공유

134. Lima Persen

last update 최신 업데이트: 2025-12-14 19:37:06

Pintu gerbang rumah besar keluarga Rubina otomatis terbuka ketika Max mengonfirmasi kedatangannya pada Jeff melalui sambungan telepon. Mobil sporty kuning yang Max naiki pun kembali berjalan melewati pintu dengan santai. Pohon-pohon palm yang berjajar di sepanjang jalan serta rerumputan hijau yang sangat terawat menjadi pemandangan pertama saat Max memasuki kawasan pelataran rumah.

Max memarkirkan mobilnya dengan apik di salah satu space carport berkanopi. Ketika dia keluar dari mobil seorang pelayan pria langsung menyambut kedatangannya.

"Selamat pagi, Tuan Max. Tuan Jeff sudah menunggu Anda," ucap pelayan itu dengan sopan.

Kedatangan Max ke sini karena Serena, bukan untuk menemui pria itu. Tapi Max memilih diam dan hanya mengikuti langkah pelayan itu. Max hampir melupakan sesuatu. Sekarang Serena memiliki tempat pulang selain Mansion Evans. Terima atau tidak, Max tidak bisa menyalahkan Serena jika wanita itu memilih tinggal bersama ibunya di rumah ini.

Hanya memikirkan saja su
이 책을.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터
댓글 (2)
goodnovel comment avatar
Anies
wkwk agak geli sih tapi semoga bapak berhasil ya... makasih up nya thor semangaaaaat
goodnovel comment avatar
Jennifer Karisoh
up lagi dong
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Pelayan Cantik Sang Presdir   141. Orang itu

    Pertanyaan Serena tentang ayahnya menguap begitu saja. Helen belum sempat menjawab lantaran Max dan Jeff keburu masuk. Mereka lantas sibuk tentang pakaian pengantin dan pakaian pendamping. Hingga Serena dan Max pamit pulang. "Max..." Panggil Serena yang malam ini belum bisa terlelap. Bahkan ketika dia sengaja datang ke kamar lelaki itu supaya bisa cepat tidur, matanya tetap saja terbuka lebar. Max di sebelahnya menggeliat dan hanya menggumam. Pria itu mengubah posisi, memeluk wanita itu. "Apa kamu pernah melihat wajah ayah kandungku?" tanya Serena dengan tatap tertuju ke langit-langit kamar yang gelap. "Seperti apa wajahnya?" Mendengar itu Max membuka matanya perlahan. Di bawah redup cahaya lampu tidur, dia melihat kekasihnya itu masih terjaga. "Kamu tidak bisa tidur karena memikirkan itu?" tanyanya dengan nada suara serak. Serena mengangguk pelan, lalu mengubah posisi miring. Keduanya menjadi saling berhadapan. "Siang tadi aku menanyakan itu pada Helen. Tapi dia belum menjawab

  • Pelayan Cantik Sang Presdir   140. Final Fitting

    "Di sini aku terlihat lebih muda." "Sama saja." "Beda, Sayang. Coba kamu perhatikan baik-baik.""Itu cuma perasaan kamu saja."Serena mengulum senyum ketika melihat muka masam Max. "Apa tidak bisa kamu iya kan saja?" tanya pria itu sedikit jengkel. "Apa aku setua itu?" gumamnya sambil membuang pandang. Tampak malas ikut melihat beberapa foto prewedding mereka lagi. Melihat itu Serena tidak bisa lagi menyembunyikan tawanya. Wajah kesal dan putus asa Max membuat perutnya geli. Serena sangat tahu usaha sang calon suami agar terlihat lebih muda saat di kamera. Dari mulai memangkas rambut, hingga membabat habis semua facial hair. Bahkan pria itu melakukan perawatan wajah rutin. Sampai detik ini Max ternyata masih mempermasalahkan usianya yang terpaut jauh dengan Serena. Dirinya sudah kepala empat, sementara Serena gadis dua puluh tahunan. Dia tidak ingin terlihat seperti om-om yang suka daun muda di pelaminan nanti. Itu menyebalkan. Meskipun beberapa kali Calvin mengingatkan agar ti

  • Pelayan Cantik Sang Presdir   139. Ungkapan Asher

    Max sibuk membantu Serena menyamarkan bekas biru kemerahan di area leher, bahu, serta lengan wanita itu. Bagian dada Serena masih aman karena gaun rancangan Helen menggunakan illusion netting—kain transparan yang menciptakan efek ilusi seolah-olah kulit terlihat. Kulit Serena yang berwarna putih membuat bercak merah itu terlihat sangat jelas. Butuh usaha yang lumayan untuk menutupinya. "Kalau menurutku ini tidak perlu ditutup. Helen pasti mengerti. Dia tahu kita ini pasangan yang lagi dimabuk asmara," ujar Max sambil terus mengoleskan concelear pada kissmark di area leher kekasihnya."Lebih tepatnya pasangan yang tidak tahu malu," sahut Serena sinis. "Dia pernah muda, pasti mengerti. Ini sesuatu yang wajar, Sayang. Lagi pula ini akan percuma. Karena nanti malam aku berniat menambahnya lagi." Max menyeringai, tapi cuma bertahan sebentar sebelum terpekik karena Serena menyikut keras perutnya. "Nggak ada nanti malam!" seru Serena sambil memutar badan. "Kamu harus tahan itu sampai ma

  • Pelayan Cantik Sang Presdir   138. Home Teather (2)

    "Kamu benar-benar sengaja, Sayang." Max menyeringai ketika tangannya tidak mendapatkan kain penutup dada wanitanya. Menyusup dari balik sweater, tangannya bisa menyentuh langsung sesuatu yang dia cari. "Nggak. Maksudku bukan begitu. Aku lelah seharian pakai bra. Dada kurang nyaman kalau memakai itu. Jadi kupikir—Max!" Di ujung kalimat Serena menjerit dan segera menahan tangan pria itu yang makin jahil. Satu ember popcorn di tangannya bahkan sampai berhamburan. "Tidak apa-apa aku suka," bisik Max seraya menyentuh puncak dada Serena Dengan gerakan provokatif, membuat wanita itu merintih. "M-Max filmnya sudah mau se-selesai. Kamu nggak boleh—" Mata Serena refleks terpejam saat tangan Max dengan iseng mencubit dan menarik puncak dadanya. Dia menggigit bibir ketika merasa desahannya akan lolos. Napasnya sendiri sudah tampak terputus-putus. Dari belakang, Max terus menciumi leher dan memainkan dadanya seenaknya sendiri. Sesekali dia mendengar pria itu menggeram dan mendesis sembari me

  • Pelayan Cantik Sang Presdir   137. Home Teather

    "Mau nonton apa? Kamu bisa nonton apa pun di sini, bahkan film terbaru sekalipun." Saat Max mengajaknya menonton film, Serena pikir pria itu akan membawanya ke bioskop yang beredar di mal-mal. Siapa sangka Max malah mengajaknya ke sebuah ruangan di salah satu mansion yang ternyata berfungsi sebagai home teather.Mata Serena masih mengedar ke setiap sudut ruang home teather itu. Dia belum pernah sekali pun memasuki ruangan yang sepertinya jarang Max fungsikan ini. Atau memang dirinya saja yang tidak tahu bahwa sebenarnya Max sering menggunakannya dengan para mantan pacarnya dulu. Menyebalkan.Serena memperhatikan layar lebar yang mendominasi sisi dinding kiri ruangan. Jarak beberapa meter dari layar tersebut terdapat sofa sectional besar berwarna hijau tua yang berdiri di atas platform yang lebih tinggi. Serena mengangguk saat mencoba duduk di atasnya. Tempat yang nyaman untuk menonton sebuah film.Pencahayaan di sini dibuat minimalis dan redup. Suasana yang cocok agar bisa menonton fi

  • Pelayan Cantik Sang Presdir   136. Makanan Hiu

    "Sepertinya kejutannya spesial sampai uncle harus menutup mataku seperti ini," ujar Serena dengan mata yang sudah tertutup kain, ketika Jeff menuntunnya berjalan. Jeff memasang wajah jijik saat membayangkan apa yang sudah Max kerjakan untuk gadis itu. "Ya, sangat spesial. Kamu akan tau nanti," sahutnya malas sambil terus membimbing Serena menuju ruangan spesial itu. Dengan pelan Jeff membuka pintu ruangan itu lalu menarik tangan Serena. "Well, kita sudah sampai dengan selamat," serunya sembari membentuk seulas senyum. "Jadi boleh kubuka mataku sekarang." "Sebentar." Dengan cepat Jeff bergerak membelakangi Serena. Dia harus keluar dari ruangan itu sebelum Serena membuang penutup mata. "Aku hitung sampai sepuluh baru kamu boleh membuka penutup mata itu. Oke?" Jeff mengambil ancang-ancang untuk pergi. Dia perlahan menuju kembali ke pintu. "Satu, dua, tiga..."Mendengar itu Serena hanya bisa pasrah. Dia menunggu dengan sabar sampai Jeff mengakhiri berhitung. Meskipun Serena merasa su

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status