Ceklek.
"Sam... Samantha," seru Ivander dengan nada panik, mencoba menyembunyikan ketidakberesan dalam situasi ini."Nyonya, Samantha?!" Pekik Anna yang langsung turun dari tempat tidur dan melepas pelukannya.Pemandangan di hadapan Samantha membuat hatinya hancur."Samantha, kamu harus dengarkan penjelasanku. Ini bukan seperti yang kamu pikirkan," ucap Ivander dengan suara gemetar."Kenapa, Ivander?! Kenapa kamu melakukannya?!" desisnya dengan suara terputus-putus dan penuh penekanan emosi.Ivander merasa kesal dan malu karena dia tidak memiliki alasan yang memadai."Samantha, aku tidak tahu bagaimana ini terjadi. Aku merasa hampa dan kesepian ketika kamu pergi. Anna adalah satu-satunya yang selalu ada di sini untukku, dan...""Sudah cukup!" Samantha memotongnya, dengan tatapan yang penuh kemarahan."Tidak ada alasan yang bisa mewajarkan perbuatanmu, Ivander. Kamu menghancurkan segalanya!" Sambung Samantha menatap marah.Ketegangan terasa mengisi udara di rumah besar Ivander Abraham dan Samantha Inggrid. Ivander, yang tadinya seorang suami yang baik, setia dan penyayang. Kini telah terjebak dalam perselingkuhan dengan pelayannya sendiri, yang pada akhirnya sangat menyakiti hati Samantha istrinya."Saya minta maaf, Nyonya Samantha. Saya tidak ingin ini terjadi. Tapi saya sangat mencintai Tuan Ivander," Anna mencoba berbicara dan membela diri dalam ketakutan.Samantha menoleh ke arah Anna dengan pandangan penuh amarah, kemudian beralih kembali pada Ivander. Anna bukan hanya sebagai seorang pelayan, dia adalah orang yang telah Samantha percaya selama bertahun-tahun."Aku tidak menyangka, aku pikir kau begitu setia akan cinta kita, Ivander! Nyatanya aku salah! Kau sama saja seperti laki-laki brengsek di luar sana!" Samantha begitu marah seraya menatap tajam pada Ivander."Samantha ... Kau harus sadari, semua ini terjadi juga karena ulahmu," kilahnya tidak terima jika dia disalahkan."Ulahku, katamu?! Benar-benar tidak punya hati! Apapun alasannya, selingkuh itu tetap salah, dan sangat tidak dibenarkan!" sergah Samanta dengan penuh emosi.Kemudian dirinya beralih menatap tajam pada Anna Magenta."Dan kamu! Dasar perempuan murahan! Kau jual harga dirimu, demi suami orang! Perempuan kampung yang tidak tau diri! Kau seharusnya sadar, bahwa kau hanya seorang pelayan yang kami sewa dari yayasan!!!" hardik Samantha meluapkan semua emosinya dengan berteriak kencang.Anna Magenta hanya bisa terdiam sambil menangis dan tertunduk."Jangan kau tunjukkan air mata buaya itu, Anna. Bukankah kau senang karena telah berhasil mendapatkan hati Tuanmu sendiri?! Hati suamiku!!!" tunjuk Samantha pada kening Anna, dengan penuh emosi."Tidak, Nyonya. Aku tidak pernah berniat untuk merebut hatinya, semua itu terjadi begitu saja," jelas Anna mencoba meyakinkan Samantha dengan kebohongan."Terjadi begitu saja, katamu? Hahaha ... Celotehan bodoh apa yang telah kau ucapkan padaku, Anna?" Ujarnya dengan menekan kalimatnya begitu tajam.Ivander berjalan mencoba menenangkan Samantha. Samantha menepis kasar lengan Ivander."Kau sudah puas, Anna?" Tanya Samantha dengan menatap tajam pada Anna.PPPLLAAKKK!Ivander kaget melihatnya."Seribu kali tamparan saja, tidak cukup untuk menyembuhkan lukaku, Anna. Bisa-bisanya orang polos sepertimu, berhasil menjadi dalang penghancur dalam rumah tangga orang lain!" hardik Samantha dengan mantap.Anna terkejut dan meringis dengan tamparan tersebut."Nyonya Samantha, aku... aku bisa menjelaskan hal yang lainnya ..."Samantha dengan amarah mendalam, menatapnya begitu tajam."Tidak ada penjelasan yang bisa membenarkan ini, Anna! Kau tahu betapa aku begitu mempercayaimu dan kau malah berani melangkah ke ranjang suamiku!""Nyonya Samantha, aku sangat menyesal. Aku tidak bermaksud untuk..." ucap Anna yang berusaha meminta maaf."Kau tidak bermaksud? Kau telah merusak segalanya, Anna. Kau telah merusak pernikahan kami, dan kamu telah merusak kepercayaanku padamu!" Samantha memotong ucapan Anna dengan geram.Anna kembali menangis."Nyonya Samantha, aku tidak tahu apa yang harus aku katakan. Aku sangat menyesalinya."Samantha baru saja pulang dari perjalanannya yang berbulan-bulan, merindukan Ivander. Meskipun Ivander seringkali emosional dan memarahinya dalam perdebatan tentang perusahaannya yang bangkrut, Samantha merasa bersalah karena meninggalkannya. Namun, ketika pulang, ia merasa ada kejanggalan karena Ivander tak kunjung menjemputnya ke kampung.PLLAKK!Dengan tanpa ampun, Samantha kembali menampar Anna."Inilah untuk pengkhianatanmu, Anna! Ini adalah balasan untuk segala kepercayaan yang telah kau khianati. Meskipun tidak ada apa-apanya dari semua rasa sakit hati ini!" Samantha berbicara tanpa ampun."Samantha, tolong jangan salahkan Anna. Dia hanya seorang pelayan yang menjalankan tugasnya dengan baik," sergah Ivander dengan berdiri di hadapan Samantha, lalu melindungi Anna."Pelayan apa maksudmu, Ivander?! Pelayan sebagai, pemuas birahi simpananmu?! Iya?!!" Pekik Samantha yang kembali emosi dan bahkan melotot.Anna semakin menangis mendengarnya, sementara Ivander tidak bisa berbuat apapun."Kau seharusnya sadar, Ivander. Perbuatan kalian berdua itu keji dan menjijikan, aku yakin hubungan kalian berdua itu sudah sangat kotor, lebih dari apapun!""Samantha, tolong berhenti. Kau baru saja tiba, istirahat sejenak," perintah Ivander dengan nada rendah.PPLLLAKKK!Samantha menampar Ivander."Tindakanmu hanya mengungkap betapa rendahnya diri kamu, laki-laki yang mengkhianati dan merendahkan diri sendiri. Kau tidak lebih berharga dari sekumpulan sampah, Ivander!"Ivander merasa tersisih oleh Samantha, yang selalu berseberangan dengannya. Ia merindukan kebutuhan emosional dan fisik yang tidak terpenuhi dalam pernikahan mereka, serta ketidakberuntungan mereka yang belum memiliki anak. Dalam keputusasaannya, Ivander mendapatkan kenyamanan dari Anna, pelayannya, yang memberikan perhatian dan keintiman yang begitu lama ia rindukan.Anna kemudian berlari ke dalam kamarnya dan duduk di pinggir tempat tidur, air mata mengalir di pipinya, dan hatinya penuh dengan rasa penyesalan."Kenapa aku melakukan ini? Nyonya Samantha adalah perempuan yang baik dan berjasa pada hidupku. Dia telah memberiku begitu banyak, termasuk pekerjaan ini dan kesempatan yang kubutuhkan," gumamnya seorang diri.Dia mengenang momen-momen saat Samantha mendukungnya, memberikan nasihat bijak, dan berperilaku seperti saudara. Air mata Anna semakin deras."Ivander adalah suaminya. Aku tahu dia merasa tersakiti, tapi aku tidak bisa bohongi diriku sendiri, aku mencintai suaminya," imbuhnya dengan semua rasa penyesalan yang mendalam.Bbrruukk! Bbrruuukkk!"Kau penghianat, Anna!" hardik Samantha penuh emosi.Terdengar dari arah luar pintu kamar Anna. Anna terkejut mendengarnya dan berdiri mematung menatap pintu. Sementara di luar terdengar Ivander yang berusaha menenangkan Samantha."Samantha, aku paham betapa sakitnya perasaanmu sekarang, dan aku menyesal. Tapi mendobrak pintu kamar Anna bukan solusi. Mari kita bicarakan dengan tenang," rayu Ivander dengan lembut dan penuh penyesalan."Ivander, aku tidak bisa bicara dengan tenang saat ini. Aku merasa begitu tersakiti dan marah. Anna harus tau betapa sakitnya aku! Dan kamu, tolong jangan halangi aku!" Bentak Samantha mendorong Ivander dan Ivander hanya terdorong sedikit."Kita harus mencari jalan keluar bersama, Samantha. Aku tidak ingin kita semakin terluka. Tolong, berikan aku kesempatan untuk menjelaskan dan memperbaiki kesalahan ini.""Ivander, aku tak bisa percaya bahwa kamu masih mencoba membela Anna setelah semua yang terjadi!" Samantha berucap dengan amarah yang meluap."Samantha, aku tidak mencoba membela Anna, tapi kita perlu memahami sisi cerita semua orang," ujar Ivander mencoba menjelaskan."Sisi cerita? Apakah kamu lupa bahwa Anna adalah oknum utama yang merusak pernikahan kita?""Tidak sayang, tentu tidak. Tapi kita harus berbicara dengan lebih bijak.""Bijak? Ivander, kamu tidak bisa menghindari kenyataan bahwa kamu telah mengecewakanku, dan ini semua salahmu! Kalian sama-sama penghianat!"Ivander dengan sekuat tenaga menarik Samantha yang terus berontak dan mengamuk, bahkan tak jarang Ivander mendapatkan cakaran dari Samantha. Ivander menggendong Samantha dan segera membawanya ke dalam kamar utama.Namun, lagi-lagi Samantha kembali marah."Aku tidak bisa tidur di sini lagi, Ivander. Kamar ini penuh dengan kenangan perselingkuhanmu dengan Anna!" Samantha yang kembali marah dan putus asa."Samantha, aku minta maaf. Kami bisa membersihkan dan mengubahnya jika itu yang kamu inginkan.""Itu tidak akan menghapus kenangan, Ivander. Aku akan tidur di kamar tamu malam ini. Kamar ini terasa jadi menjijikkan dan aromanya penuh bau badan perempuan kampungan itu!"Ivander menghela nafas penuh kesabaran. Samantha semakin kesal pada Ivander."Kenapa, kau tidak terima? Simpananmu ku hina?!""Samantha ..."Ivander menghela nafas."Samantha, tolonglah. Kita bisa memulihkan hubungan kita, tapi aku perlu tahu bahwa kamu masih mencintaiku," dengan nada penuh penyesalan."Ivander, aku bilang, aku tidak bisa tidur di kamar kotor ini! Aku teringat dengan apa yang aku saksikan tadi! Jangan paksa aku!" Teriak Samantha engan wajah penuh ketidaksenangan dan jijik."Samantha, itu adalah kesalahan besar. Aku menyesal dan aku minta maaf.""Aku melihatmu bersama Anna, Ivander. Aku merasa jijik dan terluka. Aku tidak tahu bagaimana bisa tidur di kamar itu lagi! Aku mual, terlebih melihat wajahmu dan Anna saat ini!"Ivander merasa putus asa karena situasinya. Dia berusaha menjelaskan bahwa itu adalah kesalahan besar, tetapi Samantha masih merasa terluka dan jijik."Aku tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi. Aku mencintaimu, Samantha, lebih dari apapun.""Sebodoh itu, sampai aku bisa kembali percaya dengan ucapan busukmu? Setelah baru saja aku menemukan kalian bercumbu mesra?!! Aku memang mencintaimu, Ivander, tapi ini akan memerlukan waktu untuk memperbaiki kerusakan ini."Ceklek.Braakkk!!!Samantha membanting pintu dengan kasar. Ivander kembali mengejarnya."Samantha, tolong, jangan pergi ke kamar tamu. Kita bisa mengatasi ini bersama. Kau harus tahu, betapa aku merindukanmu," ujar Ivander dengan cemas bahkan mencoba merayu istrinya tersebut."Jika kau memang merindukanku, kenapa kau tidak menjemputku sama sekali, Ivander? Ini terlalu sulit untukku. Aku tidak bisa tidur di sana, setidaknya untuk saat ini!" Tegas Samantha."Aku tahu aku telah membuat kesalahan besar, tapi aku ingin memperbaikinya. Aku tidak ingin tidur terpisah darimu.""Aku masih merasa terluka dan jijik, Ivander! Aku butuh waktu.""Sayang, tolong dengarkan aku, aku tidak akan mengulangi kesalahan itu. Kita bisa memulihkan hubungan kita.""Aku tidak mau! Terlebih mempercayai ucapanmu secepat ini. Ivander, untuk saat ini aku hanya butuh waktu untuk memproses semuanya. Berikan aku waktu untuk menenangkan diri.""Aku mencintaimu, Samantha."Samantha menghela nafas sedih."Jika kau memang benar mencintaiku, kau tidak akan pernah mengkhianatiku dengan alasan apapun, Ivander," balas Samantha dengan suara bergetar menahan sedihnya."Samantha...""Aku masih tidak menyangka, kau bisa tega berbuat sebegitu hinanya padaku. Kau... Lebih jahat dari sesosok iblis, Ivander," air mata Samantha mulai kembali menetes dengan rentetan lukanya.Ivander merasa sedih dan bingung, tetapi dia menyadari bahwa Samantha memerlukan waktu dan ruang untuk menyembuhkan lukanya. Dia mencoba untuk mengerti perasaan istrinya sambil berharap bahwa mereka dapat memperbaiki hubungan mereka di masa depan.Samantha kembali dari petualangan di Finlandia, membawa kabar bahagia untuk keluarga besar bahwa setelah beberapa bulan di Lapland, ia kini mengandung. Berita tersebut disambut dengan suka cita dan rasa syukur oleh keluarga besar, mengukuhkan perasaan bahagia Ivander dan Samantha yang akhirnya meraih kebahagiaan menjadi orang tua.Kehamilan Samantha telah mencapai usia lima bulan, menandai perjalanan mereka menuju kehidupan keluarga yang penuh keceriaan dan harapan."Semuanya, ada sesuatu yang ingin kami bagikan. Aku sangat bersyukur karena pada akhirnya, Tuhan telah mempercayakan seorang janin yang tengah hidup dalam rahimku," ungkap Samantha dengan sangat bahagia.Keluarga besar dari kedua belah pihak bersorak dan bahagia."Akhirnya, terima kasih, Tuhan. Selamat, Ivander dan Samantha!" Ucap Neneknya Samantha dengan penuh haru."Kami benar-benar sangat bersyukur atas berkah ini," ucap Ivander tersenyum bahagia, seraya mengelus perut Samantha yang sudah buncit."Kami tidak sabar menan
Dengan hati yang galau, Kevin melangkah mendekati Rose di bawah sinar senja, di tengah suasana hening kolam renang. Kehilangan komunikasi selama ini membuatnya ragu bagaimana menyapa, namun didorong oleh desiran untuk memulihkan kehangatan yang terputus. Orang tua Rose menyambutnya dengan senyuman, memberikan izin untuk memperbaiki keputusan itu."Rose... " Panggil Kevin dengan lembut.Rose menoleh dan wajahnya mendadak murung ketika mendapati Kevin."Rose, tolong beri aku kesempatan. Aku minta maaf Rose, aku merindukan kamu. Tolong jangan jauhi aku dan jangan terus bersikap dingin seperti ini," oceh Kevin panjang lebar tanpa jeda agar bisa segera memberikan penjelasan."Bukankah, sudah pernah ku bilang, bahwa jangan pernah hubungi aku lagi. Dan jangan pernah temui aku lagi," balas Rose seraya bangkit berdiri."Rose, ku mohon, tolonglah. Aku benar-benar merasa sangat kehilangan dirimu, aku menyesal Rose.""Aku tidak akan pernah percaya lagi atas semua ucapan yang keluar dari mulutmu!"
Malvin dan Ling-Ling dengan cepat mendekati Leona dan Kevin begitu mereka sampai di pintu kelas."Maaf ya, Leona, Kevin. Kami tahu kami salah kemarin," ucap Malvin sambil tersenyum penuh penyesalan."Kami ingin memulai ulang hubungan kita semua, aku juga turut meminta maaf," Ling-Ling menambahkan, meskipun dalam hati sangat muak.Mereka harus bisa memainkan peran yang sudah diatur."Apa yang membuat kalian berubah pikiran?" Leona memandang mereka dengan rasa heran."Dan kenapa tiba-tiba kalian baik pada kami?" Kevin menyela."Kami menyadari, kita seharusnya tidak bersikap seperti itu. Kami ingin menjadi teman kalian lagi," Malvin menjelaskan, meskipun dalam hati malas."Kami merasa bersalah dan ingin memperbaiki semuanya," Ling-Ling menimpali."Aku senang akhirnya kalian berdua sadar. Aku maafkan kalian, tapi... aku juga ingin sekali berbaikan dengan Rose dan Debora," Leona tersenyum dan mengangguk. Kemudian merenung."Ya, kita harus memperbaiki semuanya bersama-sama," Kevin setuju.K
"Jadi, untuk apa kalian ke sini?" Tanya Samantha menatap secara bergantian pada para sosok remaja yang terduduk di hadapannya."Ehm, kami... Kami, mau.. " ucap Malvino dengan bingung dan terbata-bata.Ketakutan sebenarnya menyelimuti mereka, telapak tangan mereka mendadak terasa dingin karenanya."Mau apa?" Tanya Ivander dengan tajam dan dengan nada galak."Ayo, cepat katakan!" Ujar Ling-Ling berbisik dan mendesak Malvino."Kau saja!" Balas Malvino juga sama berbisik dan merasa terdesak."Kami bingung hendak menjelaskan bagaimana Nyonya Samantha, Tuan Ivander," ucap Debora segera."Ehm, kami... Kamu datang ke sini hendak berbicara sesuatu," sahut Rose dengan ragu.Ling-Ling segera menyenggol kaki Rose untuk segera mengatakannya, Rose malah kembali mendesak Malvino."Ayo, bicaralah. Waktuku tidak banyak," ucap Ivander mendesak bocah-bocah kecil di hadapannya."Mm, Tuan dan Nyonya. Kami hendak minta maaf," ujar Malvino tapi tidak sanggup berkata lebih lanjut."Minta maaf untuk apa?" Tan
Leona duduk di bangku taman, wajahnya dipenuhi raut kesedihan. Kevin, yang selalu setia berada di sisinya, mencoba menghiburnya."Leona, aku tahu semua orang menjauh, tapi aku di sini untukmu," ucap Kevin terduduk di sebelahnya sambil menatap Leona dari samping."Terima kasih, Kevin. Kau selalu ada untukku," balas Leona menoleh pada Kevin dan berusaha tersenyum.Suasana taman sangat sepi dan keadaan seolah kelabu menyelimuti hati Leona."Kevin, apakah benar yang mereka semua katakan padaku? Apakah aku benar-benar seegois itu? Bukankah hal yang wajar, jika aku sebagai seorang sahabat meminta bantuan kalian?" Ucap Leona membela dirinya secara halus."Aku paham, dan aku tidak masalah soal semua itu. Hanya saja, tidak juga berlebihan Leona," jawab Kevin mengangguk, kemudian menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan rasa tidak enak."Berarti aku salah?""Oh, tidak juga, hehe.""Kevin, kenapa Rose, orang yang paling aku percayai selama ini, tega berbuat seperti itu padaku?" Ucap Leona mer
"Dona! Kamu tidak bisa pergi begitu saja! Dona!" Teriak Baba Hong mengejar Dona ke gerbang pintu.Dona terus saja berlari sampai berhasil keluar rumah tersebut, dengan beberapa pelayan dan penjaga heran menatap keduanya. Baba Hong berhasil meraih Dona, dan memeluknya dari belakang."Lepaskan! Aku tidak akan menuntut apapun dirimu! Lepaskan aku!" Pekik Dona seraya berusaha melepaskan diri."Tidak! Jangan pergi, kau akan tetap menjadi istriku, Dona.""Buat apa? Kau sudah ada Livia. Aku cukup sadar diri, kau akan menua bersama Livia.""Aku tahu, Livia hanya mengincar uangku saja. Aku hanya ingin membeli harga dirinya, aku tidak benar-benar mencintainya."Dona berhasil melepaskan pelukannya dari Baba Hong.Plak!Dona menampar Baba Hong dengan sangat kencang, Baba Hong kemudian merasakan pipinya sangat perih dan memerah. Meskipun sudah tua, wajahnya masih terlihat tua dan segar. Sedangkan, Dona sebenarnya cantik. Namun, dia sadar bahwa hati Baba Hong selama ini bukan untuknya. Baba Hong ti