Share

Chapter 4

Penulis: Irma W
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-26 21:05:18

Suasana di ruang tamu menjadi canggung. Amora masih berdiri, sementara Gery sudah duduk tanpa dipersilahkan. Seperti tidak peduli dengan kegugupan Amora, Dion hanya angkat bahu saat Amora meminta penjelasan dengan kode mata. Sementara Andy yang memang sedari tadi sudah duduk, tetap pada posisinya meskipun bingung.

“Kenapa dia datang kemari?” sikut Putri.

“Aku, aku tidak tahu,” jawab Amora lirih.

“Kau tidak buatkan aku minum?” tanya Gery santai. Terlihat satu telapak tangan mengibas-ngibas di depan wajah. “Panas sekali. Rumahmu tidak ada pendingin?”

“Memang angkuh!” batin Amora.

“Maaf, tidak ada, Tuan,” jawab Amora gugup.

Amora yang sudah dirundung rasa was-was berkedip ke arah Andy. Amora bermaksud meminta Andy untuk berdiri dan ikut masuk ke dalam. Untung saja Andy paham dengan maksud Amora.

“Aku buatkan minum dulu.” Amora meraih tangan Andy dan mereka pun masuk.

Di belakang Gery yang sedang duduk dengan kaki menyilang, Dion sedikit membungkukkan badan. “Kenapa kita datang kesini? Sebenarnya apa rencanamu?”

“Sssth!” desis Gery. “Lihat saja nanti. Ini akan lebih menarik daripada sekedar membuat pelaku masuk ke dalam penjara.”

Dion berdiri tegak lagi dengan wajah bingung. Jarinya mengusap dagu mencoba menebak-nebak isi kepala tuannya.

“Siapa di luar?” tanya Atmaja pada Amora.

Amora sedang menuang minuman dan di samping ada Andy yang sedang duduk di meja makan.

“Itu, ayah. Ada tamu,” Amora mencoba menjawab dengan tenang. Ayah tidak boleh curiga, dan bagaimanapun caranya Amora tak mau kalau keluarganya tahu tentang jaminan kebebasan ayah.

“Kau tunggu di sini. Mengobrollah sama Putri,” kata Amora saat sudah mengangkat nampan berisi dua minuman jeruk.

Merasa namanya terpanggil, dengan centilnya Putri segera berlenggak menghampiri Andy. Bukan senang, tentunya wajah Andy seketika berubah jadi datar. Tak peduli dengan Putri yang sudah bergelayut manja, mata Andy tengah mengikuti langkah Amora yang perlahan menghilang.

“Silahkan, Tuan.” Amora meletakkan dua gelas tersebut di atas meja, kemudian ikut duduk sambil memangku nampan.

Amora tidak tahu apa yang sudah diobrolkan mereka sebelum Amora kembali ke ruang tamu lagi. Ayah yang sudah duduk di samping Amora, terlihat biasa saja. Semoga memang belum ada obrolan yang terjadi.

“Maaf, Tuan. Ada perlu apa datang kemari?” tanya Atmaja.

Gery tidak langsung menjawab melainkan menatap Amora untuk beberapa saat, membuat Amora merasa takut dan gugup.

“Tentu saja ada perlu dengan anakmu,” jawab Gery.

Atmaja tersenyum dan menoleh ke arah Amora sebentar. “Aku lupa berterima kasih, karena tuan sudah membebaskanku. Terimakasih, Tuan.”

Atmaja berdiri lalu membungkukkan badan sebelum kemudian duduk lagi. “Terimakasih.”

Dalam kondisi canggung seperti ini, Amoralah yang terlihat kian gelisah. Dan seringaian di wajah tampan itu, menjelaskan bagaimana ia sangat menyukai permainannya yang berhasil membuat Amora ketakutan.

“Apa anda sudah tahu mengapa bisa bebas?”

Degh! Amora membelalak sempurna. Kepalanya menatap lurus dengan badan mengkaku kayu. Atmaja yang memang sangat penasaran, tentunya terlihat sumringah dan sangat ingin tahu.

“Aku belum tahu. Amora belum mengatakan apapun padaku,” jawab Atmaja sambil menoleh ke arah Amora lagi.

Amora yang sudah gemetaran, segera ikut berkata, “Ayah tidak perlu tahu. Yang terpenting ayah sudah bebas kan?”

Amora memberanikan melirik tajam ke arah Gery. Pria itu justru membalas tatapan itu dengan senyum mengerikan.

“Sebaiknya ayah istirahat dulu. Biar aku bicara dengan Tuan Gery,” Amora meminta ayah untuk pergi ke dalam. Amora tidak ingin ayah tahu dalam waktu dekat ini.

“Kau takut?” seloroh Gery cengengesan. “Kenapa ayahmu tak boleh tahu?”

Di belakang Gery, masih dalam posisi berdiri, Dion yang juga belum tahu tentang perjanjian mereka berdua pastilah penasaran. Belum ada pemberitahuan apa-apa dari Tuan mudanya selain sebuah perkataan membingungkan beberapa waktu lalu.

“Aku hanya ingin ayah tidak kepikiran apapun,” ujar Amora.

“Kau yakin ayahmu akan memikirkan keadaanmu?” tanya Gery. Gery meraih gelas dan meneguk dengan posisi duduk kaki menyilang.

“Apa maksud, Tuan?” Amora balik bertanya.

Gery tertawa lagi. Gelas yang ia pegang diletakkan lagi di atas meja. “Kau tidak mau minum, Ion? Sudah dibuatkan. Duduklah!”

Dion mengangguk kemudian ikut duduk.

Amora sungguh ingin sekali menendang kedua orang angkuh ini. Dua pria berjas penuh kekuasaan, yang bisanya hanya menuntut tanpa perasaan. Ingin memaki, tapi hanya bisa Amora luapkan dalam hati.

Gery mendesah sambil mengedarkan pandangan. “Rumahmu sangat jelek.”

“A-apa?” Amora ternganga. Berkedip cepat, Amora kemudian memilih melengos. Yang namanya orang kaya memang sudah ditakdirkan memiliki sifat yang sok berkuasa. Tebakan Amora tentu benar.

“Bagaimana kau bisa betah tinggal di rumah seperti ini?” Gery mendecih jijik.

Amora memejamkan mata sebentar sambil menarik nafas panjang. “Maaf, Tuan. Kenapa tuan jadi membicarakan keadaan rumahku?”

Gery tertawa lagi. Ia menaikkan kedua pundak sambil mendesah kemudian berdiri. Dion juga spontan ikut berdiri. “Aku datang cuma untuk mengingatkanmu. Ingat! Datang ke rumahku tepat waktu!”

Gery melempar sebuah kertas berisikan alamat rumahnya. Amora menelan saliva sambil memandangi kertas tersebut yang masih melayang sebelum akhirnya terjatuh di atas meja.

“Tidak boleh terlambat, atau perjanjian akan kubuat lebih berat!”

Glek! Amora menelan saliva lagi. Satu tangannya menjulur dan bergegas meraih kertas tersebut. “Tidak, Tuan. Aku tidak akan terlambat.”

Sebelum beranjak, Gery sempat menelengkan kepala ke arah pintu menuju ke ruang bagian dalam. Di sana ada Atmaja yang sedang menguping. Amora yang heran, pada akhirnya ikut menoleh sesuai kemana arah Gery memandang.

Gery mendengus dan lagi-lagi menyeringai. “Aku heran, kenapa orang seperti dia sampai bisa membuatmu berkorban!”

“Maksudnya?” lagi-lagi Amora ternganga. Sedari tadi perkataan Gery sangat sulit untuk Amora pahami.

Gery tidak menjawab, melainkan beranjak pergi begitu saja tanpa mengucapkan permisi atau apapun itu. Membuat Amora mengelus dada dan mendesah berat.

“Kau yakin kalau Atmaja itu menyebalkan?” tanya Gery saat sudah dalam perjalanan. “Sepertinya tampang dia biasa saja dan tidak buruk?”

“Kalau tidak buruk, tidak mungkin dia sampai menyeleweng saat menyetir,” jawab Dion. “Dan terbukti dia sampai membuat seseorang tiada.”

“Kau benar,” balas Gery. Seseorang itu tentu tak lain adalah Tania. Kekasih yang seharusnya sebentar lagi Gery nikahi.

“Apa kau yakin tentang kalau pria itu kalau dia pernah masuk penjara sebelum ini?” tanya Gery serius.

Dion mengangguk yakin. “Aku sudah memastikan dan sangat yakin. Dia mencuri sepeda motor milik saudaranya sendiri.”

“Huh, sungguh membuktikan kalau pria itu memang tidak waras!” cemooh Gery. “Aku akan buat balas dendam ini terlihat sangat menarik.”

Nampaknya tidak sia-sia Gery meminta Dion untuk mencari informasi tentang keluarga Amora beberapa hari yang lalu. Info ini memang sangatlah berguna untuk melancarkan aksinya.

“Apa kau berencana balas dendam melalui Amora?” tanya Dion.

Gery tertawa. “Aku sampai lupa kalau aku belum bilang padamu. Bukan hanya Amora yang akan kubuat menderita, tapi ayahnya juga. Kematian harus dibalas sangat kejam.”

Dion yang sebelumnya sudah meyakini tentang rencana ini, hanya bisa manggut-manggut dan menyetujui. “Yang kudengar, seberapa buruk pria itu, dia sangat menyayangi Amora. Kata tetangganya dulu, Tuan Atmaja rela melakukan apapun demi kebahagiaan Amora.”

“Sangat menarik ...” Gery tertawa jahat sambil bersandar pada dinding sofa. “Aku semakin bersemangat melakukan misi ini.”

“Semua untuk Tania!” batin Gery tengah berkata. “Kesakitan dan kematian Tania, harus terbalaskan!”

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 88 (Tamat)

    Setelah kejadian sudah berlalu, kini Gery dan Amora memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama. Mereka berdua berlibur ke bali dengan tujuan menenangkan pikiran dan memadu kasih. Keduanya sadar betul, kalau dalam rumah tangga terkadang memang selalu memiliki masalah. Entah itu masalah yang ringan maupun berat sekalipun. Dan kini semua sudah usai. Nomor satu adalah saling percaya. "Kau suka?" tanya Gery pada Amora yang sedang begitu lahap memakan makanan laut. Dengan mulut penuh, Amora mengangguk. "Ini sangat enak." Gery tertawa kecil. Di sebuah restoran yang tidak jauh dari pantai, memang sangat cocok untuk menenangkan pikiran. Deburan ombak dan angin sepoi-sepoi yang terdengar, membuat suasana di sore hari begitu romantis. Selesai menyantap makanan, keduanya memutuskan untuk menuju bibir pantai. Berjalan menyusuri pasir yang basah, keduanya kini saling merangkul menunggu sang surya membenamkan diri untuk istirahat. "Aku senang karena semua sudah isai," kata Amora. Dua tanganny

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 87

    Amora ingin marah dan pergi saja saat melihat adegan di dalam ponsel. Dadanya terasa terbakar dan ingin menangis. Namun, saat menoleh kearah Lina, Amora terpaksa tetap diam karena Lina menggenggam erat tangannya. Lina ingin Amora ada di sini sampai urusannya selesai.“Kau pikir dengan foto itu bisa membuktikan kalau Gery melakukan hal tak senonoh padamu?” cibir Lina. “Bagaimana mungkin ada orang yang mengambil gambar sedekat itu sementara kau dan Gery di sana? Ya, terkecuali kau sudah merencanakan dan menyuruh orang.”“Kau!” Belva melotot ke arah Belva.Menyadari Belva ketakutan, semakin membuat Lina ingin menyudutkannya. Wajah Belva yang mendadak gugup, juga membuat Wenda dan Abraham semakin yakin kalau Gery memang dijebak. Amora yang awalnya ingin sekali pergi, kini mulai penasaran dan ingin tahu kebenarannya.“Aku benar kan?” Lina tersenyum sambil mendengkus lirih.“Apanya yang benar!” salak Belva. “Apa kalian sedang mencoba mengeroyokku?” Belva bergantian menatap mereka semua

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 86

    Amora hampir saja menjerit saat menyadari ada Gery di dalam mobil. Lina yang sudah mengira ini akan terjadi, segera menutup mulut Amora dengan telapak tangannya.“Tenang Amora,” pinta Lina.“Aku tidak bisa ikut,” kata Amora.Amora sudah hampir berbalik, tapi dengan cepat Lina menghalangi. “Kumohon Amora. Ikutlah dengan kami, kau harus tahu kebenarannya.”“Kau baik-baik saja Amora?” panggil Andy yang merasa curiga dengan keadaan di dalam mobil itu.Masih beruntung kaca mobil tidak terlalu terang di bagian luar, jadi posisi Gery di dalam mobil tidak terlalu terlihat jika kurang jeli.“Kumohon Amora.” Gery memohon sebelum Andy berjalan mendekat karena penasaran.“Aku baik-baik saja.” Amora menatap Andy. “Aku pergi dulu.”Andy yang memang merasa aneh, pada akhirnya berhenti dan membiarkan Amora masuk ke dalam mobil.Amora sudah duduk di jok belakang, sementara Gery menyetir. Beberapa kali Lina melirik kaca spion untuk melihat Amora yang duduk sambil bersandar dan membuang pandang

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 85

    Keesokan harinya, Gery sudah bangun lebih awal. Dia sudah tidak sabar ingin segera bertemu dan menjemput sang istri pulang. Melihat wajah Gery yang sumringah saat di ruang makan, tentu membuat Abraham dan Wenda terheran-heran.“Kau sepertinya sedang bahagia, Ger?” tanya Wenda.Belum sempat Gery menjawab, Belva datang. Dia menyapa kedua mertuanya dan juga Gery. Wenda dan Abraham tersenyum tipis, sementara Gery acuh.“Aku mendadak kenyang,” kata Gery tiba-tiba. Gery hanya meneguk air putih lalu berdiri.Belva sudah mulai merasa tidak nyaman melihat sikap Gery pagi ini. Ditambah tentang ancaman Lina tadi malam. Ini pasti ada sesuatu yang sudah Gery tahu.“Sarapan dulu, Ger,” pinta Wenda.Gery berhenti melangkah lalu menoleh. “Aku tidak suka berdekatan dengan seorang pembohong!” tegas Gery. “Dan untuk ayah, Ibu, jangan percaya dengan omongan wanita itu. Dia hanya menjebakku.”Degh! Kini Belva yakin kalau Gery sudah tahu tentang kejadian malam itu yang sebenarnya memang tidak terjad

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 84

    Lina sudah sampai di dalam kamar Gery. Ia masih penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan Amora sampai jatuh sakit dan harus dirawat beberapa hari di rumah sakit.“Kau bertengkar dengan Amora?” tanya Lina.Gery melempar kemeja ke sembarang tempat lalu beralih memakai kaos oblong. “Tidak bertengkar, tapi ... ah, entahlah!” Gery nampak frustasi.Lina berdecak lalu mendorong Gery supaya segera duduk. “Tenangkan dirimu dulu. Bicaralah dengan tenang, mungkin aku bisa membantu.”Gery meraup wajah sambil mendesah. “Ini semua salahku. Mungkin ini karma karena aku dulu sudah membuat Amora menderita.”Lina tiba-tiba mendecih dan membuang muka. “Bukan dulu, tapi sekarang pun kau masih membuatnya menderita.”“Hey!” teriak Gery tiba-tiba. Lina sampai membelalak. “Kau datang mau memberiku solusi atau mau menyalahkanku.”“Ya, ya, maaf. Aku hanya kesal padamu,” sahut Lina.“Aku harus bagaimana sekarang?” Gery menengadah lalu tertunduk pasrah. “Aku tidak mau kehilangan Amora. Dan jug

  • Pelayan Dadakan Tuan Kejam   chapter 83

    Dokter mengatakan kalau keadaan Amora sudah baik-baik saja. Janin dalam kandungannya pun juga baik-baik saja. Menurut pemeriksaan dokter, Amora mengalami syok hingga perutnya terasa kram.Usai mendengar penjelasan dokter, Gery merasakan sekujur tubuhnya seolah sudah dihantam badai. Rasa bersalah muncul dan membuat dirinya seolah merasa tiada artinya.Hanya karena merasa takut kehilangan, Gery sampai membuang rasa percaya pada sang istri. Ini sangat salah. Sungguh salah.“Apa yang kau pikirkan sampai berbuat buruk pada Amora?” tanya Abraham.Di ruangan di mana Amora tengah berbaring, Gery tengah diinterogasi oleh ayah dan ibunya.“Aku hanya takut kehilangan dia, Ayah.” Jawab Gery seadanya. “Aku sangat takut sampai tidak tahu harus berbuat apa.”“Apa dengan begitu kau bisa tidur dengan Belva seenaknya?” salak Wenda. “Kau bilang mencintai Amora, tapi kau main di belakang bersama Belva. Astaga, Gery! Ibu tidak habis pikir kenapa kau bisa melakukan hal keji seperti itu.”Beberapa ka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status