Share

Aidan Cassius Raymond

Penulis: wulfelyn
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-05 14:30:55

Waktu istirahat akhinya berakhir, beberapa pelayan yang bercengkrama di dapur langsung berlarian keluar semua. Mereka pun mengerjakan tugas mereka masing-masing. Casey yang termasuk pelayan baru dan tidak tau apa yang harus dikerjakan. Menyadari hal itu Ema pun memberikan memo yang tertuliskan job list yang harus dikerjakan oleh Casey sembari menjelaskan agar Casey paham.

“Kamu cukup kerjakan apa yang memo saya tulis, ini hanya pekerjaan sepele karena kamu masih baru, jika kamu sudah mengerti dan bisa beradaptasi pada lingkungan ini kamu akan diberi tugas tambahan oleh tuan Harrison”ujar Ema memberi penjelasan pada Casey

Baru kali ini Ema bicara cukup panjang lebar, karena biasanya dia hanya mengucapkan seperempat kalimat saja.  Setelah di beri penjelasan Ema pun melangkah dan meninggalkan Casey begitu saja.Casey yang masih berdiri dan menatap memo yang di berikan oleh Ema barusan. Membaca tulisan itu berulang ulang agar ia tidak melakukan kesalahan lagi, Dengan tubuh masih semangat ia pun melangkah dan segera bekerja yang sesuai di memo tersebut.

Pertama ia membersihkan kamar Aidan, sepertinya itu bukan tugas yang berat, Casey segera menuju ke kamar Aidan yang sudah di jelaskan oleh Ema barusan, posisi kamar Aidan tidak begitu jauh dari posisi dapur maka dari itu Casey mengerjakan tugas itu terlebih dahulu.

Casey sudah berdiri di ambang pintu kamar Aidan. Meskipun tugas ini terlihat mudah, rasa cemas tetap menghantuinya, ucapan Harrison kemarin masih terngiang di kepalanya bahwasannya pemilik kamar ini yang bernama Aidan mempunyai sikap yang tidak biasa sehingga Harrison merekrutnya untuk melayaninya.

"Jangan-jangan anak laki-laki bernama Aidan itu mengalami keterbelakangan mental?" pikir Casey gelisah.

Namun, dengan cepat, Casey menggelengkan kepalanya. Hal itu sangat tidak mungkin, ini adalah keluarga Raymond, keluarga yang paling elit di seluruh dunia meskipun di balik kemewahannya ada unsur bahaya didalamnya, sangat mustahil jika keluarga Raymond memiliki anggota yang kekurangan dalam hal apapun, termasuk keterbelakangan mental. Casey menghela napasnya dan mengeluarkannya perlahan untuk meredakan rasa gugup dan cemas yang menguasainya. Ia berharap pekerjaan ini bisa segera selesai, sehingga ia bisa melanjutkan pekerjaan lainnya.

Dengan hati-hati, Casey mengetuk pintu. Tidak ada jawaban saat pintunya diketuk. Casey pun menyadari sesuatu. Bukankah hari ini Aidan sekolah? Jadi, sangat tidak mungkin jika dia berada di dalam kamarnya. Tersadar dengan hal itu, dan tanpa membuang waktu lagi, Casey membuka pintu. Begitu pintu terbuka lebar, mata Casey membulat.

"Apa-apaan ini?"

"Kenapa berantakan sekali?"

Casey terkejut melihat pemandangan kamarnya yang sangat kacau, berantakan layaknya kapal pecah. Meskipun Aidan adalah anak laki-laki dan berasal dari keluarga konglomerat, setidaknya dia harus tahu pentingnya kerapian dan kebersihan termasuk kamar yang harus memprioritaskan kebersihan. Bahkan adik kandung Casey yang laki-laki juga mengerti tentang kebersihan bahkan dia sering membantu dan membersihkan rumah. Namun, Casey juga merasa heran. Sebelum dirinya bekerja disini, apakah tidak ada pelayan lain yang membersihkan kamar ini? Mengingat banyaknya pelayan di mansion, tapi tak satupun yang tampak membersihkan kamar ini. Mungkinkah sikap Aidan yang temperamental itu membuat para pelayan enggan memasuki kamarnya?

Walaupun begitu, Casey pun memutuskan untuk memasuki kamar Aidan dan mulai membersihkannya. Ia memungut beberapa sampah yang berserakan di lantai, merapikan kain-kain yang bergulung yang terlihat berantakan. Debu yang sudah lama menempel di setiap sudut pun dibersihkan. Saat menyeka debu, Casey terbatuk-batuk karena menghirup partikel debu yang tebal. Ia menyeka hidungnya, berusaha menahan batuk, sambil terus melanjutkan membersihkan kamar yang tampaknya sudah lama dibiarkan begitu saja.

“Aneh banget nih bocah, kok bisa dia bertahan tidur di ruangan kotor dan berantakan ini?” gerutu Casey sambil menyeka debu yang menempel di permukaan meja dan perabotan lainnya. Ia merasa heran bagaimana Aidan bisa tidur di tengah kekacauan dan kotoran seperti ini. Rasanya, tak ada orang yang bisa bertahan di lingkungan yang seperti ini, apalagi dia merupakan salah satu keluarga Raymond keluarga paling elit sejagat raya.

“Hei!” panggil seseorang dari belakang Casey, membuatnya spontan terkejut dan langsung mencari sumber suara tersebut. Casey terbelalak saat melihat seorang cowok masih berbaring di tempat tidur yang bertelanjang dada, dengan selimut bertumpuk di bawah perutnya. Wajah cowok itu persis seperti wajah Harrison, tapi wajahnya  lebih muda seperti anak remaja. Casey menatap cowok itu dengan lekat melihat kepersisan wajahnya dengan Harrison dia menyimpulkan cowok didepannya adalah Aidan adik bungsu Harrison.

Meskipun wajahnya sangat mirip dengan Harrison tapi Aidan tidak terlihat seseram dengan kakaknya. Mungkin karena usianya lebih muda daripada Casey bahkan Aidan juga mengingatkan Casey pada Rafael, adik kandung Casey.Karena itulah Casey pun menghiraukan kehadiran Aidan dan tetap melanjutkan pekerjaannya,

“Bukankan hari ini dia sekolah? Apakah dia bolos?” batin Casey dengan rasa penasaran sambil melirik sekilas kearah Aidan yang masih menatapnya. Namun rasa penasaran itu tidak berlangsung lama, fokusnya segera kembali pada pekerjaannya. Casey meyadari dan juga memaklumi Aidan yang masih disini karena dia anak orang kaya jadi dia bebas bertindak sesuka hati. Bahkan kakaknya sendiri juga bebas melakukan apa saja bahkan lebih kejam daripada ini yaitu ia tidak segan- segan menghabisi nyawa orang tanpa ampun.

“Woi, Tikus Got” Panggil Aidan asal dengan nada menghina dan kesal karena panggilannya dihiraukan Casey begitu saja. Casey mendengarnya langsung menghentikan gerakan tangannya yang daritadi sibuk membersihkan ia berbalik dan menatap wajah Aidan. Dengan wajah tenangnya namun ada rasa kesalnya tapi ia tahankan pada bocah yang seusia adiknya.

“Nama saya Casey tuan muda” ucapnya dengan nada ramah namun tegas

“Aku ga perlu tau namamu” balas Aidan dengan wajah datar tatapannyaya makin tajam kearah Casey seolah olah mengintegorasi Casey dimana ia baru pertama kali bertemu wanita didepannya

“ Sedang apa kau disini?” tanyanya walaupun ia tahu Casey sedang melakukan pembersihan di kamarnya.

“Tuan tidak melihat saya sedang apa?” sekali lagi Casey tetap bersikap tenang.

“Emangnya kau punya hak buat ngelakuin itu?

“Tuan Harrison, kakak anda yang menyuruh saya”

Aidan pun terdiam ketika mendengar nama Harrison dari mulut Casey entah kenapa wajahnya terlihat ketakutan, sorot matanya yang tajam itu kian berubah. Casey memperhatikan gerak gerik wajahnya sepertinya Aidan takut pada kakaknya sendiri. Namun melihat kejadian tadi pagi itu suatu hal yang wajar jika Aidan yang merupakan adiknya takut padanya. Sepertinya Harrison benar – benar orang yang mengerikan bagi semua orang termasuk keluarganya sendiri. Casey tersentak, dengan cepat ia melanjutkan pekerjaan itu. Aidan yang melihatnya hanya mengernyitkan kedua alisnya namun ia hanya memilih diam meskipun ada pertanyaan yang dia lontarkan pada Casey. Namun saat nama Harrison disebutkan dari wanita itu membuat Aidan mengurungkan niatnya dan sepertinya ia tidak ingin bertindak lebih jauh dari ini.

Disisi lain Casey yang masih sibuk membersihkan kamar Aidan, dengan gerakan cepat ia selesai membersihkan membuat Casey menyombongkan diri meskipun Casey sempat menjadi orang kaya namun ia tidak melupakan pekerjaan hal yang umum begini. Setelah dia mengumpulkan peralatan kebersihan menjadi satu, sebelum meninggalkan ruangan itu dia menelusuri setiap sudut ruangan berharap tidak ada satupun debu atau hal yang mengganjal, merasa semua sudah beres Casey pun berbalik badannya dan melangkah menuju ke ambang pintu sebelum itu dia menatap Aidan yang daritadi menatapnya. Melihat Casey menatapnya Aidan langsung membuang muka, sikap Aidan yang seperti itu mengingatkan adiknya lagi.

“Selamat beristirahat tuan Aidan” ucapnya sambil berlalu pergi meninggalkan ruangan itu, Aidan hanya diam saja menatapi punggung Casey semakin jauh.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pelayan Cantik dalam Cengkraman Sang Mafia   Pria Misterius

    Waktu sudah menuju larut malam. Para pelayan sudah kembali ke kamar mereka masing-masing. Suara burung hantu menggema di seluruh penjuru mansion, menciptakan suasana yang mencekam. Casey melangkah cepat, bahkan nyaris berlari menuju kamarnya. Kamarnya terletak hampir di lantai bawah, di ujung lorong yang minim cahaya, diterangi oleh beberapa lampu tua yang nyalanya redup.Suara burung hantu itu kembali terdengar, kali ini lebih keras dan menggelegar, membuat jantung Casey berdegup kencang. Mansion ini memang tampak mewah dan megah di siang hari, namun saat malam tiba, tempat ini berubah menjadi sangat menyeramkan. Casey yakin di dalam kemewahan dan kemegahan mansion ini tidak luput ada hantu di dalamnya, Casey yang sangat takut pada hantu segera berlari cepat untuk memasuki kamarnya.Namun, di tengah perjalanan, Casey mencium bau anyir yang menyengat aroma besi yang menusuk hidung dan membuat perutnya mual. Jantungnya berdetak makin tak karuan. Apakah bos mafia itu sedang menyiksa ses

  • Pelayan Cantik dalam Cengkraman Sang Mafia   Tatapan yang Mengunci

    Casey yang masih duduk di kasur Harrison, sesekali melirik pria itu yang sedang tenggelam dalam tumpukan kertas berjilid. Tangan Harrison bergerak cepat, membolak-balikkan halaman demi halaman, mengamati setiap tulisan dengan teliti. Suasana terasa sunyi, kecuali suara kertas yang berdesir halus. Casey merasa canggung, seakan ruang ini terlalu besar dan sunyi untuk mereka berdua. Ia ingin pergi dari sini, tetapi tubuhnya yang masih lemas setelah pingsan tadi menahannya untuk tetap tinggal.Pikirannya terus berputar, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Harrison bisa tahu jika dia tidak makan siang? Apakah Ema? Namun Ema yang selalu terlihat acuh dan jarang berbicara, jelas tidak mungkin memberitahukan hal itu. Lalu, apakah Harrison hanya berasumsi karena melihat Casey pingsan? Namun, menurutnya, itu tidak masuk akal. Seharusnya Harrison berpikir secara nasional kalau dia pingsan karena kelelahan setelah membereskan ruangannya dalam waktu singkat siapa pun bisa pingsan

  • Pelayan Cantik dalam Cengkraman Sang Mafia   Senyuman yang Mengikat

    Setelah menyelesaikan tugas pertamanya Casey merogoh saku seragam dan meraih sesuatu di dalamnya, sebuah memo yang diberikan Ema sebelum Casey melakukan pekerjaannya. Casey menelusuri tulisan yang di memo tersebut.“Membersihkan kamar Aidan sudah, selanjutnya-“ gumam Casey pelan sedang bicara sendiri namun perkataannya terpotong oleh suara yang tidak asing bagi Casey."Sepertinya kau sudah melakukan pekerjaan dengan baik." Suara itu begitu tenang, namun mencekam, penuh tekanan halus yang seolah-olah mengikat udara di sekitarnya. Jantung Casey berdegup kencang. Suasana di sekelilingnya berubah menjadi dingin, tubuhnya seolah membeku seiring dengan semakin dekatnya sosok yang tak asing baginya.Casey perlahan membalikkan badannya, Harrison berada di belakangnya dan kini mereka berhadapan. Harrison berdiri dengan senyum ramah yang memikat, wajah tampannya semakin tampak sempurna dengan sorot mata yang lembut. Siapa pun yang pertama kali bertemu dengan pria ini pasti akan langsung jatuh

  • Pelayan Cantik dalam Cengkraman Sang Mafia   Aidan Cassius Raymond

    Waktu istirahat akhinya berakhir, beberapa pelayan yang bercengkrama di dapur langsung berlarian keluar semua. Mereka pun mengerjakan tugas mereka masing-masing. Casey yang termasuk pelayan baru dan tidak tau apa yang harus dikerjakan. Menyadari hal itu Ema pun memberikan memo yang tertuliskan job list yang harus dikerjakan oleh Casey sembari menjelaskan agar Casey paham.“Kamu cukup kerjakan apa yang memo saya tulis, ini hanya pekerjaan sepele karena kamu masih baru, jika kamu sudah mengerti dan bisa beradaptasi pada lingkungan ini kamu akan diberi tugas tambahan oleh tuan Harrison”ujar Ema memberi penjelasan pada CaseyBaru kali ini Ema bicara cukup panjang lebar, karena biasanya dia hanya mengucapkan seperempat kalimat saja. Setelah di beri penjelasan Ema pun melangkah dan meninggalkan Casey begitu saja.Casey yang masih berdiri dan menatap memo yang di berikan oleh Ema barusan. Membaca tulisan itu berulang ulang agar ia tidak melakukan kesalahan lagi, Dengan tubuh masih semangat i

  • Pelayan Cantik dalam Cengkraman Sang Mafia   MAKAN SIANG

    Waktu makan siang pun tiba, Ema dan Casey segera menuju ke dapur yang dituntun oleh Ema. Saat mereka ke dapur, beberapa pelayan sudah mengantri dengan wajah lelah, menunggu giliran untuk makan siang mereka. Begitu Ema dan Casey masuk menghadiri ruangan tersebut, suasana yang semula tenang langsung berubah. Beberapa pelayan menatap Casey dengan pandangan sinis bahkan tidak ramah, seolah-olah keberadaannya di sana adalah sesuatu yang tidak diinginkan dan menganggu.Casey merasakan tatapan tajam itu seolah dadanya ditusuk oleh pisau. Ia merasa sangat tidak nyaman, seperti berada di tengah kawanan serigala yang siap memangsa. Tanpa sadar, ia mundur sedikit dan menutup tubuhnya dengan tubuh Ema, berharap bisa melindungi dirinya dari tatapan penuh kebencian itu."Apa-apaan tatapan itu? Kalian pikir aku mau kerja di tempat berbahaya ini?" gerutunya dengan kesal, meski suaranya pelan dan hanya terdengar oleh dirinya sendiri.Namun, meski dalam hati penuh dengan kebencian dan kesal, ia tahu ba

  • Pelayan Cantik dalam Cengkraman Sang Mafia   Keluarga Elit dan Berbahaya

    Setelah mereka sampai di ruang utama, Harrison merogoh saku celananya dan mencari sesuatu yang di dalamnya, sebuah bel berukuran kecil berada di gengaman Harrison ia pun segera menekan bel dengan suara yang begitu nyaring. Suara bel yang berbunyi memecah keheningan, dan tak lama setelah itu, seorang pelayan lain muncul mendekat. Pelayan itu adalah orang yang sama yang kemarin dimana ia mengantarkan Casey ke kamar dan juga menyiramkan air dingin padanya untuk membangunkannya tadi pagi.Pelayan itu segera membungkuk hormat pada Harrison saat ia berhadapan dengan tuannya, sikapnya penuh tata krama yang sangat sopan seolah sudah diajarkan atapun sudah rutinitas."Ema, antarkan dia ke kamar mandi, dan tolong berikan ia seragam baru, dia tampak kotor," perintah Harrison pada pelayan itu."Baik, tuan," jawab Ema dengan suara yang tegas dan penuh hormat.Harrison memandang Casey sekilas, memerhatikannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Dan… kau harus ajak dia berkeliling bangunan ini a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status