Beranda / Romansa / Pelukan Dingin Tuan Muda / 86. Sesi interogasi

Share

86. Sesi interogasi

Penulis: Qima
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-12 22:22:08

Orang pertama yang diukur tubuhnya adalah Bas yang memiliki nama panjang Baswara laki-laki itu berdiri tegak dan Laiba mengucapkan kata maaf dan permisi sebelum menyentuh tubuh laki-laki itu. Laiba merasa jika Baswara adalah Bram versi tua namun menurut Laiba aura laki-laki ini jauh terpancar dari pada anak itu.

"Apakah pekerjaan yang kamu geluti melelahkan?" tanya Baswara membuka pembicaraan saat Laiba mengukur panjang lengannya.

"Semua pekerjaan melelahkan tuan," jawab Laiba pelan dan sopan.

"Diusia mu sudah waktunya menikah cari laki-laki yang mapan dan kamu hanya perlu menjadi istri dan ibu yang baik tidak perlu bekerja keras lagi."

Laiba hanya tersenyum menanggapinya, jika itu orang lain mungkin Laiba akan mengutarakan isi otaknya jika tidak sependapat dengan pemikiran ini namun orang yang bicara adalah orang terpandang terlebih ayah dari orang-orang itu maka Laiba memilih untuk diam dan tersenyum melanjutkan pekerjaannya.

"Kebetulan Namu sedang mencari seorang istri, dia generas
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    87. Masih menjadi yang terbaik

    Dahayu belum puas mengintrogasi Laiba, Laiba masih penasaran kenapa perempuan didepannya ini mau-maunya datang kemari padahal di hari pernikahannya Dahayu melihat dengan kepala matanya sendiri bagaimana Bram nampak begitu menyukai Laiba meskipun demikian terang-terangan sudah ditolaknya."Jika kamu tahu jika mereka ayah dan anak, kamu masih akan datang kemari?"Aku akan datang," jawab Laiba lirih, energinya sudah hampir habis setelah melayani 4 orang terlebih Una yang mengajaknya berdebat."Kenapa?" tanya Dahayu tidak percaya dengan jawaban Laiba."Kenapa harus kenapa? Aku tidak memiliki hubungan apapun dengan Bram kami hanya teman tidak perlu merasa takut pada keluarganya karena aku tidak melakukan kesalahan apapun? Aku hanya sedang bekerja," sahut Laiba dengan tidak senang mungkin juga terpengaruh oleh rasa lelahnya, tubuhnya tidak lelah namun perasannya yang lelah ketika banyak orang yang menganggap jika dirinya pernah memiliki hubungan dengan tuan muda itu.Melihat Laiba yang suda

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    86. Sesi interogasi

    Orang pertama yang diukur tubuhnya adalah Bas yang memiliki nama panjang Baswara laki-laki itu berdiri tegak dan Laiba mengucapkan kata maaf dan permisi sebelum menyentuh tubuh laki-laki itu. Laiba merasa jika Baswara adalah Bram versi tua namun menurut Laiba aura laki-laki ini jauh terpancar dari pada anak itu."Apakah pekerjaan yang kamu geluti melelahkan?" tanya Baswara membuka pembicaraan saat Laiba mengukur panjang lengannya."Semua pekerjaan melelahkan tuan," jawab Laiba pelan dan sopan."Diusia mu sudah waktunya menikah cari laki-laki yang mapan dan kamu hanya perlu menjadi istri dan ibu yang baik tidak perlu bekerja keras lagi."Laiba hanya tersenyum menanggapinya, jika itu orang lain mungkin Laiba akan mengutarakan isi otaknya jika tidak sependapat dengan pemikiran ini namun orang yang bicara adalah orang terpandang terlebih ayah dari orang-orang itu maka Laiba memilih untuk diam dan tersenyum melanjutkan pekerjaannya."Kebetulan Namu sedang mencari seorang istri, dia generas

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    85. Keluarga Baswara

    Asisten Laiba yang bernama Zumi membawa seorang wanita berpakaian formal ke ruang Laiba, Laiba tidak mengenal wanita itu akan tetapi wanita itu nampak sudah tidak asing dengan dirinya. Wanita memperkenalkan dirinya sebagai asisten Pak Bas dan datang karena pemerintah laki-laki itu barulah nama Bas di sebut Laiba mengerti, orang penting dan sibuk seperti itu tidak mungkin memiliki banyak waktu luang untuk datang sendiri lagi ke tempat ini seperti terakhir kali."Atas permintaan tuan besar saya datang untuk mengundang nona ke rumah besok malam secara langsung," ucap wanita itu dengan sangat sopan."Ada keperluan apa?""Tuan besar mengatakan sebelumnya sudah memberitahukan jika akan menggunakan jasa nona untuk acara penting tuan muda.""Aku ingat itu." Laiba mengingatnya jika pak Bas memang pernah mengatakan tentang itu ketika berkunjung beberapa waktu yang lalu."Saya akan datang secara pribadi.""Mobil jemputan akan datang jam 8 malam.""Terima kasih."Setelah berpamitan wanita itu per

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    84. Dua betina

    Laiba mencari keberadaan Makky di jendela kemudian beralih melihat parkiran, kebetulan ruang kerja Laiba memiliki kaca yang besar hampir separuh ruangannya jadi dapat dilihat dari luar jika tidak menutup tirai hanya saja kaca dari depan yang mengarah ke lain bawah juga parkiran tertutup tirai hanya ada kaca belakang yang berbatasan langsung dengan halaman yang tertutup di sana cukup gelap tidak ada tanda-tanda keberadaan manusia."Kamu dimana?" tanya Laiba sambil menyipitkan matanya mencari keberadaan tuan muda itu sempat terbesit di otaknya berpikir apa jangan-jangan halaman belakang yang tidak tersentuh itu milik keluarga Makky dan laki-laki itu bersembunyi di dalam kegelapan.Namun dugaan Laiba yang kemana-mana segera terpatahkan dengan jawaban Makky yang nampak malas."Rumah," jawab Makky dengan tidak semangat."Lalu bagaimana kamu tahu aku membawa burung itu ke butik?""Insting hewani!""Kali ini aku tidak percaya!"Dulu Laiba selalu berpikir jika Makky menaruh pelacak pada tubuh

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    83. Makhluk berbulu

    Laiba tidak berharap bisa melihat burung hitam ini lagi karena sudah cukup lama Laiba melepaskannya kala itu dan sama sekali tidak pernah berpikir jika burung gagak yang di beri nama Timira ini akan kembali lagi padanya."Kenapa kamu kembali?" tanya Laiba sambil membuka pintu namun tidak dapat menyembunyikan senyum di wajahnya.Timira mengeluarkan suaranya yang serak sambil menggerak-gerakkan kepalanya melihat ke arah Laiba. Tanpa sadar tangan Laiba terulur untuk menyentuh bulu-bulu harus yang indah milik Timira."Kamu kembali," gumam Laiba setengah tersenyum dan membelai lembut kepala hingga punggung Timira.Laiba membawa Timira dalam pelukannya kemudian berjalan ke dalam kamarnya dengan masih terus membelai burung hitam legam itu."Kamu datang mengunjungiku?" Laiba benar-benar tidak bisa menyembunyikan bahagianya sampai bingung harus bereaksi seperti apa.Laiba mengambil ponselnya akan menghubungi seseorang namun lagi-lagi alarm di hatinya berdering, awalnya Laiba ingin menghubungi

  • Pelukan Dingin Tuan Muda    82. Ocehan Dedalu

    Laiba menggunakan kedua tangannya yang telah bebas dengan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk mendorong dada Dedalu agar diantara mereka masih memiliki jarak, meskipun Laiba sudah menatap laki-laki itu dengan tatapan tidak bersahabat akan tetapi nampaknya Dedalu tidak banyak terpengaruh malah semakin menyudutkan Laiba."Kenapa kamu datang ke rumahku namun tidak memberitahu aku? Setidaknya tunggu aku pulang," ucap Dedalu sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Laiba dengan senyumannya."Aku datang bukan untuk menemui mu," jawab Laiba dengan wajah jelek."Tidak mungkin," jawab Dedalu masih dengan tersenyum percaya diri."Aku hanya berkunjung untuk mereka tidak ada hubungannya denganmu.""Kamu mendekati mereka untuk menerimaku?"" ... ""Kamu sudah menerima aku kembali?"" ... "”Apa kamu sudah menerima lamaran orang tuaku?"" ... "Melihat Laiba hanya diam dan terus memasang wajah dingin dengan tatapan khasnya membuat Dedalu bosan sendiri."Jika kamu tidak mau bicara aku akan mengigit

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status