Share

5 || Cemburu

Faldo memarkirkan mobilnya di parkiran mansion megah Rudi. Riana yang sudah bersiap, beranjak keluar dengan dress elegan membuat Riana tampak anggun. Untuk sesaat Faldo tertegun saat hendak menemui Riana. Reyhan bahkan sempat menatapnya, dia lebih dulu memutus kontak saat pandangan mereka bertemu. Riana dengan acuh berjalan melewati Reyhan dan menyambut tangan Faldo. 

"Kau tampak cantik hari ini!" Faldo memuji seraya membukakan pintu mobil. 

"Aku memang cantik dari lahir!" Riana melepaskan tangannya dari genggaman Faldo. Dia sengaja melakukan itu di hadapan Reyhan. 

Riana menatap Reyhan dari balik kaca lalu beralih pandang saat Faldo duduk di kursi kemudi. 

"Kita mau ke mana Tuan Putri?"

"Restoran paling mahal. Hari ini aku ingin menghabiskan uangmu. Jadi bersikaplah sebagai calon suami yang baik!"

Faldo tersenyum. "Dengan senang hati."

Riana kembali melihat ke arah Reyhan sebelum mobil Faldo keluar dan melesat pergi. 

Dari jauh Reyhan menatap diam, satu tangannya mengepal dari balik saku celana. 

Setelah hampir tiga puluh menit mengendara, mobil Faldo berhenti di depan restoran mahal bergaya Eropa. 

Faldo lebih dulu membukakan pintu untuk Riana. 

"Silakan, Tuan Putri!"

"Berhentilah memanggilku seperti itu, tidak cocok dengan dirimu. Aku bahkan hendak mual mendengarnya." Riana meringis geli. 

"Kau akan mendapat perlakuan manis lebih dari ini setelah kita menikah nanti!"

Riana merotasikan matanya. Dia berjalan lebih dulu. 

Riana menghentikan langkah. Dia berbalik ke belakang. "Kau sudah mereservasi tempatnya 'kan?" 

"Ikutlah denganku!" Faldo mengarahkan pandangan, memberi isyarat agar Riana mengaitkan tangan di lengan Faldo. 

"Setidaknya bersikaplah sebagai tunanganku. Jangan bikin malu diriku! Semua orang melihat kita!" Faldo sedikit berbisik, dia memperlihatkan senyum bahagianya. 

"Kita bahkan belum bertunangan," gumam Riana melirik kesal. 

Mau tidak mau Riana mengikuti keinginan Faldo agar segera sampai di meja mereka. Faldo membawa Riana ke rooftop, hal yang tidak pernah dibayangkan Riana sebelumnya. Dia tidak pernah tahu, Faldo ternyata bisa bersikap romantis.

"Bagaimana, apa kau suka?"

"Tidak buruk!"

Riana menyapu pandangannya. Lampu hias menggelantung, bunga-bunga segar mengelilingi, ditambah dengan suasana senja yang akan berganti malam membuat Riana sedikit terpukau melihat warna jingga keemasan membias di bentang cakrawala saat sang surya kembali ke peraduannya. 

"Aku juga bisa bersikap romantis!" 

Riana menganggukan kepala, mengiyakan.

Riana menarik buku menu, memilih makanan yang akan dipesan. 

Faldo menatap sejenak. Dia menutup buku menu dan memajukan badannya sedikit lebih dekat. 

"Kau benar-benar sudah putus dengan kekasihmu?"

Riana tidak ingin menanggapi, dia terus menyibukkan diri melihat beberapa menu makanan. 

"Malam itu aku mengatakan kalau aku melihat kekasihmu. Tidakkah kau penasaran dengan hal itu?" Faldo kembali memancing. Dia mengulum senyum saat melihat tatapan tajam Riana. 

"Aku tidak peduli dengan itu. Hubungan kami sudah berakhir!" Riana menutup buku menu dengan kesal. 

Faldo menegakkan bahu. Dia melempar punggung pada sandaran kursi. Melipat kedua tangan di depan dada. 

"Aku hanya tidak ingin ada masalah dalam hubungan ini ke depannya. Kau tahu betul, hubungan kita mengikat relasi bisnis antara ayahmu dan ayahku."

"Aku tahu benar apa yang aku lakukan. Kau fokus saja dengan ambisimu untuk memegang kendali penuh terkait bisnis yang dipercayakan padamu!"

Faldo menyunggingkan senyum. Dia mengangkat gelas berisi anggur miliknya dan meneguk dengan nikmat. 

Mood Riana mendadak hilang. Tadinya dia meminta Faldo mengajak makan untuk mengalihkan kemarahan Rudi. Bukannya merasa lebih baik, suasana hati Riana malah lebih buruk. Seorang Faldo takkan pernah berubah, sekali menyebalkan tetap saja menyebalkan. 

***

Setelah mengantar pulang, Riana bergegas masuk. Dia ingin menghindari Reyhan. Riana masih merasa bersalah gara-gara dirinya. 

Riana menghela lega ketika tidak melihat Reyhan di mana pun. Mobil Rudi juga tidak terlihat. Tampaknya Rudi sedang tidak berada di rumah. Riana mengambil langkah cepat naik ke atas menuju kamarnya. 

Saat Riana hendak masuk ke kamar, Tiba-tiba seseorang menyambar tangannya dan masuk ke dalam. 

Reyhan menutup mulut Riana yang tadinya ingin berteriak. Setelah memastikan Riana tenang, Reyhan menurunkan tangannya dengan perlahan. Dia bahkan mengunci kamar Riana agar tidak ada yang masuk. 

"Apa yang kaulakukan di sini, Rey? Bagaimana jika ada yang melihatmu masuk ke kamarku?"

"Aku sudah memastikan, jalan menuju kamarmu tidak terpasang CCTV. Para pelayan juga tidak ada di sekitar kamarmu. Kau tidak perlu khawatir!"

Riana menatap lekat-lekat wajah Reyhan. Matanya berkaca-kaca setelah sekian lama, dia bisa menatap Reyhan dengan begitu dekat. 

Tanpa berkata apa pun, Reyhan menarik tubuh Riana dan memeluknya dengan erat. 

"Rey kau...."

"Sebentar saja, biarkan seperti ini sebentar saja!" 

Riana mengeratkan pelukannya. Memeluk Reyhan seakan semua beban terangkat dari pundaknya. 

Setelah beberapa menit berselang, Reyhan melepaskan pelukannya. Riana masih menunggu apa yang akan dikatakan Reyhan. Riana berharap Reyhan mengatakan bahwa dia masih mencintainya dan akan memperjuangkan hubungan mereka. Sekalipun harus berhadapan dengan Rudi dia tidak akan takut lagi selama Reyhan ingin berjuang bersama. 

"Lupakan aku dan berbahagialah."

"Apa kau menyusup dan memelukku hanya untuk mengatakan itu?"

Reyhan hendak beranjak terdiam di tempat saat tangannya akan mencapai gagang pintu. 

"Kenapa kau melakukan itu padaku? Seakan belum cukup, kini kau memberikan harapan yang harusnya aku kubur dalam-dalam!" Isak tangis Riana perlahan terdengar. 

Reyhan memejamkan kedua matanya. Dia menarik napas dalam lalu beranjak keluar tanpa mengatakan apa pun. 

Riana duduk menangis di lantai. Sikap Reyhan tadi membuat Riana kembali dilema dengan keputusannya. 

"Caramu sungguh luar biasa, menelisik rasa hingga sudut hati terdalam, Rey. Seakan hatiku ini seperti benang layangan yang kau tarik ulur sesuka hatimu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status