Share

Bab 2

Author: Fiona
Untunglah bayiku sehat. Begitu sampai di rumah, aku memberi tahu suamiku tentang nasihat dokter, tetapi dia terlihat agak kesulitan.

“Nina, hari ini kita lakukan terakhir kali, oke?” Dia memelas.

Aku merasa tidak tega, tetapi mengingat kembali kata-kata dokter, aku pun berkata dengan tegas, “Nggak boleh! Sayang, ini sudah 7 bulan, bersabarlah. Aku akan memuaskanmu setelah bayi kita lahir dan aku keluar dari masa nifas.”

Aku menegaskan lagi padanya, “Sayang, kita sudah susah payah mendapatkan bayi ini. Ini sudah masuk trimester terakhir, bersabarlah.”

Suamiku ragu-ragu sejenak, mengeluarkan ponselnya dan tampak memeriksa sesuatu.

Kupikir dia juga pasti tahu betapa seriusnya hal ini.

Tapi setelah beberapa saat, dia malah balik dan membujukku untuk melakukannya terakhir kalinya.

“Sayang, kita masih harus menahan diri selama berbulan-bulan, malam ini terakhir kalinya deh, oke? Setelah malam ini, aku janji akan menahan diri.”

Dia memeluk lenganku sambil membujuk.

Aku biasanya paling tidak tahan dengan bujukannya dan akan selalu langsung setuju.

Tapi ini menyangkut keselamatan bayi dan dia masih bersikap tidak pengertian seperti ini. Saat ini, aku mulai marah.

“Sudah kubilang nggak boleh! Mana yang lebih penting? Bayi atau hasratmu?”

Dia sedikit enggan tapi akhirnya menyerah, “Oke, oke, jangan marah, Sayangku. Kamu kurang tidur semalam, istirahatlah lebih awal hari ini.”

Melihat dia tidak ngotot lagi, kami pun jalan santai pulang rumah untuk beristirahat setelah makan malam yang romantis.

“Sayang, kau pasang aromaterapi apa? Wangi kali.”

Begitu memasuki kamar tidur, aku mencium aroma yang berbeda dari biasanya, baunya bahkan membuat tubuhku sedikit terangsang.

Suamiku menghampiri dan menenangkan, “Aku sengaja beli dupa penenang, bukankah kau bilang bayinya banyak bergerak? Aku bahkan pakai GoSend, biar lebih cepat sampai. Rasanya gimana?”

Aku menghirup beberapa kali dan merasa lumayan enak, bayi dalam perut sepertinya lelah setelah keaktifan semalam, dan sekarang tidak bergerak lagi.

“Makasih, Sayang.” Aku menciumnya sambil berkata, “Aku pasti akan memuaskanmu setelah bayi ini lahir. Bersabarlah beberapa bulan lagi.”

Suamiku mengiyakan dan membantuku melepaskan pakaian biar aku bisa tidur nyenyak.

Tapi aku tidak menyangka akan mengalami mimpi basah saat aku tertidur.

Aku berlagak seperti wanita jalang di dalam mimpi, berhubungan dengan suamiku dan pria lain dalam kegelapan.

Aku tidak melihat wajah pria lain tersebut dengan jelas, tapi posturnya lebih bagus dari suamiku. Ototnya yang padat membuat orang ingin menjilatnya, dan alat kelaminnya juga lebih besar dari pada punya suamiku.

Gorden jendela kamar tidur terbuka dan kaca gelap disinari dengan lampu gemerlap dari jalanan.

Biasanya suamiku tidak pernah membuka gorden. Dia bahkan menutup pintu saat berada di kamar tidur, jadi kami tidak bisa melihat apapun dalam kegelapan.

Dalam mimpi itu, aku yang biasanya pendiam menjadi sangat vulgar.

Dua pria itu silih berganti membuat aku terangsang.

Aku melengkungkan punggungku dan tidak bisa menghentikan getaran tubuhku.

Tiba-tiba, aku menyadari ini salah, ini tidak baik untuk bayiku.

Aku pun tersentak bangun dan mendapati kamar diselimuti kegelapan, suamiku sudah menutup gorden dan pintu kamar.

“Sayang...” Suaraku masih sedikit serak dan menggoda setelah terbangun dari mimpi itu.

“Hmm.” Suamiku tampak sedikit berbeda, suaranya lebih rendah.

Aku terbiasa tidur telanjang, jadi ketika membalikkan badan, perutku menyentuh tubuhnya yang panas, aku pun seolah-olah terbakar.

“Sayang, dokter bilang nggak boleh ...”

Meskipun menolak, aku tetap mengeluarkan suara erangan.

Seolah-olah area-area yang disentuh oleh suamiku terbakar.

'Ada apa denganku?'

“Sayang ... hmm ... “

Aku bergidik ketika alat kelamin besar itu menekan tubuhku dan aku menggeliat secara refleks.

“Nina ... “

Suara suamiku lembut namun menggoda.

Aku mengendus aroma manis di udara dan makin terangsang.

'Dokter juga tidak melarang ketat. Gimana kalau kita melakukannya untuk yang terakhir kali?'

Aku sedikit ragu.

Bayi itu sangat tenang di dalam perutku malam ini, dan aku pun menjadi lebih tenang.

Ketika aku ragu-ragu, tangan besar suamiku dengan lembut mengusap payudaraku.

Rasa kesemutan seperti aliran listrik menyapu seluruh tubuhku.

“Jangan ... Sayang ... ”

Kata-kata ini tampaknya semakin merangsangnya. Dia menggigit daun telingaku dan menghembuskan napas dengan lembut, tubuhnya yang panas menekan pinggulku.

“Mau lagi nggak?” Dia merayu di telingaku, “Hmm?”

Aroma itu membuatku sedikit pusing, dan aku mengangguk pelan.

Suamiku berguling dan mencium bibirku, mengaitkan lidahku dan mencium hingga ke payudaraku.

Kepalaku bersandar ke belakang. Suamiku lalu mencengkeram pinggangku dengan satu tangan dan menangkupkan perutku dengan tangan lainnya.

Saking terangsangnya, mataku sampai bergulir puas dan mencapai klimaks berkali-kali.

Setelah itu barulah suamiku memasukkan alat kelaminnya, dan tubrukan berkali-kali mulai terdengar.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Atas Kekejaman Suamiku   Bab 6

    Aku juga memasang alat pemantau di ponsel suamiku.Setiap kali dia menghubungi seseorang, polisi akan mendatangi rumah orang tersebut untuk menangkap orang itu.Dalam beberapa hari terakhir, suamiku selalu bergumam, “Kenapa semua negosiasi yang sudah oke, selalu berakhir gagal? Apa transfer keberuntungan itu benar? Jangan-jangan nasib sial beneran beralih ke anakku?”Selama seminggu itu, polisi telah menangkap puluhan tersangka atas kegiatan ilegal tersebut.Polisi lalu mengakhiri kasus tersebut dengan ditangkapnya suamiku, pelaku terakhir.Polisi mengetuk pintu rumahku ketika aku sedang meminum tonik masakan suamiku sambil melihatnya terus menghubungi beberapa orang tanpa mendapat balasan.“Leo Winata, kami memiliki bukti yang kuat bahwa Anda terlibat dalam perdagangan seks. Harap ikut bersama kami ke kantor polisi. Ini adalah surat perintah penangkapan.”Saat itulah suamiku menyadari apa yang sebenarnya terjadi.“Nina Salim, kau mengkhianatiku?” Dia teriak dengan mata terbelalak sepe

  • Pembalasan Atas Kekejaman Suamiku   Bab 5

    Setelah mencari-cari, aku hanya menemukan kamera kecil yang dipasang di lampu tempat tidur di kamar tidur.'Untunglah, untunglah.' aku menghela napas lega.Namun karena kegugupanku, perutku kembali menegang dan bayiku bergerak semakin tidak menentu.Itu adalah tanda persalinan prematur.Namun suamiku masih berniat menjualku untuk kedua kalinya.Tampaknya permintaan maaf sebelumnya hanyalah pura-pura.Aku dengan teliti memeriksa apa yang dia katakan tentang manik-manik keberuntungan.Tidak disangka, rantai perdagangan ilegal ini telah terbentuk dalam skala yang begitu besar.Para pengusaha kaya ini menyerap keberuntungan bayi melalui wanita yang hamil di atas 6 bulan dan memindahkan nasib buruk mereka sendiri kepada anak tersebut.Mereka menyebut para wanita hamil ini sebagai “manik-manik keberuntungan”, dan akulah yang memiliki raut muka terbaik dan dinilai paling beruntung di antara semuanya.Melihat foto-foto di halaman Facebook tersebut, ada foto kehidupan, ada foto seni, entah bera

  • Pembalasan Atas Kekejaman Suamiku   Bab 4

    Aku berpura-pura memaafkan suamiku, lebih perhatian padanya, dan dia pun perlahan-lahan lengah. Hidup sepertinya kembali ke masa lalu.Tapi aku diam-diam menyelidiki, di mana dia menerima kerjaan asusila semacam ini.Orang seperti Pak Lukman jelas di luar jangkauan sosialnya, dan hari itu benar-benar yang terakhir kali.Akhirnya, suatu hari, saat suamiku sedang mandi, aku berkesempatan mengambil ponselnya.Aplikasi Facebook dalam ponselnya sangat bersih, dan tidak terdapat aplikasi yang menggoda atau aplikasi untuk menerima orderan.Namun, semakin bersih ponselnya, semakin aneh.Suamiku sepertinya lupa bahwa aku tamatan teknik komputer dan informasi.Sistem enkripsi ganda semacam ini tidak sulit bagiku.Benar saja, sistem enkripsi menyembunyikan begitu banyak transaksi kotor yang mengejutkanku.Selain beberapa aplikasi menggoda, aku menemukan bahwa aplikasi Facebook-nya menyematkan sebuah grup yang disebut “Toko Khusus Ibu Hamil ASI”.Bahkan ada 500 orang dalam grup tersebut. Sayangnya

  • Pembalasan Atas Kekejaman Suamiku   Bab 3

    Kami melakukannya berkali-kali sampai aku tidak kuat lagi, suamiku tampaknya memiliki energi yang banyak hari ini.Di luar hujan lebat. Ini badai petir pertama tahun ini.Diiringi kilat dan guntur, suamiku mengerang penuh hasrat, tapi aku mendengar sesuatu yang berbeda.Suaranya sedikit berbeda dengan suara suamiku.Pada saat itu, petir menyambar di luar.Aku kaget saat melihat pria yang berada di atasku bukanlah suamiku.Aku berteriak dan mendorongnya dengan keras, “Siapa kau? Kenapa ada di sini, mana suamiku?”Tapi dia tidak mundur dan terus menubrukkan badannya.Merasakan gerakannya yang familier, aku tiba-tiba menyadari dialah yang telah berhubungan denganku di malam hari sejak masa akhir kehamilan.Aku tidak bisa mendorongnya, maka aku mulai memukulnya dengan kepalan tangan. Hal ini malah semakin membangkitkan gairahnya.Gerakannya semakin cepat.Aku memutar tubuhku, hendak membebaskan diri, tapi malah mencapai klimaks lagi bersamanya.“Tidak, jangan masukkan ke dalam.” Aku memoh

  • Pembalasan Atas Kekejaman Suamiku   Bab 2

    Untunglah bayiku sehat. Begitu sampai di rumah, aku memberi tahu suamiku tentang nasihat dokter, tetapi dia terlihat agak kesulitan.“Nina, hari ini kita lakukan terakhir kali, oke?” Dia memelas.Aku merasa tidak tega, tetapi mengingat kembali kata-kata dokter, aku pun berkata dengan tegas, “Nggak boleh! Sayang, ini sudah 7 bulan, bersabarlah. Aku akan memuaskanmu setelah bayi kita lahir dan aku keluar dari masa nifas.”Aku menegaskan lagi padanya, “Sayang, kita sudah susah payah mendapatkan bayi ini. Ini sudah masuk trimester terakhir, bersabarlah.”Suamiku ragu-ragu sejenak, mengeluarkan ponselnya dan tampak memeriksa sesuatu.Kupikir dia juga pasti tahu betapa seriusnya hal ini.Tapi setelah beberapa saat, dia malah balik dan membujukku untuk melakukannya terakhir kalinya.“Sayang, kita masih harus menahan diri selama berbulan-bulan, malam ini terakhir kalinya deh, oke? Setelah malam ini, aku janji akan menahan diri.”Dia memeluk lenganku sambil membujuk.Aku biasanya paling tidak t

  • Pembalasan Atas Kekejaman Suamiku   Bab 1

    Pada trimester ketiga, hormon progesteron membuatku lebih bergairah untuk melakukan hubungan intim.Namun suamiku hanya akan memenuhi kebutuhanku di malam hari.Pada hari Minggu di mana kami berdua senggang, suamiku duduk di ruang tamu sambil bermain gim, jadi aku memutuskan untuk menggodanya.Setelah mandi, aku duduk di samping suami dengan tubuh berbalut handuk.Tanpa menatapku, dia bergeser dan terus bermain gim.Merasa putus asa, aku melepaskan handuk dan meletakkan kaki putihku di atas badannya.“Sayang, berhentilah bermain gim dan lihatlah aku,” godaku sambil menggosokkan payudaraku yang makin montok semenjak hamil ke lengannya. Dia tidak tahan godaan dan meletakkan ponselnya lalu melingkarkan tangannya di pinggangku.“Apa putraku merindukanku, atau Nina yang merindukanku?”Ini pertama kalinya aku menggodanya dengan terang-terangan, dan ketika dia merespon, aku pun dengan malu-malu menarik tangannya ke tubuhku bagian bawah.“Kami berdua merindukanmu.”Dia mulai beraksi dan gese

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status