Home / Romansa / Pelukan Dingin Tuan Muda / 75. Pertanyaan berbobot

Share

75. Pertanyaan berbobot

Author: Qima
last update Last Updated: 2025-06-30 21:16:26

Bram menatap wanita di sampingnya dengan tatapan penuh harap. "Apakah kamu pernah menyukaiku?" tanya Bram.

"Tidak," jawab Laiba.

"Kenapa?"

"Itu pertanyaan lain."

"Jawab saja."

"Kamu sudah sering bertanya dan aku sudah pernah menjawabnya, jawabnya sama seperti sebelumnya."

Bram mundur dengan wajah kecewa untuk kesekian kalinya. Botol itu berputar kembali dan berhenti pada Laiba lagi. Laiba mengumpat dalam hati melihat botol itu begitu menyukainya.

"Apakah di meja ini ada orang yang kamu sukai?" Poppy menjadi orang selanjutnya yang bertanya.

"Itu yang kamu sebut pertanyaan berbobot?" sahut Dahayu sambil mengejek.

"Diam!" ucap Poppy sambil melotot pada sepupunya itu.

"Sepertinya kamu sudah menyiapkan pertanyaan ini sejak lama," ucap Laiba.

"Jawab saja," kata Poppy.

"Tidak," jawab Laiba penuh kemenangan. Sejak awal Laiba hanya akan menjawab iya dan tidak dan tidak perlu menyebutkan alasannya.

Laiba sedikit mengulurkan tangannya untuk memutar botol itu sendiri karena sejak tadi botol itu t
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    97. Sebagai udara

    Laiba sibuk dengan belanjaannya bersama Dedalu namun masih bisa merasakan tatapan dari Dahayu dibelakangnya meskipun wanita itu berjarak cukup jauh namun masih terus mengawasi interaksi antara keduanya, Laiba bersikap biasa-biasa saja di bawah pengawasan Dahayu menganggap wanita itu seperti udara."Sebenarnya kamu ada masalah apa dengan Dahayu?" tanya Dedalu yang masih melihat keberadaan Dahayu yang juga sedang belanja namun terus menerus melihat ke arah mereka."Tidak ada," jawab Laiba dengan cepat namun masih sibuk dengan barang-barangnya."Apakah aku tadi mengganggu kalian bicara?""Tidak.""Tapi aku merasa Dahayu masih ingat bicara denganmu, kalian bisa bicara lagi aku akan membawa ini ke kasir."Laiba tidak menyahut namun hanya membuang muka kemudian membawa sendiri belanjaan mereka ke kasir. Laiba tidak menganggap keberadaan Dahayu dan tatapan penuh tanya Dedalu, sejak awal Laiba sudah mengetahui hubungan gelap wanita itu dengan kekasihnya membuatnya tidak tertarik akan hal itu

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    96. Jangan buang waktuku.

    Laiba sengaja meluangkan waktunya datang ke toko perabotan untuk membeli sebuah kursi, kursi kerjanya kurang nyaman dan membuat punggungnya sakit, sebenarnya tidak perlu repot-repot datang langsung bisa saja Laiba membelinya secara online namun untuk kenyamanannya Laiba memilih datang langsung karena akan digunakan untuk jangka panjang dan lagipula sekalian ingin belanja beberapa bahan makanan."Aku rindu masakan rumahan itu," gumam Laiba membayangkan wajah orang tua Dedalu sedang tersenyum cerah ketika Laiba berkunjung.Laiba begitu sibuk hingga sangat jarang berkunjung namun kedua orang tua Dedalu masih sering menghubunginya walaupun hanya mengucapkan beberapa patah kata tidak penting akan tetapi itu sudah menghangatkan hati Laiba."Selamat datang, nona ingin membeli apa?" sambut seorang perempuan cantik pada Laiba ketika baru masuk toko furniture itu."Kursi," jawab Laiba singkat."Silahkan aku akan tunjukkan beberapa contoh dan ini katalognya.""Saya akan lihat katalognya terlebih

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    95. Aku pencemburu

    "Aku lapar," ujar Laiba pada Dedalu yang masih terus menggenggam tangannya dengan erat untuk keluar dari restoran itu.Dedalu tidak menghiraukan ucapan Laiba dan masih terus berjalan cepat untuk segera pergi sejauh mungkin dari tempat itu, Laiba sedikit menarik tangannya hingga langkah mereka sedikit lebih pelan daripada sebelumnya."Aku lapar," ucap Laiba lagi."Bukankah kamu baru saja dari restoran?" Dedalu berhenti kemudian menoleh ke belakang menatap Laiba yang juga sedang menatapnya."Makananku belum sampai," sahut Laiba dengan cepat. "Ayo makan dulu.""Aku sudah kenyang.""Makan cemburu?" Laiba tertawa kecil mengejek Dedalu."Suasana hatiku sedang buruk lebih baik kita pulang saja," jawab Dedalu."Lalu apa yang kamu pikirkan ketika aku melihatmu berinteraksi dengan begitu banyak model-model itu?" tanya Laiba dengan alis terangkat."Aku hanya bekerja.""Kamu pikir kami sedang berkencan? Kami hanya kebetulan bertemu di tempat itu.""Aku hanya mencoba profesional bahkan aku tidak t

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    94. Menahan diri

    Laiba duduk sambil menyilangkan kakinya mengawasi kekasihnya yang sedang bekerja, Laiba sangat tahu jika profesi ini selalu berkutat dengan wanita cantik nan seksi namun berbeda jika melihatnya langsung. Dedalu sedang melakukan pemotretan dengan puluhan wanita cantik yang seksi sedangkan Laiba hanya bisa melihatnya dari samping, tidak boleh punya rasa cemburu karena itu adalah pekerjaannya."Kamu tidak merasa bosan kan menemani aku bekerja?" tanya Dedalu sambil menghampiri Laiba.Laiba hanya menggeleng pelan sebagai tanggapan. Laiba bukan menemani Dedalu bekerja namun Dedalu sendiri yang ingin kekasihnya ikut bersamanya karena tahu jika Laiba sedang libur.Waktu istirahatnya hanya 10 menit dan digunakan Dedalu untuk menghampiri Laiba dan minum. Bicara beberapa hal kecil yang sama sekali tidak menarik untuk Laiba karena tidak cukup tahu arah membicarakannya namun jika Dedalu bicara soal kostum barulah Laiba dapat menjawab dan mengutarakan pendapatnya."Aku tidak tahu apa yang kurang d

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    93. Semangkok mie pedas

    Mungkin karena perhatian dan kasih sayang yang ditujukan Dedalu padanya membuat Laiba memiliki toleransi berlebih pada laki-laki ini. Pada akhirnya Laiba masih pergi jalan-jalan bersama dengan Dedalu atas bujukan laki-laki itu."Kamu ingin makan apa?" tanya Dedalu saat mereka baru saja masuk ke dalam pusat perbelanjaan yang cukup ramai pengunjung itu."Apapun.""Setiap wanita pasti akan bilang terserah namun ketika pihak laki-laki menyebutkan banyak jenis makanan tidak satupun yang sesuai.""Kamu sedang menyamakan aku dengan mantanmu lagi?" tanya Laiba santai."Ti-tidak.""Meskipun aku bukan tukang makan namun aku bukan pemilih," sahut Laiba tenang."Aku hanya membicarakan tentang kebiasaan banyak wanita bukan individual.""Terserah. Sekarang kamu sedang bersamaku jadi tidak perlu membandingkan aku dengan mantanmu ataupun wanitamu yang lain. Mereka adalah mereka dan aku adalah aku.""Maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu marah." Dedalu mencoba merayu juga membujuk Laiba."Aku tidak mara

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    92. Aku tidak butuh rumah

    Sudah ada dua hati yang patah karena hubungannya dengan Dedalu, dua laki-laki itu punya kepribadian yang terbuka dan berterus terang jika mereka merasa sakit karena Laiba memilih Dedalu. Lalu di luar sana siapa lagi yang tidak suka jika dirinya bersanding kembali dengan Dedalu pastinya ada seseorang yang memendamnya."Ayana," gumam Laiba.Tiba-tiba Laiba teringat akan perempuan itu lagi dan berpikir apa reaksinya ketika mengetahui hal ini, pastinya menuduhnya benar-benar ingin merebut Dedalu darinya dengan menghalalkan banyak cara untuk itu. Sudah berbulan-bulan Laiba tidak pernah melihat batang hidungnya lalu apa reaksinya ketika melihat Dedalu yang sekarang begitu perhatian padanya."Wanita itu akan mengumpat aku, apalagi?" Laiba menjawab sendiri pemikirannya. "Pasti wanita itu sekarang semakin membenciku."Laiba sedang menunggu kedatangan Dedalu untuk menjemputnya, pekerjaannya sudah selesai satu jam yang lalu bahkan Kara sudah di jemput oleh kekasihnya. Laiba melihat gelasnya yan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status