Home / Romansa / Pelayan Cantik Sang Presdir / 139. Ungkapan Asher

Share

139. Ungkapan Asher

last update Last Updated: 2025-12-17 09:53:28

Max sibuk membantu Serena menyamarkan bekas biru kemerahan di area leher, bahu, serta lengan wanita itu. Bagian dada Serena masih aman karena gaun rancangan Helen menggunakan illusion netting—kain transparan yang menciptakan efek ilusi seolah-olah kulit terlihat.

Kulit Serena yang berwarna putih membuat bercak merah itu terlihat sangat jelas. Butuh usaha yang lumayan untuk menutupinya.

"Kalau menurutku ini tidak perlu ditutup. Helen pasti mengerti. Dia tahu kita ini pasangan yang lagi dimabuk asmara," ujar Max sambil terus mengoleskan concelear pada kissmark di area leher kekasihnya.

"Lebih tepatnya pasangan yang tidak tahu malu," sahut Serena sinis.

"Dia pernah muda, pasti mengerti. Ini sesuatu yang wajar, Sayang. Lagi pula ini akan percuma. Karena nanti malam aku berniat menambahnya lagi."

Max menyeringai, tapi cuma bertahan sebentar sebelum terpekik karena Serena menyikut keras perutnya.

"Nggak ada nanti malam!" seru Serena sambil memutar badan. "Kamu harus tahan itu sampai ma
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Anies
duh.. yang udah mau SAH bahagia selalu ya kalian
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pelayan Cantik Sang Presdir   140. Final Fitting

    "Di sini aku terlihat lebih muda." "Sama saja." "Beda, Sayang. Coba kamu perhatikan baik-baik.""Itu cuma perasaan kamu saja."Serena mengulum senyum ketika melihat muka masam Max. "Apa tidak bisa kamu iya kan saja?" tanya pria itu sedikit jengkel. "Apa aku setua itu?" gumamnya sambil membuang pandang. Tampak malas ikut melihat beberapa foto prewedding mereka lagi. Melihat itu Serena tidak bisa lagi menyembunyikan tawanya. Wajah kesal dan putus asa Max membuat perutnya geli. Serena sangat tahu usaha sang calon suami agar terlihat lebih muda saat di kamera. Dari mulai memangkas rambut, hingga membabat habis semua facial hair. Bahkan pria itu melakukan perawatan wajah rutin. Sampai detik ini Max ternyata masih mempermasalahkan usianya yang terpaut jauh dengan Serena. Dirinya sudah kepala empat, sementara Serena gadis dua puluh tahunan. Dia tidak ingin terlihat seperti om-om yang suka daun muda di pelaminan nanti. Itu menyebalkan. Meskipun beberapa kali Calvin mengingatkan agar ti

  • Pelayan Cantik Sang Presdir   139. Ungkapan Asher

    Max sibuk membantu Serena menyamarkan bekas biru kemerahan di area leher, bahu, serta lengan wanita itu. Bagian dada Serena masih aman karena gaun rancangan Helen menggunakan illusion netting—kain transparan yang menciptakan efek ilusi seolah-olah kulit terlihat. Kulit Serena yang berwarna putih membuat bercak merah itu terlihat sangat jelas. Butuh usaha yang lumayan untuk menutupinya. "Kalau menurutku ini tidak perlu ditutup. Helen pasti mengerti. Dia tahu kita ini pasangan yang lagi dimabuk asmara," ujar Max sambil terus mengoleskan concelear pada kissmark di area leher kekasihnya."Lebih tepatnya pasangan yang tidak tahu malu," sahut Serena sinis. "Dia pernah muda, pasti mengerti. Ini sesuatu yang wajar, Sayang. Lagi pula ini akan percuma. Karena nanti malam aku berniat menambahnya lagi." Max menyeringai, tapi cuma bertahan sebentar sebelum terpekik karena Serena menyikut keras perutnya. "Nggak ada nanti malam!" seru Serena sambil memutar badan. "Kamu harus tahan itu sampai ma

  • Pelayan Cantik Sang Presdir   138. Home Teather (2)

    "Kamu benar-benar sengaja, Sayang." Max menyeringai ketika tangannya tidak mendapatkan kain penutup dada wanitanya. Menyusup dari balik sweater, tangannya bisa menyentuh langsung sesuatu yang dia cari. "Nggak. Maksudku bukan begitu. Aku lelah seharian pakai bra. Dada kurang nyaman kalau memakai itu. Jadi kupikir—Max!" Di ujung kalimat Serena menjerit dan segera menahan tangan pria itu yang makin jahil. Satu ember popcorn di tangannya bahkan sampai berhamburan. "Tidak apa-apa aku suka," bisik Max seraya menyentuh puncak dada Serena Dengan gerakan provokatif, membuat wanita itu merintih. "M-Max filmnya sudah mau se-selesai. Kamu nggak boleh—" Mata Serena refleks terpejam saat tangan Max dengan iseng mencubit dan menarik puncak dadanya. Dia menggigit bibir ketika merasa desahannya akan lolos. Napasnya sendiri sudah tampak terputus-putus. Dari belakang, Max terus menciumi leher dan memainkan dadanya seenaknya sendiri. Sesekali dia mendengar pria itu menggeram dan mendesis sembari me

  • Pelayan Cantik Sang Presdir   137. Home Teather

    "Mau nonton apa? Kamu bisa nonton apa pun di sini, bahkan film terbaru sekalipun." Saat Max mengajaknya menonton film, Serena pikir pria itu akan membawanya ke bioskop yang beredar di mal-mal. Siapa sangka Max malah mengajaknya ke sebuah ruangan di salah satu mansion yang ternyata berfungsi sebagai home teather.Mata Serena masih mengedar ke setiap sudut ruang home teather itu. Dia belum pernah sekali pun memasuki ruangan yang sepertinya jarang Max fungsikan ini. Atau memang dirinya saja yang tidak tahu bahwa sebenarnya Max sering menggunakannya dengan para mantan pacarnya dulu. Menyebalkan.Serena memperhatikan layar lebar yang mendominasi sisi dinding kiri ruangan. Jarak beberapa meter dari layar tersebut terdapat sofa sectional besar berwarna hijau tua yang berdiri di atas platform yang lebih tinggi. Serena mengangguk saat mencoba duduk di atasnya. Tempat yang nyaman untuk menonton sebuah film.Pencahayaan di sini dibuat minimalis dan redup. Suasana yang cocok agar bisa menonton fi

  • Pelayan Cantik Sang Presdir   136. Makanan Hiu

    "Sepertinya kejutannya spesial sampai uncle harus menutup mataku seperti ini," ujar Serena dengan mata yang sudah tertutup kain, ketika Jeff menuntunnya berjalan. Jeff memasang wajah jijik saat membayangkan apa yang sudah Max kerjakan untuk gadis itu. "Ya, sangat spesial. Kamu akan tau nanti," sahutnya malas sambil terus membimbing Serena menuju ruangan spesial itu. Dengan pelan Jeff membuka pintu ruangan itu lalu menarik tangan Serena. "Well, kita sudah sampai dengan selamat," serunya sembari membentuk seulas senyum. "Jadi boleh kubuka mataku sekarang." "Sebentar." Dengan cepat Jeff bergerak membelakangi Serena. Dia harus keluar dari ruangan itu sebelum Serena membuang penutup mata. "Aku hitung sampai sepuluh baru kamu boleh membuka penutup mata itu. Oke?" Jeff mengambil ancang-ancang untuk pergi. Dia perlahan menuju kembali ke pintu. "Satu, dua, tiga..."Mendengar itu Serena hanya bisa pasrah. Dia menunggu dengan sabar sampai Jeff mengakhiri berhitung. Meskipun Serena merasa su

  • Pelayan Cantik Sang Presdir   135. Lima Gaun

    Mata cokelat Serena terkagum-kagum melihat tangan luwes Helen menggoreskan pensil di lembaran buku sketsa. Hanya beberapa coretan tapi hasilnya menakjubkan. Dalam sekejap Helen bisa menggambar sketsa pakaian wanita yang bagi Serena luar biasa. Pasalnya dia tidak memiliki bakat seperti wanita itu.Helen terkekeh mendengar pujian putrinya. "Aku bisa karena berlatih, Nak. Kamu juga bisa melakukannya," ucapnya lalu memutar pensil ke arah Serena. Serena mengibaskan tangan serta menggelengkan kepala. "Aku nggak punya bakat buat gambar." "Kata siapa? Kan belum coba," desak Helen, kembali menawarkan pensilnya. Namun Serena bersikeras menolak. Keahliannya bukan seni, tapi ekonomi. Bakat Helen sama sekali tidak menurun padanya. Mungkin ... Ada sesuatu yang ingin Serena tanyakan, tapi ragu dan takut menyinggung. Meskipun sebenarnya itu hal wajar yang patut dipertanyakan. Tentang ayahnya. Helen tidak pernah menyebut tentang ayahnya. Entah masih hidup atau sudah pergi, Helen sama sekali tidak m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status