Share

Bab 4 Kekaguman Leya

Pagi ini Aldrich terbangun, suara berisik dari mesin penghisap debu mampu membuat Aldrich terbangun.

"Selamat pagi tuan" tanya Leya yang saat ini melihat kalau Aldrich baru saja terbangun.

Aldrich hanya diam saja, dia baru mengingat kalau semalam dia mabuk dan berakhir dengan tertidur pulas di atas ranjang yang empuk itu.

"Tolong siapkan aku air hangat aku mau mandi" titah Aldrich.

"Maaf tuan tapi kata Dokter, anda tidak boleh mandi" sahut Leya menunduk.

"CK" hanya decakan yang Aldrich tunjukan untuk merespon perkataan Leya.

Tokk

Tokk

Leya berjalan ke arah pintu kamar tuannya itu, dia membuka sedikit pintu itu dan ternyata ada seorang laki laki yang berdiri di sana tengah membawa nampan yang berisi nasi dengan sayuran buatan Leya tadi.

Van masuk ke dalam dan langsung mendekat pada Aldrich yang saat ini hanya memutar bola matanya malas.

"Mau apa kau datang kemari" malas Aldrich meladeni sahabatnya itu.

"Ayo makan aku akan suapi" sahut Van layaknya seorang bapak yang tengah memaksa anaknya untuk makan.

"Tak Sudi aku, simpan nasi itu biar aku yang makan sendiri" pinta Aldrich namun sahabatnya itu malah membuat Aldrich jengkel.

"Simpan Amhar" bentak aldrich menggelegar di ruangan itu.

"Ya, aku akan pergi dari sini, aku akan makan saja bersama dengan Emly" sahut Van yang langsung meninggalkan Aldrich.

Aldrich mengambil piring yang isinya nasi dan sayuran itu, Aldrich hendak bangun dari sana karena Aldrich takut makanan itu akan mengenai selimutnya.

"Leya tolong bantu aku" pinta Aldrich dengan suara lembutnya.

Entah setan apa yang hinggap di tubuh Aldrich hingga di bisa selembut itu pada Leya, atau mungkin kepala Aldrich mengalami cedera yang membuat dia menjadi hilang ingatan.

Leya dengan senang membantu tuannya itu, bahkan Leya menyuapi Aldrich dengan makanan itu.

"Bagaimana kondisi anak mu" tanya Aldrich.

"Lumayan baik tuan" jawab Leya.

"Fyuhh, aku merasa lega, setidaknya kau bisa bekerja lagi" gumam Aldrich.

Leya mengambil satu gelas air minum, menyodorkan gelas itu pada Aldrich.

Leya juga memberikan obat yang sudah di resepkan oleh dokter.

"Tuan aku akan mencuci pakaian anda yang ada di dalam keranjang itu" ucap Leya menunjuk pada keranjang baju yang sudah penuh itu.

"Ya" singkat Aldrich.

Leya mengambil keranjang itu dan dia bawa ke lantai bawah untuk dia cuci dengan mesin cuci.

Leya mengecek setiap saku yang ada di celana Aldrich.

Dan ada beberapa lembar uang, bahkan ada juga dompet Aldrich yang mungkin saja Aldrich lupa untuk ambil.

Leya mengumpulkan barang barang Aldrich dari saku celana dan jaketnya.

"Buatkan aku makanan" suara berat terdengar di telinga Leya.

Saat menatap Leya justru terpesona pada laki laki itu, Van saat ini berdiri di belakang Leya.

"Baik tuan" ujar Leya.

"Siapa nama kamu" tanya Van menatap pada Leya yang tentu saja Leya berbeda dari yang lain.

"Leya" jawabnya.

Van duduk di kursi meja makan, jarinya dengan sengaja dia pukul pukulkan pada meja, menandakan kalau dia tengah menunggu sesuatu yang sangat dia inginkan.

Leya datang ke sana membawa makanan untuk Van sarapan pagi ini, Ada yang aneh pada penglihatan Leya padahal tadi pagi Leya sempat melihat Van dan tidak beraksi apa pun pada Van.

Tapi sekarang entah kenapa Leya merasa ada sesuatu yang aneh saat dia melihat laki laki berusia 30 tahunan itu.

Rasanya jantung Leya berpacu dengan kencang, padahal mereka tak melakukan apa pun.

"Apa mungkin aku suka pada tuan Van" gumam Leya yang langsung menggelengkan kepalanya menyangkal itu semua.

"Kau tau kalau Aldrich kasar pada mu, tapi kau tidak melawan, kenapa" tanya Van.

"Saya hanya takut di pecat tuan" jawab Leya.

Van mengernyitkan dahinya, dia tidak tau kalau seorang wanita yang saat ini ada di hadapannya takut di pecat dari pada takut pada sikap Aldrich.

"Tidak heran Aldrich memang kasar" ungkapnya sambil memakan makanan yang ada di meja makan.

Leya kembali pada cuciannya dia menjemurnya di halaman belakang karena di sana lah, tempat yang bisa langsung terpapar sinar mentari pagi.

**

"Tuan ini barang barang anda yang ada di saku celana" Leya menyodorkan barang barang yang dia temukan di dalam celana Aldrich.

Aldrich hanya mengambil kunci mobil, kalung, dan koin emas saja.

"Uang itu ambilah" titah Aldrich.

Leya terkejut dia tidak percaya kalau tuannya memberikan uang itu pada Leya.

"Tuan ini banyak" ujar Leya.

"Lalu" Aldrich keheranan.

"Yang benar saja tuan ini untuk saya, ini ada dua ratus ribu lebih, tuan" sahut Leya.

Hanya tatapan tajam dengan wajah bengis yang Aldrich tampakan dan itu bisa membuat Leya paham kalau satu kata lagi dia berucap maka Aldrich akan marah.

"Terima kasih tuan" ucap Leya yang langsung pergi dari sana meninggalkan Aldrich.

Hanya kesunyian lagi yang Aldrich rasakan, rasanya orang orang datang dan pergi dengan cepat di kehidupan Aldrich.

Dan akhirnya hanya menyisakan rasa kesepian pada Aldrich yang sangat membutuhkan perhatian dari seseorang.

Emly datang ke sana dia melihat kakaknya yang saat ini terduduk di atas ranjangnya.

"Kak bisa aku minta uang" tanya Emly.

Senyuman tergambar di wajah cantik adiknya itu, begitulah Emly dia akan baik pada kakaknya kalau ada maunya saja.

"Berapa" tanya Aldrich dengan tatapan mata yang masih tertuju pada layar ponsel.

"Sepuluh" jawab Leya.

"Sepuluh ribu" tanya Aldrich.

"Kak, sepuluh juta, masa sepuluh ribu cukup untuk apa" rengek adiknya itu.

Aldrich berdiri mengayunkan kakinya menuju ke arah lemari yang ada di kamar yang mewah itu.

Aldrich mengambil sepuluh juta, sesuai dengan uang yang di inginkan oleh adiknya itu.

"Ambil dan jangan ganggu aku lagi" ketus Aldrich.

"Terima kasih" ucap Emly yang langsung pergi dari sana.

"Jaga diri kamu, bawa orang orang ku agar kau aman" sahut Aldrich.

Namun Sebelum pergi Emly meminta Leya untuk datang ke kamar kakaknya.

Emly mau Leya menemani kakaknya agar kakaknya tidak sendirian.

Leya sebenarnya tidak mau datang ke sana, karena jika Leya datang ke sana sama saja dengan dia membangunkan singa yang tertidur.

Derap langkah kaki terdengar jelas di telinga yang saat ini pendengarannya sangat tajam.

Suara langkah terayun hendak mendekati dirinya.

Setelah suaranya hampir mendekat, dengan cepat tangannya di pelintir hingga membuatnya meringis kesakitan.

"Tuan" keluh Leya yang saat ini tangannya di pelintir oleh Aldrich.

"Maafkan aku" kesal Aldrich yang langsung melepaskan tangan Leya.

Leya mengibas ibaskan tangannya karena kesakitan ulah Aldrich.

"Tuan setid....."

Dorr

"Tiarap" sahut Aldrich membawa Leya ke kolong ranjangnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status