Laiba sengaja meluangkan waktunya datang ke toko perabotan untuk membeli sebuah kursi, kursi kerjanya kurang nyaman dan membuat punggungnya sakit, sebenarnya tidak perlu repot-repot datang langsung bisa saja Laiba membelinya secara online namun untuk kenyamanannya Laiba memilih datang langsung karena akan digunakan untuk jangka panjang dan lagipula sekalian ingin belanja beberapa bahan makanan."Aku rindu masakan rumahan itu," gumam Laiba membayangkan wajah orang tua Dedalu sedang tersenyum cerah ketika Laiba berkunjung.Laiba begitu sibuk hingga sangat jarang berkunjung namun kedua orang tua Dedalu masih sering menghubunginya walaupun hanya mengucapkan beberapa patah kata tidak penting akan tetapi itu sudah menghangatkan hati Laiba."Selamat datang, nona ingin membeli apa?" sambut seorang perempuan cantik pada Laiba ketika baru masuk toko furniture itu."Kursi," jawab Laiba singkat."Silahkan aku akan tunjukkan beberapa contoh dan ini katalognya.""Saya akan lihat katalognya terlebih
"Aku lapar," ujar Laiba pada Dedalu yang masih terus menggenggam tangannya dengan erat untuk keluar dari restoran itu.Dedalu tidak menghiraukan ucapan Laiba dan masih terus berjalan cepat untuk segera pergi sejauh mungkin dari tempat itu, Laiba sedikit menarik tangannya hingga langkah mereka sedikit lebih pelan daripada sebelumnya."Aku lapar," ucap Laiba lagi."Bukankah kamu baru saja dari restoran?" Dedalu berhenti kemudian menoleh ke belakang menatap Laiba yang juga sedang menatapnya."Makananku belum sampai," sahut Laiba dengan cepat. "Ayo makan dulu.""Aku sudah kenyang.""Makan cemburu?" Laiba tertawa kecil mengejek Dedalu."Suasana hatiku sedang buruk lebih baik kita pulang saja," jawab Dedalu."Lalu apa yang kamu pikirkan ketika aku melihatmu berinteraksi dengan begitu banyak model-model itu?" tanya Laiba dengan alis terangkat."Aku hanya bekerja.""Kamu pikir kami sedang berkencan? Kami hanya kebetulan bertemu di tempat itu.""Aku hanya mencoba profesional bahkan aku tidak t
Laiba duduk sambil menyilangkan kakinya mengawasi kekasihnya yang sedang bekerja, Laiba sangat tahu jika profesi ini selalu berkutat dengan wanita cantik nan seksi namun berbeda jika melihatnya langsung. Dedalu sedang melakukan pemotretan dengan puluhan wanita cantik yang seksi sedangkan Laiba hanya bisa melihatnya dari samping, tidak boleh punya rasa cemburu karena itu adalah pekerjaannya."Kamu tidak merasa bosan kan menemani aku bekerja?" tanya Dedalu sambil menghampiri Laiba.Laiba hanya menggeleng pelan sebagai tanggapan. Laiba bukan menemani Dedalu bekerja namun Dedalu sendiri yang ingin kekasihnya ikut bersamanya karena tahu jika Laiba sedang libur.Waktu istirahatnya hanya 10 menit dan digunakan Dedalu untuk menghampiri Laiba dan minum. Bicara beberapa hal kecil yang sama sekali tidak menarik untuk Laiba karena tidak cukup tahu arah membicarakannya namun jika Dedalu bicara soal kostum barulah Laiba dapat menjawab dan mengutarakan pendapatnya."Aku tidak tahu apa yang kurang d
Mungkin karena perhatian dan kasih sayang yang ditujukan Dedalu padanya membuat Laiba memiliki toleransi berlebih pada laki-laki ini. Pada akhirnya Laiba masih pergi jalan-jalan bersama dengan Dedalu atas bujukan laki-laki itu."Kamu ingin makan apa?" tanya Dedalu saat mereka baru saja masuk ke dalam pusat perbelanjaan yang cukup ramai pengunjung itu."Apapun.""Setiap wanita pasti akan bilang terserah namun ketika pihak laki-laki menyebutkan banyak jenis makanan tidak satupun yang sesuai.""Kamu sedang menyamakan aku dengan mantanmu lagi?" tanya Laiba santai."Ti-tidak.""Meskipun aku bukan tukang makan namun aku bukan pemilih," sahut Laiba tenang."Aku hanya membicarakan tentang kebiasaan banyak wanita bukan individual.""Terserah. Sekarang kamu sedang bersamaku jadi tidak perlu membandingkan aku dengan mantanmu ataupun wanitamu yang lain. Mereka adalah mereka dan aku adalah aku.""Maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu marah." Dedalu mencoba merayu juga membujuk Laiba."Aku tidak mara
Sudah ada dua hati yang patah karena hubungannya dengan Dedalu, dua laki-laki itu punya kepribadian yang terbuka dan berterus terang jika mereka merasa sakit karena Laiba memilih Dedalu. Lalu di luar sana siapa lagi yang tidak suka jika dirinya bersanding kembali dengan Dedalu pastinya ada seseorang yang memendamnya."Ayana," gumam Laiba.Tiba-tiba Laiba teringat akan perempuan itu lagi dan berpikir apa reaksinya ketika mengetahui hal ini, pastinya menuduhnya benar-benar ingin merebut Dedalu darinya dengan menghalalkan banyak cara untuk itu. Sudah berbulan-bulan Laiba tidak pernah melihat batang hidungnya lalu apa reaksinya ketika melihat Dedalu yang sekarang begitu perhatian padanya."Wanita itu akan mengumpat aku, apalagi?" Laiba menjawab sendiri pemikirannya. "Pasti wanita itu sekarang semakin membenciku."Laiba sedang menunggu kedatangan Dedalu untuk menjemputnya, pekerjaannya sudah selesai satu jam yang lalu bahkan Kara sudah di jemput oleh kekasihnya. Laiba melihat gelasnya yan
Laiba tidak tahu bagaimana bisa hubungan yang baru di mulainya sudah terdengar dipenjuru langit, semua orang yang mengenalnya tahu jika sekarang dirinya kembali menjalin hubungan dengan Dedalu, Laiba bertanya-tanya dari mulut siapa mereka mendapatkan kabar yang begitu cepat itu bahkan Laiba belum sempat memberitahukan hal ini pada tuan mudanya, namun Laiba menembaknya jika Makky pasti sudah tahu lebih dulu hal besar ini namun mulut siapa yang begitu lancar bergosip seperti itu.Bahkan Laiba tidak habis pikir bagaimana laki-laki dihadapannya ini juga sudah mengetahuinya, wajahnya ditekuk nampak tidak senang sangat berbeda dengan laki-laki yang ditemuinya diulang tahun keluarga Baswara. Namu datang ke butik dengan wajah masam namun menolak untuk pergi meskipun Laiba masih begitu sibuk dan baru menemani laki-laki itu setelah satu jam kemudian."Maaf telah membuatmu menunggu lama," ujar Laiba mengambil duduk di depan laki-laki itu."Aku tidak keberatan menunggumu lama," jawab Namu masih s