Share

Bab 08

Seorang pria tinggi tegap melangkah lebar memasuki bangunan yang begitu ramai di kunjungi para kaum pria. Aroma alkohol dan asap rokok menusuk ke indra penciuman Argio. Dengan langkah lebar ia memasuki tempat yang terdengar suara gemuruh musik yang cukup keras. Hendrik mengikuti Argio dari belakang. Pria berusia 50 tahunan itu selalu mengikuti Argio ke mana pun. Anggap saja ia malaikat pengawas untuk mencegah Argio melakukan hal-hal yang buruk.

Sorot tajam Argio menatap sekitar bar yang sangat ramai malam ini. Terlalu fokus menelisik sekitar bar yang ia kunjungi, pria itu tiba-tiba saja menabrak seorang pelayan wanita yang hampir menjatuhkan sebotol wine yang wanita itu bawa.

"Kamu ..."

Ucapan Argio terjeda kala manik hitamnya bertubrukan dengan mata coklat milik wanita yang ia kenali. Sementara wanita yang mengenakan blouse hitam ketat yang menampilkan lekuk tubuhnya dan rok di atas lutut, menegang sempurna ketika bersitatap dengan Argio.

"Ma-maafkan saya, Tuan," ucapnya terbata-bata tanpa berani kembali menatap pria di hadapannya."Saya permisi."

Namun, baru  beberapa langkah berjalan pergelangan tangannya di cekal. Naya, wanita itu menatap pergelangan tangannya yang kini digenggam erat. Argio menarik pergelangan tangan Naya cukup kasar membuat wanita itu hampir menabrak dada kokoh Argio.

"Ternyata di sini kamu berada, hmm? Menghilang dan melanggar perjanjian?" bisik Argio begitu tenang di telinga Naya.

Tubuh Naya semakin menegang, meski terdengar tenang, ucapan Argio tersirat ancaman di dalamnya. Naya hanya terdiam seperti orang bisu, mulutnya seolah tak mampu untuk bersuara.

"Menghilang, dan menjadi pelayan di sini?" ucap Argio sinis.

Argio menelisik penampilan Naya dari atas sampai bawah. Sedikit menarik di matanya namun ada rasa tak suka melihat wanita itu mengenakan pakaian terbuka seperti ini.

"Hei! Mana pesananku!" Teriakan seorang pria membuat Naya menghempaskan genggaman tangan Argio di pergelangannya.

Naya segera melangkah menghampiri tiga pria yang memesan minuman yang ia bawa sekarang. Argio mendengus. Ia memilih untuk mencari tempat duduk di bar.

"Ingin pesan apa, Tuan?" tanya seorang bartender ketika Argio duduk di dekat meja pantry.

"Wine."

"Hei, jangan minum itu apa kamu lupa, kemarin mabuk__"

"Sstt ... diamlah paman. Aku hanya minum sedikit."

Hendrik menghela napas kasar sambil memutar bola matanya malas. Ia mendudukkan dirinya di samping Argio. Mata tajam Argio terus mengawasi gerak-gerik Naya yang tengah sibuk melayani tiga pria yang ia perkirakan usia mereka sekitar 40 tahunan.

"Menghilang dan melanggar perjanjian hanya menjadi pelayan di sini," decihnya seraya meneguk wine yang ia pesan.

"Kamu lihat 'kan, Paman?" ucap Argio seraya melirik Naya."Dia memang ingin kabur setelah aku memberikan uang padanya."

Hendrik diam tak minat membalas ucapan Argio yang kembali mengawasi Naya.

"Hei, mau ke mana!" Salah seorang pria mencekal pergelangan tangan Naya yang hendak pergi."Temani kami di sini," ucapnya dengan tatapan mesum.

Bagaimana tidak pakaian yang Naya kenakan benar-benar menggoda naluri mereka sebagai pria. 

"Maaf saya tidak bisa, Tuan, saya harus kembali bekerja." 

"Di sini kamu pelayan dan kami raja. Cukup temani kami saja, aku akan berikan bonus." 

Belum sempat Naya menjawab tangannya sudah di tarik hingga terduduk di sofa. Wanita itu segera membenarkan roknya yang tersingkap. Rok yang ia kenakan terlalu pendek hingga memperlihatkan pahanya.

"Minumlah." Pria itu memberikan segelas wine yang langsung di tolak mentah-mentah oleh Naya.

"Saya tidak bisa minum itu, Tuan."

"Oh ya. Cobalah sedikit saja." Pria itu tampak memaksa namun lagi-lagi Naya menolak. 

Pria itu mendengus."Begini saja, bila kamu sanggup menghabiskan minuman ini aku akan memberikan uang dua juta rupiah, bagaimana?" 

Naya yang awalnya menolak tiba-tiba terdiam dengan tawaran pria tersebut. Dalam pikirannya saat ini, uang sebanyak itu cukup memenuhi kebutuhan ia dan ibunya. Bohong bila Naya tidak tergiur dengan tawaran itu. 

Sementara di dekat meja pantry Argio terus memperhatikan Naya. Lihatlah kelinci kecilnya terjebak dalam kandang buaya. 

"Ha-hanya satu cangkir 'kan?" ucap Naya memastikan. Tiga pria itu saling melempar pandang. 

"Iya, hanya satu cangkir saja. Setelah itu kamu akan mendapatkan uang dua juta rupiah." Pria itu menyodorkan secangkir alkohol pada Naya.

Dengan perasaan ragu Naya mengambil cangkir yang di sodorkan. Ia menatap lamat-lamat cangkir yang ia pegang sekarang. Sepertinya ia tidak akan mabuk hanya minum satu cangkir kecil ini.

Baru satu tegukkan sudah membuat Naya meringis dengan rasanya yang sangat asing di indra perasanya.

"Su-sudah."

"Ayo tambah lagi, aku akan memberikan mu uang empat juta." Pria itu kembali menuangkan alkohol ke cangkir yang Naya pegang.

Sedangkan tanpa sadar Argio meremas cangkir yang ia pegang. Mendadak dadanya terasa panas melihat tiga pria itu menyentuh dan memandangi Naya penuh minat. 

"Argio." Hendrik menepuk pundak Argio, membuat pria itu menoleh menatapnya. 

"Aku ke toilet sebenar."

"Hmm." Hanya dibalas deheman singkat oleh Argio. 

Hendrik beranjak dari tempat duduknya dan segera menuju toilet yang tersedia di bar itu. 

Naya memegang kepalanya yang mendadak pusing. Pandangannya tampak buram serta ada gejolak aneh dalam tubuhnya. Tiga pria itu tampak tersenyum melihat reaksi yang terjadi dengan pelayan wanita itu setelah meneguk dua cangkir alkohol yang diberikan.

Naya bangkit dari sofa dengan tubuh yang hampir limbung. Apa yang terjadi dengannya? Kenapa kepalanya sangat pusing. Wanita itu hampir kehilangan keseimbangannya namun sepasang tangan kekar mendekap tubuh mungil itu.

Tiga pria yang awalnya tersenyum puas melihat reaksi yang terjadi pada Naya mendadak melunturkan senyumannya.

" Euh ... Tuan." gumam Naya tanpa sadar menyandarkan kepalanya di dada kokoh Argio yang memeluk Naya posesif.

Tatapan Argio menghunus tajam pada tiga pria yang kini bangkit dari tempat duduknya.

"Apa yang kalian lakukan padanya?" tanya Argio penuh penekanan. Ia semakin erat mendekap tubuh Naya yang mulai bergumam tak jelas. Wanita itu bergerak gelisah dalam dekapan Argio.

"Kami tidak melakukan apapun, hanya memintanya meminum wine." 

"Apa ada masalah denganmu? Kalau pun kami berbuat macam-macam dengannya tidak merugikan mu."

Rahang Argio mengeras dengan jawaban kedua pria di hadapannya sementara salah satu dari tiga pria itu tampak terdiam dengan raut wajah yang tampak tegang.

Aura yang menguar dari Argio tampak menyeramkan. Tatapan pria itu siap membunuh ketiganya. Entahlah, amarahnya mendadak naik dengan ucapan mereka. Ia beralih menatap Naya yang seperti orang mabuk.

"Tentu saja sangat bermasalah, perempuan ini milikku." Argio mengucap penuh penekanan."Tidak ada yang boleh menyentuhnya!"

Tanpa ingin memperpanjang masalah Argio menarik pergelangan tangan Naya menjauh dari tiga pria itu. Naya berjalan terseok-seok bahkan hampir  jatuh terjerembab dengan langkah lebar Argio yang terus menarik pergelangan tangannya untuk keluar dari bar. Dengan kasar pria itu membuka pintu mobil lalu mendorong Naya masuk ke dalam.

Argio masuk ke dalam mobil. Ia menoleh menatap Naya di sampingnya. Namun, tatapan Argio tertuju pada rok Naya yang tersingkap hingga memperlihatkan paha mulus wanita tersebut. 

"Sangat menyusahkan." 

Argio melepaskan jas hitam yang ia kenakan lalu menutupi paha Naya. Bohong bila ia tidak tergoda dengan pemandangan yang membuat libidonya naik.

"Kenapa di sini panas sekali," racau Naya seraya membuka kancing blouse yang dikenakan membuat Argio melotot terkejut melihatnya.

"Hei, apa yang kamu lakukan? Jangan membuka bajumu!" 

Argio menahan kedua tangan Naya yang menampilkan tatapan sayunya. Bahkan tatapan sayu wanita itu membuat Naya semakin menarik di mata Argio. Argio tidak bisa menampik wajah cantik yang memerah itu semakin terlihat sensual di matanya. Napas Argio mulai memberat dengan perasaan tak tenang.

Mendadak suasana dalam mobil itu terasa memanas. Namun, dengan lancang Naya mengecup bibir Argio membuat pria itu membulatkan matanya. Minuman itu benar-benar membuat Naya begitu liar.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status