"Kamu kenal dengan anak itu?" Tanya El melihat Kiara memberikan minuman itu secara gratis. "Tidak, mereka hanya anak-anak yang bermain bola, melewati jalanan ini saja, itu yang saya tahu." Sahut Kiara dengan santai. "Kenapa kamu memberi minuman secara gratis pada anak itu, kamu pasti akan rugi." El pun mencoba membuat Kiara menyesal dengan perbuatannya. "Memang jika memberi harus pilih-pilih? Saya yakin Tuhan akan mengganti nya dengan lebih dari itu. Lagi pula saya kasihan lihat anak itu, saya jadi ingat Ade saya ketika dia masih kecil dulu." Terang Kiara seraya menatap pada anak kecil itu dengan sendu. "Sebentar ya mas." Ucap Kiara tiba-tiba seraya berdiri dengan tatapan ke depan penuh dengan amarah dan kekesalan di wajahnya, melangkah
Kiara melepaskan pencuri itu. "Jika bapak membutuhkan uang, kerja keras pak jangan mengambil hak orang seperti itu, kita juga sama-sama membutuhkan uang." Kiara pun menasehati bapak itu, ntah dia terima atau tidak. "Maaf juga karena saya tadi menyakiti bapak, karena ulah bapak sendiri." Lanjutnya dengan pergi meninggalkan pencuri itu yang tengah di teriaki oleh orang-orang di sana. El menjadi seperti orang bodoh karena diam saja saat menyaksikan bagaimana Kiara dengan beraninya menangkap pencuri itu tanpa apapun yang ia pegang. Mungkin saking terkejutnya dengan perbuatan-perbuatan Kiara yang ia perlihatkan kepada El.
"Ini." Kiara yang terlebih dahulu memutus tatapan mata mereka dengan menyerahkan uang yang ia pegang. Namun El diam saja tanpa mau menerima nya, dengan begitu Kiara menarik tangan El dengan lembut dan menaruh uang itu di telapak tangan El. El terdiam menatap ke arah tangannya yang di genggam Kiara itu membuat El berdebar, karena sentuhan tangan lembut Kiara. "Tolong ambil mas uang nya." Pinta Kiara. "Untuk kamu saja, hitung-hitung untuk membayar tempat, karena kamu sudah mengijinkan saya untuk beristirahat di sana." Ucap El. "Tapi saya jualan minuman bukan tempat peristirahatan, itu semua saya ikhlas kok tidak ada biaya tempat, itu the real saya hanya menjual minuman saja." Kiara pun dengan keras kepala tidak mau menerima nya. "Tidak ap
Di kampus kini Kiara tengah sibuk seperti mahasiswi lainnya, sibuk mengerjakan apa yang harus di kerjakan sebagai anak kuliahan. Kiara pun sekarang tengah dekat dengan seseorang yang bernama Tristan teman kuliah sekaligus teman jaman ia sekolah menengah atas. Tristan laki-laki yang supel, gaul dan ia juga tahu jika Tristan memiliki perasaan padanya semenjak sekolah SMA. Namun beberapa kali Tristan datang ke rumah Kiara tapi kedua orang tua Kiara seakan tidak menyukainya, dan memang saat Kiara menanyakan hal itu, kedua orang tua nya memang tidak menyukai laki-laki yang bernama Tristan itu. Alasan nya karena laki-laki itu tidak memiliki sopan santun, ya mungkin karena Yoga mantan tunangannya itu sopan santun nya sangat di acungkan jempol oleh keduanya, walaupun pada akhirnya laki-laki yang bernama Yoga itu menyakiti hati Kiara.
"Tristan mana teman-teman kamu?" Tanya Kiara mencari teman-teman yang Tristan bawa. "Kamu bilang kita kesini rame-rame, mana kok teman kamu gak ada?" Heran Kiara tidak menemukan mereka di sana. "Mereka sudah duluan, tunggu kita di sana." Jawab Tristan dengan santai. "Tunggu kita dimana?" Kiara pun penasaran. "Sudahlah kita jalan saja, kamu jangan tanya mereka terus, kita kesini untuk senang-senang." Terang Tristan sedikit sebal. Tanpa Kiara curiga, Kiara pun terdiam saat Tristan menyalakan kendaraan nya. "Peluk dong Kia..." Teriak Tristan di tengah perjalanan mereka. "Gak ah!" Tolak Kiara dengan cepat.
"Jangan Tristan!" Teriak Kiara ketakutan, pasal nya kini mereka ada di dalam kamar dan Tristan langsung mengunci pintu dengan gerakan cepat nya. "Ayok lah babe kita di sini untuk senang-senang." Ucap Tristan dengan tatapan nakal. "Gak Tristan, aku gak mau!" Tolak Kiara dengan takut karena ia tahu apa yang kini Tristan rencanakan. "Aku udah bayar mahal untuk menyewa villa ini, dan kamu mau kita batalkan acara senang-senang kita ini?!" Tristan merasa kecewa saat ini. "Please Tristan jangan lakukan ini sama aku, aku mohoooon Tristan." Lirih Kiara begitu takut. "Tenang babe, aku akan bertanggung jawab atas apa yang akan kita lakukan hari ini. Jika kamu hamil itu malah akan membuat a
Tatapan Tristan melembut mendengar rengekan Kiara dengan tatapan sayu nya. "Aku cinta sama kamu kiara." Ucapnya lembut seraya membenarkan rambut Kiara yang berantakan akibat ulahnya yang menyeret paksa membuat Kiara terus memberontak. "Aku juga sayang sama kamu. Aku serius ingin menikahi mu. Mungkin dengan cara aku menghamili kamu, orang tua mu akan menikah kan kita." Ucapnya lagi. "Tapi tidak dengan cara seperti ini..." Lirih Kiara memberikan pemahaman. "Bagaimana caranya?" Tanya Tristan tidak sabar. "Kamu harus berikan kepercayaan pada kedua orang tuaku jika kamu memang mampu dan pantas untuk ku." Jelas Kiara lembut. Tristan tersenyum pahit. "Sampai kamu menikah dengan laki-laki lain begitu?
Ah sial!" Umpat Tristan dengan kesal karena bagian bawah nya di tendang dengan sangat kuat oleh Kiara. Kiara dengan cepat mencari kunci pintu villa itu lalu membuka pintu itu segera, keluar dengan rasa takut di hati nya. "Sialan, Kiara!" Teriak Tristan dengan sangat kesal seraya memegang bagian bawah area terpentingnya itu karena merasa ngilu yang luar biasa. Kiara tidak mempedulikan panggilan Tristan padanya. I