Share

Keluarga Elit dan Berbahaya

Author: wulfelyn
last update Last Updated: 2025-03-18 23:40:53

Setelah mereka sampai di ruang utama,  Harrison merogoh saku celananya dan mencari sesuatu yang di dalamnya, sebuah bel berukuran kecil berada di gengaman Harrison ia pun segera menekan bel dengan suara yang begitu nyaring. Suara bel yang berbunyi memecah keheningan, dan tak lama setelah itu, seorang pelayan lain muncul mendekat. Pelayan itu adalah orang yang sama yang kemarin dimana ia mengantarkan Casey ke kamar dan juga menyiramkan air dingin padanya untuk membangunkannya tadi pagi.

Pelayan itu segera membungkuk hormat pada Harrison saat ia berhadapan dengan tuannya, sikapnya penuh tata krama yang sangat sopan seolah sudah diajarkan atapun sudah rutinitas.

"Ema, antarkan dia ke kamar mandi, dan tolong berikan ia seragam baru, dia tampak kotor," perintah Harrison pada pelayan itu.

"Baik, tuan," jawab Ema dengan suara yang tegas dan penuh hormat.

Harrison memandang Casey sekilas, memerhatikannya dari ujung kepala hingga ujung kaki.

 "Dan… kau harus ajak dia berkeliling bangunan ini agar ia hapal ruangannya. Aku tidak mau ia terlambat lagi seperti tadi hanya karena tersesat." Lanjut Harrison

"Baik, tuan," jawab Ema sekali lagi dengan nada yang sama, tidak menunjukkan tanda-tanda keberatan.

Mendegar jawaban dari Ema, Harrison pun pergi meninggalkan mereka berdua.

Tanpa membuang waktu, Ema pun melangkah mendekati Casey dan memberi isyarat agar mengikuti arahnya. Tanpa bertanya apapun dan tau maksud dari gerakan Ema padanya, Casey pun mengikuti langkah Ema.

"Jadi namanya Ema," ujar Casey dalam hati, memandang punggung Ema yang tegap dan langkahnya yang penuh percaya diri. Dalam hati, Casey berusaha untuk tetap tenang, meskipun ada beberapa yang harus ia tanyakan padanya dan juga ia pun ingin sesekali mengobrol akrab dengannya walaupun perlakuan Ema tadi pagi yang membuat Casey kesal namun Casey melupakan hal itu. Karena bekerja di mansion mewah ini harus berhati-hati. Entah kenapa Casey masih teringat saat ia membersihkan sisa ‘sampah’ Harrison di ruang bawah membuat tubuh Casey merinding dan jijik.

Casey pun beralih menatap punggung Ema yang daritadi masih tegap.

Apakah Ema pernah melakukan pekerjaan yang sama dengannya, sehingga ia menampilkan ekspresi yang tidak bisa dibaca, yang sangat datar dan dingin' Tanya Casey dalam hati

Setelah Ema mengarahkan Casey menuju kamar mandi, ia berbalik dan menatapnya dengan datar.

"Aku akan kembali untuk mengambil seragam barumu, jadi jika kau selesai, tunggulah di sini," ujar Ema, suaranya tenang namun penuh penekanan.

"Sebelum makan siang, aku akan mengajakmu berkeliling seluruh ruangan ini. Pastikan kau mencatatnya dengan baik." Lanjutnya dengan wajah serius, melihat wajah Ema Casey menganggukkan kepalanya dengan cepat.

Ema pun meninggalkan Casey di depan kamar mandi,melihat punggung Casey semakin jauh ia pun memasuki kamar mandi itu dan segera membersihkan tangannya yang dilumuri darah setelah dia mengerjakan tugas pertamanya. Casey merasa takjub saat ia masuk di kamar mandi tersebut karena kamar mandi ini sangat berbeda dengan kamar mandi dirumahnya, kamar mandi ini tidak kalah mewahnya dengan ruangan yang ia telusuri sebelumnya. Lapisan dinding kamar mandi ini bewarna gold platinum, Casey berpikir kalau ini terbuat dari emas asli selain itu lampu hias yang menggantung di langit, dan tak lupa desain khas futuristic nan eropa melekat pada mansion ini. Namun, Casey dengan cepat menghilangkan rasa takjubnya itu,walau bagaimanapun dibalik indah dan mewahnya tempat ini ada sesuatu hal yang berbahaya disini.

 Casey membuka keran itu dan membasahi tangannya dengan air dingin, mencoba menghilangkan jejak darah yang menempel. Untungnya, ada sabun di dekatnya. Dengan gerakan cepat, ia menggosokkan sabun ke telapak tangan, berusaha membersihkan bau amis yang terasa menyengat di hidungnya. Setelah membersihkan tangannya ia pun memerhatikan wajahnya dari pantulan cermin memastikan tidak ada noda darah yang menempel di wajahnya.

Casey memerhatikan wajahnya dengan ekspresi ketakutan, kepanikan dan rasa keputusasaan.

“Sebenarnya apa yang kulakukan disini?” gumam Casey, suaranya begitu lirih

“Demi tebusan kerugian yang ayah lakukan dan demi adikku aku harus melakukan hal yang tak pernah kubayangkan seumur hidupku”

Casey berpikir untuk kabur dari sini namun ia pun berpikir lagi jika ia kabur dari sini, kemungkinan tuan psikopat itu akan mencarinya kemanapun bahkan tidak hanya dirinya yang terancam adiknya juga terlibat dalam hal ini.

Mencari uang dengan nominal sebesari ini juga tidak mungkin, terlebih Casey masih sangat muda darimana ia harus mencari uang itu bahkan menjual harga dirinya juga tidak cukup untuk mencukupinya. Jadi jalan satu –satunya ia harus menjadi pelayan di mansion ini, mansion di keluarga elit dan berbahaya menjalankan perintah gila dari tuan rumah ini sekaligus pemimpin mafia terkejam seantero.

“Apa kau sudah membersihkan dirimu?” tiba tiba suara Ema menyadarkan dari kelamunan Casey, Casey berbalik badan dengan cepat dan megatur napasnya yang kaget mendengar suara Ema tiba – tiba. Ema yang berdiiri di belakang Casey kini berhadapan dengannya saat Casey berbalik badan, Ema melangkah mendekat dan menyerahkan seragam pelayan yang masih baru kepadanya

“Segera ganti baju” perintahnya dengan tegas, tidak peduli wajah Casey yang terkejut. Namun meihat ketegasan wajah Ema Casey meraih seragam itu dan masuk di bilik kamar mandi dengan cepat mengganti pakaian itu. Tidak butuh waktu lama Casey pun keluar dan melihat Ema sudah menunggu di luar. Ema menatap Casey dan menelusuri tubuhnya dari ujung kepala hingga ujung kaki.

“Ayo” ucapnya lalu melangkah

“Tung- “

“Seragam yang kotor buangkan saja ke tempat sampah. Tempat sampah ada disana kau cukup buang saja disitu” potong Ema.

Mendengar ucapan Ema, Casey pun langsung terdiam meskipun belum menyelesaikan apa yang ia tanyakan, karena ucapan Ema barusan sudah dijawab. Dengan langkah cepat Casey membuang seragam kotornya itu ke tempat sampah yang tidak jauh dari posisi ia berdiri lalu ia mengikuti langkah Ema yang sudah melangkah pergi. 

Ema tetap berjalan dengan langkah tenang, tidak mengalihkan pandangannya dari jalur yang mereka lewati. Casey yang merasa canggung mencoba memecah keheningan dengan pertanyaan ringan, berharap bisa sedikit mengurangi keheningan diantara mereka.

"Hmm, Mbak Ema sudah berapa lama bekerja di sini?" tanya Casey sekedar basa basi.

Ema tetap diam beberapa saat, seolah mempertimbangkan jawabannya, sebelum akhirnya mengangkat pandangannya ke arah Casey.

 "Sudah cukup lama," jawabnya singkat tanpa menambahkan detail lebih lanjut.

Casey merasa sedikit terhenti dengan jawaban singkat itu, namun ia terus mengikuti langkah Ema dengan hati-hati, mengamati setiap sudut bangunan yang mereka lewati. Meski tidak banyak bicara, Casey merasa seolah setiap gerakan Ema penuh dengan rahasia, memberi kesan bahwa pelayan itu memiliki banyak hal yang tidak bisa atau tidak ingin ia ungkapkan.

Keheningan pun kembali menyelimuti, hanya langkah kaki mereka yang terdengar di sepanjang koridor yang panjang.

Sudah beberapa  jam mereka berkeliling, Ema terus memberikan penjelasan singkat mengenai ruangan-ruangan yang akan sering dikunjungi Casey. Di antaranya adalah ruang kerja Harrison, kamar Aidan, kamar Harrison, dan tidak pula dapur, tempat beberapa pelayan akan makan siang dan beristirahat. Terdapat rasa keingintahuan di balik ruangan yang mereka lewati termasuk kelurga inti Raymond meskipun ruangan ini dipenuhi beberpa pekerja namun tidak ada satupun pemilik ataupun keluarga Raymond selain Harrison berkunjung di mansion ini. Termasuk Aidan putra bungsu sekaligus adik Harrison.

Sebelumnya Harrison juga menjelaskan dia harus mengurus Aidan dimana usia Aidan 3 tahun lebih muda darinya. Kemungkinan Aidan masih SMA, namun Casey berpikir sejenak dengan anak laki – laki bernama Aidan itu kenapa ia harus mengurus anak yang sudah SMA. Namun pertanyaan itu dijawab oleh ucapan Harrison sebelumnya dimana ia juga menjelaskan kalau Aidan merupakan anak yang cukup yang temperamental banyak pelayan tidak tahan atas sikapnya itu.

Mengingat penjelasan Harrison kemarin membuat Casey menghela napas dengan berat dan memijit kepalanya.

“Sepertinya aku harus memperkuatkan mentalku” gumamnya dengan suara pelan bahkan tidak terdengar oleh Ema yang masih tetap melangkah kedepan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pelayan Cantik dalam Cengkraman Sang Mafia   MAKAN SIANG

    Waktu makan siang pun tiba, Ema dan Casey segera menuju ke dapur yang dituntun oleh Ema. Saat mereka ke dapur, beberapa pelayan sudah mengantri dengan wajah lelah, menunggu giliran untuk makan siang mereka. Begitu Ema dan Casey masuk menghadiri ruangan tersebut, suasana yang semula tenang langsung berubah. Beberapa pelayan menatap Casey dengan pandangan sinis bahkan tidak ramah, seolah-olah keberadaannya di sana adalah sesuatu yang tidak diinginkan dan menganggu.Casey merasakan tatapan tajam itu seolah dadanya ditusuk oleh pisau. Ia merasa sangat tidak nyaman, seperti berada di tengah kawanan serigala yang siap memangsa. Tanpa sadar, ia mundur sedikit dan menutup tubuhnya dengan tubuh Ema, berharap bisa melindungi dirinya dari tatapan penuh kebencian itu."Apa-apaan tatapan itu? Kalian pikir aku mau kerja di tempat berbahaya ini?" gerutunya dengan kesal, meski suaranya pelan dan hanya terdengar oleh dirinya sendiri.Namun, meski dalam hati penuh dengan kebencian dan kesal, ia tahu ba

  • Pelayan Cantik dalam Cengkraman Sang Mafia   Keluarga Elit dan Berbahaya

    Setelah mereka sampai di ruang utama, Harrison merogoh saku celananya dan mencari sesuatu yang di dalamnya, sebuah bel berukuran kecil berada di gengaman Harrison ia pun segera menekan bel dengan suara yang begitu nyaring. Suara bel yang berbunyi memecah keheningan, dan tak lama setelah itu, seorang pelayan lain muncul mendekat. Pelayan itu adalah orang yang sama yang kemarin dimana ia mengantarkan Casey ke kamar dan juga menyiramkan air dingin padanya untuk membangunkannya tadi pagi.Pelayan itu segera membungkuk hormat pada Harrison saat ia berhadapan dengan tuannya, sikapnya penuh tata krama yang sangat sopan seolah sudah diajarkan atapun sudah rutinitas."Ema, antarkan dia ke kamar mandi, dan tolong berikan ia seragam baru, dia tampak kotor," perintah Harrison pada pelayan itu."Baik, tuan," jawab Ema dengan suara yang tegas dan penuh hormat.Harrison memandang Casey sekilas, memerhatikannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Dan… kau harus ajak dia berkeliling bangunan ini a

  • Pelayan Cantik dalam Cengkraman Sang Mafia   Terperangkap dalam Ketakutan

    Casey mendengar setiap kata itu tidak bisa merespons apapun. Tubuhnya terasa semakin lemah, nyaris kehilangan tenaga untuk tetap berdiri. Meski tugasnya telah selesai, yang membuatnya hampir pingsan rasa lega itu tak pernah ada.Sebaliknya ia merasa penuh ketegangan termasuk ketika ia keluar dan mendapati pria itu berdiri di hadapannya, rasa takut yang telah menguasainya justru bertambah. Ada sesuatu dalam tatapan dingin Harrison, dari cara dia tersenyum tanpa emosi, yang membuat Casey merasa kecil dan tak berdaya. Ia hanya bisa berdiri di sana, membisu, sementara jantungnya berdebar kencang, kakinya terasa diikat oleh sebuah rantai yang tak terihat. "Kebetulan, buaya peliharaanku sedang lapar," ucap Harrison dengan nada santai, namun penuh dengan ironi yang mengerikan."Kamu lemparkan ‘sampah’ itu ke kandangnya. Jaraknya tidak terlalu jauh. Kamu cukup jalan lurus ke depan, dan ketika kamu menemukan pintu warna biru, di situlah kandangnya berada."Harrison berhenti sejenak, menatap C

  • Pelayan Cantik dalam Cengkraman Sang Mafia   PEKERJAAN PERTAMA CASEY

    PERINGATAN UNTUK PEMBACA :Cerita ini ditujukan khusus untuk pembaca dewasa berusia 18 tahun ke atas.Cerita ini mungkin mengandung:Adegan kekerasan, Bahasa eksplisitPembaca di bawah usia 18 tahun dilarang melanjutkan. Mohon Harap Bijak membacaCasey mendapati dirinya berdiri di tengah padang rumput yang luas. Angin berhembus lembut, menyapu wajahnya dengan kehangatan yang menenangkan. Tempat ini terasa asing, namun penuh kedamaian. Casey menyadari bahwa ini pasti mimpi.Di tengah lamunannya, suara yang sangat familiar memanggil namanya.“Casey!”Casey menoleh cepat, mencari sumber suara. Dari kejauhan, ia melihat sosok pria bertubuh gemuk berdiri dengan senyum lebar. Pria itu tampak hangat dan penuh kasih, sosok yang sangat dikenalnya. Ayahnya. Sosok yang selama ini ia cari, sosok yang selalu ia rindukan.“Ayah…” ucap Casey dengan suara bergetar dan berwajah sedih. Ia langsung berlari kecil menghampiri ayahnya. Sang ayah pun melakukan hal yang sama, berlari kecil menghampiri putrin

  • Pelayan Cantik dalam Cengkraman Sang Mafia   MENJADI PELAYAN RAYMOND

    Akhirnya, Casey pun mengikuti bos mafia itu dengan mobilnya, duduk di sebelahnya dengan hati berdebar-debar. Setiap detik terasa seperti berlarian di atas garis tajam. Mobil itu bergerak dengan tenang, namun ada getaran yang merayap di tubuh Casey, membuatnya merasa tidak nyaman. Aura mencekam yang terpancar dari pria di sampingnya begitu dekat, dan dia terpaksa menelan ludahnya untuk menjaga ketenangan.Di sampingnya, bos mafia itu duduk dengan sikap tenang, matanya terfokus pada jalan di depan, namun juga sesekali menatap jendela mobil yang gelap. Casey merasa seperti berada di ruang hampa, terperangkap dalam ketegangan yang semakin tebal di udara. Suasana mobil itu agak kelam, cahaya lampu dalam mobil hanya memberikan kilau redup, seperti menggambarkan betapa dalamnya kegelapan yang menyelubungi momen itu.Kesunyian yang mengisi ruang di antara mereka terasa begitu berat. Setiap detik berlalu begitu lambat, dan Casey merasa sulit untuk bernapas dengan benar, seo

  • Pelayan Cantik dalam Cengkraman Sang Mafia   HUTANG AYAH

    "5 milyar?" kata Casey, suaranya hampir bergetar. Matanya melotot, mencoba mencerna apa yang baru saja dia dengar. Angka sebesar itu terasa seperti candaan. Namun pria di depannya mengenakan jas hitam dan kacamata hitam, hanya tersenyum sinis seolah menikmati reaksi tak percaya dari remaja 19 tahun itu."Apakah wajah saya terlihat seperti sedang bercanda?" ujar pria itu dengan keyakinan yang tak terbantahkan, suaranya tegas, tidak memberikan ruang untuk keraguan."Tapi... saya tidak punya uang sebesar itu," jawab Casey dengan nada lemas, bibirnya hampir gemetar. Pria itu mendengus, matanya kini tertuju pada rumah mewah yang ada di belakang Casey, rumah yang seakan menjadi simbol kekayaan mereka."Lalu, ada apa dengan rumah ini?" tanya pria itu, nada suaranya menunjukkan ketidakpercayaan. Bagi pria itu, rumah sekelas ini seharusnya tidak dimiliki oleh seseorang yang mengaku tidak mampu membayar kerugian besar.Casey terhenyak mendengar pertanyaan itu. Sebenarnya, keluarganya hanya oran

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status