Share

Bab 09

Author: Norwinda
last update Huling Na-update: 2024-02-16 08:57:22

Dengan kasar Argio mendorong Naya hingga jatuh ke atas kasur. Wanita itu menggeliat dengan pandangan yang tampak sayu. Minuman yang diberikan oleh tiga pria itu membuat Naya tak berdaya seperti ini bahkan penampilannya sudah tak karuan dan berantakan.

Argio melangkah mundur, ia mengusap wajahnya kasar. Ia tak ingin lebih jauh lagi membantu wanita yang terbaring tak berdaya di atas kasur hotel itu. Yaa, ia membawa Naya ke hotel dan setelah itu ia akan pergi. Terlalu lama bersama Naya akan sangat bahaya apalagi wanita itu terlihat sangat menggoda di matanya. Dan entah mengapa, hasratnya langsung naik hanya melihat Naya seperti ini berbeda saat bersama wanita lain.

Argio berbalik badan dan hendak keluar dari kamar tersebut namun suara barang jatuh membuat Argio berbalik badan. Mata pria itu sedikit melebar melihat Naya jatuh ke lantai beserta lampu hias yang terletak di dekat kasur.

"Tuan." Suara panggilan Naya yang begitu lembut dan sendu menciptakan desiran aneh dalam benak Argio.

"Kamu sangat menyusahkan ku! Seharusnya aku tidak menolongmu!" Argio menggerutu kesal sambil mengangkat tubuh Naya lalu kembali membaringkannya ke kasur.

"Jangan pergi." Entah sadar atau tidak Naya mengqgenggam  tangan besar Argio begitu erat.

Argio memejamkan matanya sejenak berusaha menenangkan sesuatu dalam dirinya. Semakin lekat ia memandangi wajah Naya, semakin terlihat menggoda di matanya. Bibir merah Naya yang merekah membuat Argio tanpa sadar menjilat bibir bawahnya.

"Aku ingin Tuan di sini ... eugh."

Naya melenguh rendah ketika tangan Argio mengusap pipi yang memerah. Semakin di tahan justru itu membuat Argio semakin tersiksa untuk tidak menyentuh Naya. Kedua tangan Argio meraih wajah Naya lalu mencium bibir ranum itu dengan rakus. Sementara wanita itu begitu pasrah menerima ciuman penuh hasrat oleh pria tersebut. Balasan ciuman Naya tampak kaku dan begitu amatiran.

Argio mendorong tubuh mungil Naya hingga terkurung dalam kungkungan tubuh besarnya. Suara decapan dan lenguhan mengisi ruangan yang terasa memanas. Tangan Argio tak tinggal diam, tangan kanannya sibuk melepaskan pakaian yang membalut tubuh Naya tanpa melepaskan tautan bibir mereka berdua. Baru kali ini Argio begitu bergairah untuk bercinta.

Pria itu melempar asal blouse hitam yang Naya kenakan. Kini, wanita itu hanya berbalut pakaian dalam dan rok mini yang tersingkap hingga memperlihatkan celana dalamnya. Argio melepaskan tautan bibir mereka berdua dengan napas tersengal-sengal.

Pandangan Argio semakin menggelap kala memandangi lekuk tubuh indah Naya. Dibalik pakaian sederhana yang Naya kenakan, ada keindahan yang membuat Argio tidak bisa memalingkan pandangan matanya. Mata pria itu semakin berkabut hingga akal sehatnya menipis.

Kasur itu berdecit ketika Argio turun dari sana. Ia dengan buru-buru melepaskan pakaian yang melekat di tubuhnya tanpa memutuskan pandangan matanya dari tubuh indah Naya yang tergolek pasrah di atas kasur. Wanita itu meneguk ludahnya kasar ketika memindai tubuh kekar Argio yang kini tak tertutup apapun bahkan ia bisa melihat jelas milik pria itu mengacung begitu gagah setelah meloloskan boxer yang dikenakan.

Argio kembali mencumbui Naya lalu meloloskan menutup terakhir dari tubuh wanita yang kini dibawah kuasanya. Keduanya sama-sama tak mengenakkan sehelai benang pun.

Akal sehat pria itu sudah hilang tak terkendali dan tergantikan oleh hasrat yang ingin segera dipuaskan. 

Argio tahu apa yang ia lakukan pada Naya adalah salah. Menikmati tubuh Naya saat wanita itu dibawah pengaruh minuman yang memabukkan. Tapi ia lelaki normal yang mudah tergoda melihat sesuatu yang membuat libidonya naik.

"Eugh ..."

Lenguhan dan desahan Naya mengalun indah, membuat Argio tak sabar  merasakan milik wanita tersebut.

"Apa kamu melihat laki-laki duduk di sini?"

Hendrik bertanya pada bartender yang sibuk melayani pelanggan. Ia sudah berkeliling mencari Argio di sekitar bar tapi tidak menemukannya. Baru saja ditinggal beberapa menit Argio sudah hilang. 

"Dia sudah pergi."

"Pergi? Ke mana?"

"Saya tidak tahu, mungkin pulang."

Hendrik menghela napas berat. Ia merogoh saku celana mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi seseorang.

Suara dering ponsel yang tergeletak dilantai terus berbunyi, tapi sang pemilik ponsel menulikan pendengarannya, karna saat ini tengah mengejar kenikmatan di atas ranjang.

"Kenapa Argio tidak mengangkat telponnya? Anaknya itu selalu saja membuatku pusing dengan tingkahnya." gerutu Hendrik sambil melangkah keluar dari bar.

Pria berusia 50 tahunan itu celingak-celinguk dipinggir jalan menunggu taxi lewat di tempat ini. Ia menggerutu kesal dengan Argio. Tanpa memberitahu lewat pesan atau telpon pria itu meninggalkannya di tempat. Sendiri.

Rembesan cahaya matahari yang lembut, menembus sela-sela gorden lalu membias wajah seorang wanita yang melenguh dan meringis ketika membuka matanya. Naya memegang kepalanya terasa pusing dan sekujur tubuhnya terasa sangat sakit serta remuk, terutama dibagian area sensitifnya yang terasa perih.

"Badanku sakit sekali." Dengan susah payah wanita itu bangun dari kasur lalu menyandarkan tubuhnya di bahu ranjang.

Suara pintu kamar mandi terbuka membuat Naya menoleh. Bola mata wanita itu melebar sempurna ketika melihat Argio keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk putih memelilit di pinggangnya.

"Tu-tuan?" 

Argio memalingkan wajahnya, enggan melihat Naya yang sangat terkejut melihatnya, ditambah bagian dada wanita itu tereskpos. Ia memunguti pakaian miliknya di lantai. Naya yang melihat Argio memunguti pakaiannya di lantai perlahan melihat pada tubuhnya.

Wanita itu memekik tertahan penuh keterkejutan melihat dirinya sudah tak mengenakkan sehelai benang pun. Ia langsung menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

"A-apa yang sudah kita lakukan?" Naya bertanya dengan suara tercekat di tenggorokan.

Argio yang tengah mengenakan pakaiannya menoleh sekilas pada Naya.

"Kamu bisa menyimpulkan sendiri apa yang terjadi," balasnya datar dan dingin. Tidak ada raut bersalah di wajah tampan Argio setelah apa yang terjadi diantara mereka berdua.

"Cepat kenakan pakaianmu. Dan uang 70 juta yang kamu pakai saya anggap impas. Tidak perlu bekerja lagi di mansion." 

Naya terlihat shock dengan apa yang terjadi. Bibir wanita itu gemetar. Tanpa sadar kedua tangannya meremas selimut yang membalut tubuh polosnya.

"Anggap saja apa yang terjadi tadi malam diantara kita berdua sebagai ganti dari uang 70 juta yang kamu pakai." 

Tanpa menunggu balasan Naya dan sudah berpakaian lengkap Argio melangkah keluar dari kamar hotel. Namun, sebelum benar-benar pergi dari kamar itu ia menoleh menatap Naya yang menampilkan tatapan mata yang kosong.

"Dan satu lagi, jangan sampai ada darah saya dirahim mu." 

Tidak ada jawaban dari Naya. Argio menatap sejenak wanita itu, setelahnya meninggalkan kamar hotel. Bersamaan dengan kepergian Argio air mata Naya meluruh. Ia berusaha mengingat-ingat yang sebelumnya terjadi sampai berakhir seperti ini.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 81

    Empat tahun kemudian …Suara tawa dan teriakan anak kecil mengisi sebuah kamar yang memiliki tiga kasur di dalamnya. Dua bocah berusia empat tahunan tampak berlari-larian dalam sana, mereka saling mengejar membuat sang kakak yang tengah fokus mengerjakan PR terlihat sangat terganggu."Jeva, Javier! Jangan teriak-teriak, kakak sedang mengerjakan tugas," tegur Levin lembut.Meskipun begitu, dua bocah kembar itu tak menggubris bahkan semakin menjadi-jadi membuat Levin frustasi dibuatnya. Levin yang kini berusia sepuluh tahun, tampak menggelengkan kepalanya. Dua adik kembarnya bukan hanya lucu tapi juga nakal.Levin membawa buku-buku pelajarannya keluar dari kamar. Ia akan mengerjakan tugasnya di perpustakaan pribadi milik ayahnya. "Kamu mau ke mana, Sayang?" Suara sang mama membuat Levin berbalik badan. Tinggi badan Levin hampir menyamai Naya, dulu terlihat kecil kini dengan cepat tumbuh besar. Levin semakin menyerupai Argio."Levin mau ke perpustakaan, mau ngerjain tugas," balasnya."

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 80

    Saat semua tengah tertidur nyenyak, Naya terlihat gelisah dan tidak karuan berbaring di kasur. Beberapa kali ia berpindah-pindah posisi dari telentang, miring ke kanan dan ke kiri, namun tidak membuat rasa sakit di perutnya mereda.Argio yang berbaring di samping Naya, tampak terusik tidurnya. Perlahan ia membuka matanya dan mendapati Naya meringis kesakitan sambil memegangi perutnya."Kamu kenapa, Sayang?" "Perutku sakit, Mas. Perih."Argio segera bangun dari kasur lalu menyentuh perut Naya."Sebelumnya kamu makan apa? Tidak mungkin kamu akan melahirkan, usia kandunganmu belum sembilan bulan."Naya yang merintih kesakitan langsung terdiam. Ia mengingat-ingat sebelumnya makanan yang dikonsumsi dari pagi sampai malam."Sepertinya gara-gara makan mangga mentah. Soalnya sebelum tidur aku minta Merry mengupasnya mangga lagi."Argio geleng-geleng kepala mendengar jawaban Naya."Kan aku sudah bilang, jangan makan mangga kebanyakan, Sayang. Sekarang lihatlah sakit perut' kan.""Mas, marah?" M

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 79

    "Adek jangan nakal diperut Mama, kasihan Mama." Omelan lucu keluar dari bibir mungil Levin. Tangan mungilnya menepuk-nepuk perut Naya lembut. Meskipun kondisi Naya saat ini lemah, namun ia tidak bisa menahan tawanya mendengar omelan putranya. Dan tidak lama Argio masuk ke dalam kamar dengan membawa teh jahe hangat. "Minum dulu, Sayang. Kata Bunda ini bagus untuk perempuan hamil yang mual-mual."Dengan penuh perhatian Argio membantu Naya meminum teh jahe tersebut. Pria itu benar-benar menaruh seluruh perhatiannya pada Naya. Dengan dibantu oleh Argio, Naya meminum teh jahe yang diberikan. "Terima kasih.""Sama-sama, Sayang.""Itu apa, Yah?" Levin menatap penasaran pada air yang baru saja diminum oleh sang bunda."Ini teh jahe supaya Mama tidak mual-mual lagi, Nak. Levin mau coba?" tawar Argio.Dengan cepat Levin menggeleng. Melihat warna minuman itu saja sudah membuat bocah itu tidak berminat. "Hari ini aku ada urusan mendadak, Sayang. Mungkin sore baru pulang. Tidak apa-apa' kan j

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 78

    Pada akhirnya, Argio mengalah dan memutuskan untuk menuruti apa yang diinginkan oleh istrinya. Meskipun ia merasa kebingungan sendiri karena tidak pernah menyentuh peralatan dapur, apalagi memasak nasi goreng sebelumnya.Argio membuka aplikasi YouTube di ponselnya dan mencari konten yang menunjukkan cara memasak nasi goreng. Sementara Naya duduk dengan tenang di kursi dapur, sambil memakan biskuit kesukaannya, menunggu nasi goreng yang akan dibuat oleh Argio.Awalnya Argio tampak bingung, namun dengan pelan-pelan ia membuat nasi goreng itu dan sekitar 30 menitan nasi goreng yang Argio buat sudah jadi. Aroma wangi dari masakan Argio, membuat Naya bangkit dari tempat duduknya."Sudah jadi?" Naya menatap nasi goreng yang tak karuan tampilannya, tetapi sangat menggoda baginya.Argio mengangguk ragu. Ia memindahkan nasi goreng itu ke dalam piring."Kalau nasi gorengnya tidak enak, tidak usah di makan ya?"Naya mengangguk mengiakan ucapan suaminya. Mata Naya berbinar-binar menatap nasi gore

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 77

    Setelah mengetahui bahwa Naya tengah mengandung. Tanpa berpikir panjang, Argio segera pergi dengan mobilnya entah ke mana. Beberapa jam kemudian, Argio kembali ke mansion dengan membawa begitu banyak belanjaan, termasuk rujak yang ia beli di pinggir jalan.Argio tahu betul bahwa wanita hamil seringkali memiliki selera makan yang berbeda, dan banyak yang menyukai makanan yang asam-asam. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk memanjakan Naya dengan makanan yang ia sukai, seperti rujak. Argio berharap dengan memberikan perhatian seperti ini, bisa membuat kehamilan kedua Naya menjadi lebih istimewa dan berbeda dari yang pertama.Anggap saja hal yang ia lakukan sekarang sebagai penebus atas kesalahan yang ia lakukan saat Naya hamil pertama dulu."Sayang, aku bawakan sesuatu untukmu!" seru Argio masuk ke dalam kamar dengan membawa piring berisi rujak.Naya duduk bersandar di bahu ranjang dengan wajah yang tampak pucat. Wanita itu merasa tubuhnya masih terasa lemah."Masih pusing?" Argio melet

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 76

    Argio keluar dari mobil dengan terburu-buru, saat mendapatkan kabar Naya pingsan. Ia segera pulang ke mansion tanpa memperdulikan pekerjaannya yang belum selesai. Wajah pria itu terlihat sangat panik bercampur khawatir."Bagaimana bisa dia pingsan?" bentak Argio yang tampak marah pada para pelayan."Saya tidak tahu Tuan, tiba-tiba Nona Naya sudah tergeletak di lantai. Awalnya Nona Naya mengeluh tidak enak badan," jawab Merry, sedangkan pelayan lain tertunduk ketakutan.Argio mendengus dengan perasaan campur aduk antara khawatir dan panik, ia melanjutkan langkahnya dengan tergesa-gesa menuju kamar, dan dengan kasar membuka pintu kamar. Langsung ia menghampiri Naya yang belum sadarkan diri di atas kasur.Saat melihat Naya yang lemah dan tidak sadarkan diri, Argio merasa hatinya teriris melihat wajah pucat Naya. Argio duduk di samping Naya dan memegang tangannya dengan lembut."Sayang, bangun," ucap Argio lembut. Ia mencium tangan Naya berkali-kali.Takut, itulah yang Argio rasakan saat

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 75

    "Silahkan di makan, Nona," ucap pelayan yang mengantarkan makanan untuk Naya.Pelayan berusia 30 tahunan itu tampak tersenyum-senyum melihat banyak bercak merah dibagian leher sang nona muda, membuat pelayan itu tidak bisa untuk tidak berpikiran kotor dengan apa yang ia lihat.Naya terlihat malu saat melihat arah tatapan pelayan. Ia menutupi seluruh tubuhnya sampai leher dengan selimut. "Terima kasih."Pelayan itu mengangguk lalu pamit undur diri dari kamar tersebut. Seharian Naya mengurung dirinya dalam kamar, ia benar-benar malu untuk sekadar menunjukkan wajahnya. Berbeda dengan Argio, pria itu seperti bunga mekar yang baru disiram air di pagi hari, dan saat ini Argio tengah pergi ke perusahaan karna ada sedikit masalah di sana.Dengan gerakkan lemas Naya mengambil makanan yang tersaji di meja. Dan saat ini ia tengah duduk bersandar di bahu ranjang. Dengan lahap ia menyantap makanan itu, bukan hanya kelaparan, namun tenaganya juga terkuras. Argio seperti singa yang sudah beberapa h

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 74

    Naya melangkah keluar dari kamar mandi setelah melihat keadaan sekitar kamar yang tampak sepi, sepertinya Argio kembali keluar dari kamar. Ia melangkah sambil memeluk dirinya, kini ia mengenakan lingerie yang mertuanya berikan. Naya melihat pantulan dirinya di dalam cermin dan mengulum bibirnya. Lingerie yang ia kenakan sangat transparan, sehingga membuat celana dalam dan bra yang ia kenakan terlihat jelas. Rasa malu menyelimuti wajahnya."Lebih baik aku tidak mengenakan ini, aku malu," gumam Naya dengan wajah yang memerah.Ia berencana untuk kembali ke kamar mandi, tetapi suara pintu yang terbuka membuat bola matanya membulat sempurna. Tanpa pikir panjang, Naya langsung melompat ke kasur dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, sehingga hanya kepala yang terlihat. Naya merasa sangat malu dan berharap Argio tidak melihatnya dalam keadaan seperti ini.Argio masuk ke dalam kamar sambil membawa laptop miliknya. Pria itu tersenyum pada Naya yang bersandar di bahu ranjang, wajah Naya

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 73

    Mobil yang Argio kendarai berhenti disebuah pantai yang tampak sepi, membuat kening Naya mengernyit. Levin langsung menatap keluar jendela mobil melihat hamparan pantai yang begitu indah di tambah pemandangan matahari yang mulai tenggelam. "Kenapa kita ke sini?" tanya Naya menoleh ke arah suaminya."Kita istirahat dulu, kamu pernah ke pantai?" Argio balik bertanya. Naya menganggukkan kepalanya."Dulu pernah, tapi sekarang tidak pernah ke pantai lagi.""Ayah, kita ke pantai mau apa? Menangkap ikan?" Celotehan lucu Levin membuat Argio tertawa. Ia mencubit gemas pipi bulat putranya."Tidak, hanya beristirahat saja. Memangnya Levin mau menangkap ikan?"Dengan cepat Levin mengangguk. Bocah itu langsung membuka tas ransel miliknya lalu mengeluarkan pancingan mainan yang ia bawa. Argio yang melihat itu kembali tertawa, bisa-bisanya Levin membawa itu."Ayo sekarang kita turun." Argio lebih dulu turun lalu membukakan pintu mobil untuk istri dan anaknya.Hembusan angin pantai yang segar menerp

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status