Pagi ini Aldrich terbangun, suara berisik dari mesin penghisap debu mampu membuat Aldrich terbangun.
"Selamat pagi tuan" tanya Leya yang saat ini melihat kalau Aldrich baru saja terbangun.Aldrich hanya diam saja, dia baru mengingat kalau semalam dia mabuk dan berakhir dengan tertidur pulas di atas ranjang yang empuk itu."Tolong siapkan aku air hangat aku mau mandi" titah Aldrich."Maaf tuan tapi kata Dokter, anda tidak boleh mandi" sahut Leya menunduk."CK" hanya decakan yang Aldrich tunjukan untuk merespon perkataan Leya.TokkTokkLeya berjalan ke arah pintu kamar tuannya itu, dia membuka sedikit pintu itu dan ternyata ada seorang laki laki yang berdiri di sana tengah membawa nampan yang berisi nasi dengan sayuran buatan Leya tadi.Van masuk ke dalam dan langsung mendekat pada Aldrich yang saat ini hanya memutar bola matanya malas."Mau apa kau datang kemari" malas Aldrich meladeni sahabatnya itu."Ayo makan aku akan suapi" sahut Van layaknya seorang bapak yang tengah memaksa anaknya untuk makan."Tak Sudi aku, simpan nasi itu biar aku yang makan sendiri" pinta Aldrich namun sahabatnya itu malah membuat Aldrich jengkel."Simpan Amhar" bentak aldrich menggelegar di ruangan itu."Ya, aku akan pergi dari sini, aku akan makan saja bersama dengan Emly" sahut Van yang langsung meninggalkan Aldrich.Aldrich mengambil piring yang isinya nasi dan sayuran itu, Aldrich hendak bangun dari sana karena Aldrich takut makanan itu akan mengenai selimutnya."Leya tolong bantu aku" pinta Aldrich dengan suara lembutnya.Entah setan apa yang hinggap di tubuh Aldrich hingga di bisa selembut itu pada Leya, atau mungkin kepala Aldrich mengalami cedera yang membuat dia menjadi hilang ingatan.Leya dengan senang membantu tuannya itu, bahkan Leya menyuapi Aldrich dengan makanan itu."Bagaimana kondisi anak mu" tanya Aldrich."Lumayan baik tuan" jawab Leya."Fyuhh, aku merasa lega, setidaknya kau bisa bekerja lagi" gumam Aldrich.Leya mengambil satu gelas air minum, menyodorkan gelas itu pada Aldrich.Leya juga memberikan obat yang sudah di resepkan oleh dokter."Tuan aku akan mencuci pakaian anda yang ada di dalam keranjang itu" ucap Leya menunjuk pada keranjang baju yang sudah penuh itu."Ya" singkat Aldrich.Leya mengambil keranjang itu dan dia bawa ke lantai bawah untuk dia cuci dengan mesin cuci.Leya mengecek setiap saku yang ada di celana Aldrich.Dan ada beberapa lembar uang, bahkan ada juga dompet Aldrich yang mungkin saja Aldrich lupa untuk ambil.Leya mengumpulkan barang barang Aldrich dari saku celana dan jaketnya."Buatkan aku makanan" suara berat terdengar di telinga Leya.Saat menatap Leya justru terpesona pada laki laki itu, Van saat ini berdiri di belakang Leya."Baik tuan" ujar Leya."Siapa nama kamu" tanya Van menatap pada Leya yang tentu saja Leya berbeda dari yang lain."Leya" jawabnya.Van duduk di kursi meja makan, jarinya dengan sengaja dia pukul pukulkan pada meja, menandakan kalau dia tengah menunggu sesuatu yang sangat dia inginkan.Leya datang ke sana membawa makanan untuk Van sarapan pagi ini, Ada yang aneh pada penglihatan Leya padahal tadi pagi Leya sempat melihat Van dan tidak beraksi apa pun pada Van.Tapi sekarang entah kenapa Leya merasa ada sesuatu yang aneh saat dia melihat laki laki berusia 30 tahunan itu.Rasanya jantung Leya berpacu dengan kencang, padahal mereka tak melakukan apa pun."Apa mungkin aku suka pada tuan Van" gumam Leya yang langsung menggelengkan kepalanya menyangkal itu semua."Kau tau kalau Aldrich kasar pada mu, tapi kau tidak melawan, kenapa" tanya Van."Saya hanya takut di pecat tuan" jawab Leya.Van mengernyitkan dahinya, dia tidak tau kalau seorang wanita yang saat ini ada di hadapannya takut di pecat dari pada takut pada sikap Aldrich."Tidak heran Aldrich memang kasar" ungkapnya sambil memakan makanan yang ada di meja makan.Leya kembali pada cuciannya dia menjemurnya di halaman belakang karena di sana lah, tempat yang bisa langsung terpapar sinar mentari pagi.**"Tuan ini barang barang anda yang ada di saku celana" Leya menyodorkan barang barang yang dia temukan di dalam celana Aldrich.Aldrich hanya mengambil kunci mobil, kalung, dan koin emas saja."Uang itu ambilah" titah Aldrich.Leya terkejut dia tidak percaya kalau tuannya memberikan uang itu pada Leya."Tuan ini banyak" ujar Leya."Lalu" Aldrich keheranan."Yang benar saja tuan ini untuk saya, ini ada dua ratus ribu lebih, tuan" sahut Leya.Hanya tatapan tajam dengan wajah bengis yang Aldrich tampakan dan itu bisa membuat Leya paham kalau satu kata lagi dia berucap maka Aldrich akan marah."Terima kasih tuan" ucap Leya yang langsung pergi dari sana meninggalkan Aldrich.Hanya kesunyian lagi yang Aldrich rasakan, rasanya orang orang datang dan pergi dengan cepat di kehidupan Aldrich.Dan akhirnya hanya menyisakan rasa kesepian pada Aldrich yang sangat membutuhkan perhatian dari seseorang.Emly datang ke sana dia melihat kakaknya yang saat ini terduduk di atas ranjangnya."Kak bisa aku minta uang" tanya Emly.Senyuman tergambar di wajah cantik adiknya itu, begitulah Emly dia akan baik pada kakaknya kalau ada maunya saja."Berapa" tanya Aldrich dengan tatapan mata yang masih tertuju pada layar ponsel."Sepuluh" jawab Leya."Sepuluh ribu" tanya Aldrich."Kak, sepuluh juta, masa sepuluh ribu cukup untuk apa" rengek adiknya itu.Aldrich berdiri mengayunkan kakinya menuju ke arah lemari yang ada di kamar yang mewah itu.Aldrich mengambil sepuluh juta, sesuai dengan uang yang di inginkan oleh adiknya itu."Ambil dan jangan ganggu aku lagi" ketus Aldrich."Terima kasih" ucap Emly yang langsung pergi dari sana."Jaga diri kamu, bawa orang orang ku agar kau aman" sahut Aldrich.Namun Sebelum pergi Emly meminta Leya untuk datang ke kamar kakaknya.Emly mau Leya menemani kakaknya agar kakaknya tidak sendirian.Leya sebenarnya tidak mau datang ke sana, karena jika Leya datang ke sana sama saja dengan dia membangunkan singa yang tertidur.Derap langkah kaki terdengar jelas di telinga yang saat ini pendengarannya sangat tajam.Suara langkah terayun hendak mendekati dirinya.Setelah suaranya hampir mendekat, dengan cepat tangannya di pelintir hingga membuatnya meringis kesakitan."Tuan" keluh Leya yang saat ini tangannya di pelintir oleh Aldrich."Maafkan aku" kesal Aldrich yang langsung melepaskan tangan Leya.Leya mengibas ibaskan tangannya karena kesakitan ulah Aldrich."Tuan setid....."Dorr"Tiarap" sahut Aldrich membawa Leya ke kolong ranjangnya."Tuan" keluh Leya yang saat ini tangannya di pelintir oleh Aldrich."Maafkan aku" kesal Aldrich yang langsung melepaskan tangan Leya.Leya mengasuh kesakitan dia bahkan mengibas ibaskan tangannya karena kesakitan ulah Aldrich."Tuan setid....." Dorr"Tiarap" sahut Aldrich membawa Leya ke kolong ranjangnya.DugKepala Leya terbentur di ranjang yang ada di kamar itu, Leya di ibaratkan sudah jatuh tertimpa tangga juga.Leya memegang kepalanya yang terbentur cukup keras, ke kayu yang menopang ranjang itu."Sakit" tanya Aldrich yang langsung mengusap kepala Leya."Ish kenapa ada suara pistol di sini" geram Aldrich yang saat ini sudah sangat marah bahkan rahangnya mengeras jika mengingat musuh musuh Aldrich yang selalu saja mengincar dia."Tuan ada apa" tanya Leya ketakutan, tentu saja Leya bahkan belum pernah melihat seperti apa pistol tapi saat ini ada suara pistol yang terdengar di Villa itu.BrakkLeya terperanjat kaget saat mendengar suara pintu yang saat ini terbuka, Leya takut kalau
Malam ini di sebuah markas yang di pegang oleh perkumpulan Mafia bernama Wustom, saat ini mereka mendapatkan kiriman hadiah yang sangat indah.Orang orang Granida membuka kotak besar itu di luar, takutnya ada jebakan dari Mafia lain yang akan membuat mereka dalam bahaya, bukan hal pertama bagi mereka mendapatkan kiriman seperti itu.Dan yang sudah sudah isinya adalah bom, atau bahkan senjata yang bisa menghabisi nyawa para orang orang itu.Mereka membuka kotak yang ada di sana, dan isinya adalah anak buah yang tadinya di suruh mencari tau keberadaan Aldrich.Mereka terkejut bukan main, mengingat saat berangkat orang itu masih sangat sehat."Panggil tuan Granida" pinta orang itu."Ada apa" tanya Granida yang saat ini sudah ada di sana menatap tajam pada kotak yang besar itu."Tuan jenazah Naren" sahutnya menunjuk pada jasad yang sudah di tinggal rohnya itu."Ini pasti ulah Aldrich" geramnya.Granida melihat ada sebuah pemutar rekaman yang ada di atas jenazah Naren.Granida memutar reka
Di kegelapan malam kira kira pukul setengah sembilan, Leya berjalan di jalanan pedesaan itu, hanya bercahayakan lampu temaram yang ada di pinggir jalan, Malam ini terasa sangat mencekam apa lagi keadaan di desa jika lewat dari pukul delapan, sudah tidak ada lagi warga yang beraktivitas."Dinginnya" gumam Leya.PrakkTiba tiba suara barang jatuh memekikan Indra pendengaran Leya, bulu kuduk seakan meremang, ketakutan menguasai pemikiran Leya.Leya melihat ke arah belakang namun saat ini ada sosok hitam yang berdiri di belakangnya.Lutut Leya melemas namun sekuat tenaga dia menguatkan kakinya agar dia bisa lari dari sana."Aaaaaaa" teriak Leya sembari berlari kocar kacir dari sana.Sedangkan saat ini anak buah Aldrich keheranan menatap pada Leya yang sudah pergi dari sana."Wanita itu gila" gumamnya sambil memungut belanjaan dia yang tadi sempat terjatuh ke tanah.**Pagi ini Leya sakit, badannya menggigil sejak pagi tadi, rasanya Leya sangat tidak bersemangat namun dia tidak bisa diam s
Byurr..Leya tercebur ke kolam renang yang saat ini airnya seleher Leya, kolam itu benar benar dalam, untungnya Aldrich langsung menarik tangan Leya dan memegang pinggang Leya agar Leya tidak tenggelam.Air masuk ke hidung dan telinga Leya, semua pakaian Leya basah bahkan kerudung Leya juga sudah benar benar basah.Kalau saja tidak ada Aldrich mungkin Leya sudah mengambang tanpa nyawa.Tangan Leya memegang tangan Aldrich dengan sangat erat bahkan kuku Leya sampai melukai kulit tangan Aldrich mungkin Leya takut."Van apa kau gila" bentak Aldrich marah pada sahabatnya bahkan Aldrich juga mendorong badan kekar Van karena ulah Van itu bisa membahayakan Leya.Van terkejut mendengar Aldrich yang baru saja membentaknya bahkan Aldrich juga mendorong Van dengan begitu kuatnya."Al kau membentak aku, aku hanya iseng" sahut Van."Perlakuan mu sangat keterlaluan" bentak Aldrich."Kamu gak papa Leya, maafkan aku, aku pikir kamu bisa berenang" ucap Van merasa bersalah apa lagi Aldrich juga memarahi
"Sekarang ayo ucapkan niat dulu" ucap Leya."Niat itu apa? bagaimana melakukannya" tanya Emly.Hah.Leya mengernyitkan keningnya dia tidak tau kalau Emly bahkan tidak tau caranya melakukan sholat, bahkan untuk Niat pun Emly tidak bisa."Nona, Niat menurut syara adalah Keinginan untuk melakukan sesuatu yang diikuti dengan perbuatan, dan Menurut para ulama arti kata niat adalah keinginan yang disertai dengan perbuatan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang, ibarat begini Nona mau makan, dalam hati Nona punya keinginan untuk makan dan setelah adanya niat itu, Nona langsung makan, begitulah kira kira" ucap Leya menjelaskan."Bagaimana cara berniat itu" tanya Emly memandang pada Leya."Ushollid fardhozh zhuhri arba'a roka'aatin mustaqbilal qiblati adaa-an lillaahi ta'aalaa. Ini untuk sholat Dzuhur, kalau sholat Ashar, Nona tinggal ganti niatnya" ucap Leya."Dan dalam hati Nona katakan (Saya niat salat fardu Dzuhur empat rakaat dengan menghadap kiblat karena Allah Ta'ala) Allahu
Ririn datang ke sana, panik menyelimuti gadis yang sedikit lebih tua dari Leya itu, Ririn takutnya Leya akan kenapa kenapa."Ada apa Le" tanya Ririn."Ini kak Rin, kepala aku sakit sekali, Astaghfirullah aku kenapa" sahut Leya memegang kepalanya yang benar benar sakit itu.Ririn panik namun saat Ririn akan meminta bantuan pada Ibu Ani, Leya sudah pingsan di kolam renang yang baru saja beres di bersihkan itu."Leya" teriak Ririn panik, wajah Ririn langsung cemas dia takut kalau orang tua Leya akan menyalahkan dia.Beberapa jam kemudian."Bagaimana apa Leya sudah sadar" tanya Aldrich yang saat ini membawa satu botol minuman keras yang sangat mahal."Belum tuan" ujar Ririn dengan gelengan kepala.Emly hanya duduk di samping Leya yang saat ini di baringkan di atas Sofa.Ririn dan Ibu Ani akan sibuk di dapur apa lagi saat ini mereka harus makan banyak karena anak buah Aldrich bertambah banyak di sana."Kak bawalah ke rumah sakit" ujar Emly."Kata Ririn dia hanya sakit kepala jadi apa yang
"Hah, apa itu tuan" Leya terkejut saat melihat badan Aldrich.Ada luka sayatan yang hanya di tutup dengan kain kasa, darahnya bahkan masih basah bahkan kaos yang Aldrich pakai pun mulai terlihat basah."Aku terluka, ayo obati aku jangan banyak bicara" sahut Aldrich yang langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang.Bahkan luka tusukan saat menyelamatkan Emly juga masih ada dan sekarang di tambah lagi dengan luka sayatan di tubuh mulus pria jahat itu.Dengan perlahan tapi pasti Leya mengobati luka itu.Mata Aldrich terpejam dia merasa sangat lelah apa lagi perjalanan dia ke luar negeri memakan waktu yang cukup lama apa lagi ada beberapa insiden yang terjadi selama dua hari di sana."Kenapa tuan terus menerus terluka" tanya Leya."Entah, mungkin kulit aku rapuh" jawab Aldrich dengan mata yang masih tertutup merasakan nyaman saat merebahkan badan di tempat tidur."Bilang pada Van, aku butuh wanita, dua jam lagi aku akan berangkat ke Villa AF" ucap Aldrich."Untuk apa wanita tuan" tanya
"Nilam" sahut Leya."Kau" geramnya dengan tatapan nyalang pada Leya yang akan mendekat pada Nilam."Mau apa kau di sini" tanya Nilam."Nilam kenapa kamu menjadi seperti ini" tanya Leya menatap pada Nilam yang saat ini memakai rok pendek."Lantas aku harus menjadi siapa? Menjadi kamu?, Wanita yang di cerai suaminya karena kurang menarik jangan so soan menasehati aku" geram Nilam, dia bahkan malu apa lagi ada kedua laki laki tampan di sana."Kenapa kamu banyak berubah Nilam" tanya Leya lagi."Kenapa, apa kau tidak merasa Leya, hidup itu terlalu kejam kalau aku tidak melakukan ini maka nasib aku akan sama seperti dirimu, aku dengar dari orang orang kamu itu wanita korban kdrt bahkan kamu juga di selingkuhi, apa kamu tidak mau membalas perbuatan suami kamu itu, hah, Leya jadilah seperti aku, aku mampu melawan dunia dengan menjadi seperti ini" ujar Nilam."Aku tau kehidupan aku hancur tapi Nilam setidaknya jangan jadi murahan" ucap leya."Ck kau tau, dulu suami mu datang pada ku dia membay