik kakinya, hingga tak sengaja membuat tubuhnya tergelincir ke belakang. Dia jatuh duduk di lantai, dan seketika itu juga, perasaan aneh menghantam dirinya. Air ketubannya pecah, mengalir ke lantai di bawahnya.“Ah,” rintih Cordelia. Tristan langsung panik, kedua matanya membesar melihat cairan di lantai. “Cordelia! Kau kenapa? Ada apa ini?” Tangannya gemetar saat dia membantu Cordelia berdiri.Cordelia yang masih berusaha menahan rasa sakit, berusaha tersenyum. “A-aku tidak ap-apa. Sekarang lebih baik kita segera ke rumah sakit.” Tanpa pikir panjang, Tristan langsung menggendong Cordelia ke mobil dan melaju secepat mungkin ke rumah sakit. Tepat sesampainya di sana, beberapa dokter dan perawat l

  • Pelayan Cantik Sang Billionaire   Bab 67. Extra Part Dua 

    Cordelia tersenyum hangat saat mobil berhenti di depan hotel. Namun, senyuman itu seketika berubah gugup ketika dia menyadari semua orang sudah menunggu mereka di dalam, terlihat dari beberapa wajah akrab yang melirik keluar jendela. Mereka memang terlambat—lebih terlambat dari yang dikira.Saat Cordelia dan Tristan melangkah masuk, tatapan mata dari orang-orang terdekat langsung menyapa mereka. Bernard tersenyum bijaksana, sedangkan Tony dan Alstair menyeringai penuh arti. Alstair yang sejak sibuk mengelola Pharton Inc. nyaris tak pernah muncul, langsung mengejek mereka.“Aku rasa kalian sedang berusaha keras memberiku keponakan, ya? Setiap pertemuan pagi, pasti kalian yang paling akhir,” sindir Alstair dengan nada menggoda. Cordelia memerah, merasa malu dengan sindiran itu, sedangkan Tristan tak mengindakan ucapan adiknya itu. Hal yang dilakukan Tristan adalah menggenggam erat tangan Cordelia seolah tidak peduli dengan olokan itu.Semua orang tertawa lepas mendengar ledekan yang te

  • Pelayan Cantik Sang Billionaire   Bab 66. Extra Part Satu 

    Pagi yang tenang menyelimuti kamar Cordelia dan Tristan. Matahari baru saja muncul, menyorotkan cahaya lembut ke wajah mereka. Cordelia terbangun melihat Tristan yang masih tertidur di sampingnya. Dia tersenyum, hatinya terasa penuh. Beberapa bulan pernikahan berjalan dengan begitu indah. Tristan benar-benar menepati janji padanya. Suaminya itu pergi ke psikiater dan perlahan sindrom tidur berjalannya mulai terkendali. Cordelia memperhatikan wajah suaminya yang damai, menyadari betapa beruntungnya dia memiliki seseorang yang berusaha untuk terus menjadi lebih baik. Tristan adalah sosok yang mencintainya dengan luar biasa. Pun dia selalu merasa beruntung, karena diperilakukan dengan begitu istimewa oleh suaminya itu. “Kau benar-benar tampan,” bisik Cordelia lembut seraya membelai pipi Tristan. “Dan kau benar-benar cantik.” Tristan yang tadi memejamkan mata, tiba-tiba membuka mata, dan menarik tubuh Cordelia masuk ke dalam pelukannya. Cordelia terkejut mendapatkan pelukan dari Trist

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status